Rapot dan Memori Fika

25 1 4
                                    

Pagi itu hari jumat gue udah siap-siap berangkat ke sekolah buat ambil rapot. Di otak gue isinya cuman fika-fika dan fika. Gue udah ga mikirin nilai-nilai gue. soal nilai gue cuman bisa pasrah entah entar mau jadi ghost rider berambut ato apapun itu terserah, yang terpenting adalah bisa liat Fika aja gue udah seneng.

Gue lihat jam masih menunjukkan pukul 06.30. jam yang sangat pagi untuk pengambilan suatu rapot. Tiba-tiba gue bingung juga mau ngapain, karena pengambilan baru dibuka sekitar 08.00. nonton tv dulu ajalah.

Ketika sedang asik-asiknya nonton tv, dari depan pintu bayangan hitam namun bertubuh kerempeng menghalangi sinar matahari masuk. Wah gawat. Kak Ana udah kebangun.

Cerita sedikit soal Kak Ana ini. Dia punya keanehan dan bisa dibilang orang paling teraneh sejagat raya. Seperti contohnya saat dia baru aja bangun tidur entah itu bangun sendiri ato dibangunin, dia akan mengamati sekitar dengan mata yang melotot seperti bingung, dan ketika matanya bertemu dengan mata orang yang ia jumpai pertama dalam "kebangkitannya" dia akan melototi terus-terusan mata orang itu hingga ia akan tersadar sendiri. Tanpa sedikitpun bicara ketika keanehan itu terjadi. Mungkin ini yang dinamakan vacuum of power dalam urusan kejiwaan. Ketika kakak gue udah tersadar dari kebingungannya itu, dia akan menjadi emosian. Bisa dibilang sangatlah emosian.

"Udah bangun kak?" tanya gue sambil liat acara di tv.

Seketika dalam hati gue udah bikin kesalahan fatal dengan mengajak Kak Ana berkomunikasi.

"........" hanya tatapan kosong Kak Ana mengamati sekitar. Seperti mencari dimana sumber suara tadi.

Dalam hati, "Gawat sekarang dia coba mencari dimana mata gue." gue coba alihkan tatapan kearah tv tapi masih bisa lirik-lirik dikit ke arah kakak gue.

Di sudut mata gue bisa liat Kak Ana masih mencari sumber suara gue tadi. Memiring-miringkan kepalanya ke kanan kiri, kekiri kekanan, keatas kebawah geleng-geleng.

Gue coba sepenuhnya menghindari kontak mata dengan dia. Gue sekarang terfokus dengan tayangan di tv. tapi kok sekarang rasanya beda, bulu kuduk berdiri. Leher gue jadi berat. Rasanya pundak juga jadi berat. Gue coba dikit-dikit nengok ke kakak gue.

WADUH MATANYA MENEMUKAN MATA GUE!!!

Sekitar 1 menitan dia melototin gue terus. Sebelum akhirnya tersadarkan sendiri.

Gue jadi punya asumsi, ketika kakak gue ini tidur mungkin dalam alam tidurnya dia adalah seorang penguasa yang memiliki kekuasaan dan pengaruh dalam setiap kegiatan yang ia lakukan. Ato mugkin dia adalah Barbie yang menguasai teknik kamehameha dan bermatakan sharingan. Namun ketika dia bangun kemudian ia merasa masih punya pengaruh di dunia ini. Sehingga dia jadi bingung dan emosian.

"Maweeuu emmmaena?" tanya kakak gue yang mulai duduk di samping gue dengan nada ngantuk dan ga jelas.

"Ha?apa?" tanya gue.

"Meewauuu emmmana?"

"Ha?"

"ISSSHHH, MAUUU KEEEMANAAAAA!!! " tiba-tiba teriak kenceng.

"Mau ambil rapot kak, kata mama entar suruh ngambil sama kakak kan?"

"HEMMM, UDAH TAU BAWEL,"

Gue cuman diem buat lanjutin nonton tv.

"Itu nonton apa kek gitu aja ditonton!" seru kakak gue.

"Ini spo---"

"Kuning kek T*I," ucapnya emosi.

"Itu namanya spo---"

"KEK T*I!" penuh emosi.

"Bukanya gitu ka---"

"T*I... T*I... T*I..." diucapkannya berulang dengan mendekatkan mukanya yang emosi di telinga gue seraya dia berlalu ke kamar mandi.

"Ka—mpreett,"

"APA!" Seru dia berbalik badan.

"Engga,"

Singkat cerita gue pergi sama kakak gue(yang udah tersadar 100%) ambil rapot. Sampe sekolah sekitar jam setengah 9. Agak telat sih tapi yaudahlah. Gue masuk ke halaman sekolah, selanjutnya mulai memasuki kelas. Keadaan sekolah saat itu lumayan sepi.

Sepanjang jalan menuju kelas, gue mencari keberadaan fika. Gue haus akan tatapannya. Sepanjang jalan menuju kelas belum gue temui keberadaanya.

Gue sekarang udah ada di depan kelas. Kakak gue udah pergi ke dalam bersama orang tua-orang tua lainnya. Gue masih menunggu kehadiran seorang Fika.Gue duduk sambil ngobrol-ngobrol sama temen-temen gue. kita ngobrolin apa yang akan dilakukan selama liburan nanti.

"Kalo gue palingan ke pantai sama keluarga gue," ucap Rizal.

"Iya sama, gue juga paling pantai kalo ga ya ke gunung," ucap Izam.

"Kalo lo mau kemana Is?" tanya Beno.

"Sementara belum ada yang bisa membuat gue bosen sama tv gue sih," ucap gue.

"Ahahahahaha...." Tawa Adri keras.

"Ngapain ketawa!" seru gue bercanda.

"Kek Megantrophus nemu tv lo, hahahaha" ledek Adri.

"hahahahahahaha."ketawa palsu bales gue.

Di sela-sela gue ngobrol gue liat yang gue tunggu-tunggu. Fika datang sama mamanya. Fika Satu-satunya cewek diantara kita yang ngambil rapot. Bisa dikatakan fika cewek pertama di kelas yang datang awal, sehingga ia satu-satunya cewek yang ada di sini.

Gue bingung ketika Fika melihat kearah gue. Gue sekarang jadi grogi ketika ketemu sama fika. Niat ingin menyapa namun fika sepertinya tidak suka dengan kehadiran gue di sini. Kelihatan dari tatapan malasnya ketika matanya bertemu dengan mata gue. Sempat terpikir di kepala gue untuk minta maaf ke Fika. Tapi yang gue bingungkan adalah gue harus minta maaf soal apa?.

Terlihat Fika duduk sendirian. Duduk sendiri di panjangnya tempat duduk dari cor-coran semen yang sengaja dibuat sekolahan untuk menjadikan gue dilema besar. Antara gue harus nyapa tapi semua akan berjalan aneh, ato gue duduk di sini dan memandang waktu terus berjalan tanpa adanya pengulangan.

Gue mulai yakinkan diri buat menyapa Fika. Oke ini akan berjalan lancar. Semua akan baik-baik saja. Setiap gue mau melangkahkan kaki tapi selalu pikiran gue membuat kaki berjalan mundur. Gue coba buat mind set kalo gue menyapa dan berbicara dengan Fika seperti semula, pastinya semua akan baik-baik saja. Oke gue berangkat.

"Oke gue duduk dan harus membiarkannya saja." Gumam gue dalam hati ketika gue melihat Hendra si cowok India menghampiri Fika. Hanya nafas panjang berhembus di udara sekolah saat itu.

Gue kembali ngobrol ngalor-ngidul sama temen-temen gue lagi. Ga kerasa udah 1 jam berlalu dan kali ini orangtua-orangtua murid mulai keluar satu per satu. Entah apa yang dilakukan kakak gue di dalam, yang terpenting adalah jangan sampe kakak gue ketiduran di dalam kelas. Kebayang wali kelas gue bangunin dia dan akan berakhir seperti gue tadi pagi. "KEK T*I". Akhirnya kakak gue keluar dan sepertinya membawa kabar yang cukup tidak mengenakan tapi entah apa itu. semoga aja bukan kabar kalo gue dikeluarin karena kakak gue bedakin wali kelas gue pake penghapus spidol.

Sekali lagi gue jalan bareng kakak gue. gue mencoba menengok apakah Fika masih di sana, ternyata fika udah ga ada di sana. Gue sedikit kecewa karena ga bisa menyapa Fika.

"Awas!" teriak seseorang di depan gue.

Langsung gue ngerem dan lihat ke depan.

Mata itu tatapannya, Fika.

Mata fika ga nunjukkin bahwa ada nama gue di sela-sela hatinya. Mungkin hanya ada penyesalannya kenal dengan gue. segera gue minggir dan memberinya jalan.

Dia tampak terburu-buru. Segera tanpa kata Fika kembali berjalan cepat menuju kelas. Entah apa yang membuat fika terburu-buru seperti itu. setelah itu tak lama Hendra juga tampak berlari kecil mengejar fika. Dalam hati gue bertanya kenapa ya mereka kok lari-larian? Insting liar gue mengatakan mereka mungkin putus, tapi gue ga mau langsung nyimpulin tanpa bukti. Baiklah malam ini gue bakal cek facebook mereka berdua.

"AYO CEPETAN PULANG WOI!" teriakan berbisikkakak gue di kuping gue pas lagi asik-asiknya mikirin Fika.     

Fika 2 - Intimidasi & Kegoblokan "Kenapa penyesalan ini selamanya?"Where stories live. Discover now