Part 3 - Flashback

18 4 0
                                    

Mengingat apa yang ada di masa kelam tidak akan mengubah keadaan di masa sekarang.

Yessysan

------------------------

Elisa Aubrey Sinaga yang sering dipanggil dengan sebutan Lisa itu adalah salah satu anak murid yang terkenal akan kenakalannya di sekolah. Bukan hanya di sekolahnya. Di sekolah lain pun Lisa sangat terkenal dengan embel-embel pem-bully yang tak kenal ampun.

Berita demi berita selalu berdatangan pada orang tuanya. Lisa yang sering mem-bully, mulai dari murid baru. Cowok yang bertindak kurang ajar padanya. Seragamnya yang tak sengaja terkena noda saos saat di kantin hingga berakibat masuk rumah sakit. Dan masih banyak lagi masalah-masalah yang anak itu lakukan, sehingga membuat Sang Papah geram.

Keputusan akhir pun diambil yang mengharuskan Lisa pindah sekolah. Lisa awalnya memberontak, karena tidak ingin dipindahkan. Bahkan dia mengancam Papah dan Mamahnya akan bunuh diri jika dirinya benar-benar di pindah sekolah.

Hal itu pun terjadi. Lisa tidak bermain-main dengan ancamannya itu. Dia benar-benar ingin bunuh diri, jika tidak mendengar ucapan Papahnya saat itu.

"Aku akan bunuh diri Pah, jika Papah tetap akan memindahkan aku!" Teriak Lisa.

"Terserah kamu. Papah tidak peduli lagi apapun yang akan kamu lakukan Elisa," kata Arvind, Papahnya.

"Pah...," lirih Sang Mamah.

"Biarkan saja dia Mah. Dia sudah terlalu dimanja. Ini lah akhirnya yang terjadi. Biarkan dia berbuat sesuka hatinya. Keputusan Papah akan tetap sama. Tidak akan pernah berubah."

Lisa tidak terkejut lagi dengan sikap Papahnya saat itu.

"Baiklah, Pah. Kalau itu keputusan Papah. Elisa juga akan tetap pada keputusan Elisa."

Elisa berjalan menuju balkon kamarnya. Dia benar-benar akan menjatuhkan dirinya ke bawah. Teriakan Sang Mamah yang memintanya berhenti pun tidak dia pedulikan. Hingga saat Lisa sudah berdiri di tiang balkon, suara Sang Papah menyadarkannya.

"Apa kamu ingin mensia-siakan perjuangan dia saat itu Elisa." Suara Papahnya sudah mulai bergetar.

"Apa dia tidak akan sedih di sana, saat tau kamu bersikap seperti ini. Tapi sudahlah. Dari dulu kamu memang membenci dia bukan. Kamu tidak pernah menghargai apa yang telah dia lakukan untuk kamu. Jadi terserah. Kamu ingin bunuh diri, silahkan. Kamu ingin lompat, lompat lah. Setidaknya, jika itu membuatmu bahagia. Kami sebagai orang tua akan ikut bahagia atas keputusan kamu."

"Ayo Mah. Kita pergi dari sini."

Papahnya membawa Sang Mamah yang terisak, tak ingin kehilangan anaknya itu.

Dan karena itu Lisa tidak jadi melakukan niatnya yang ingin bunuh diri. Dia turun dari balkon, dengan tangisan. Dia terisak teringat kejadian itu kembali. Hingga Lisa sendiri tertidur dengan air mata yang masih berjatuhan.

Seperti sekarang. Lisa benar-benar dipindahkan sekolah. Sekarang dia berada di SMA ANGKASA 2. Lisa merasakan bagaimana menjadi murid kembali. Tapi itu semua tidak begitu berarti baginya. Jika ingin mendapatkan teman. Itu hal yang sangat mudah baginya.

Banyak yang akan mau berteman dengannya. Tidak dipungkiri, Elisa memiliki paras cantik. Kepintarannya pun juga tidak bisa diabaikan. Banyak sekolah-sekolah terkenal yang mau menerimanya untuk sekolah. Namun satu hal yang menjadi kendala dirinya. Sifatnya yang suka mem-bully itu lah menjadi pertimbangan setiap sekolah untuk menerima dirinya. Tapi dengan kekuasaan Papahnya, Lisa diterima di SMA ANGKASA 2.

Sebenarnya Lisa masih tidak ingin pindah sekolah. Lisa sangat kenal Papahnya itu. Apapun keputusan yang Papahnya buat, tidak akan ada yang bisa menghentikannya. Mamahnya sendiri pun tidak bisa berbuat apa-apa.

Bukan Elisa namanya, jika dia tidak memiliki akal untuk membujuk Sang Papah agar tidak memindahkannya. Tapi mimpinya malam itu, yang mendatanginya, menghancurkan segala rencana yang telah dibuat serapih mungkin. Dan Paginya, Elisa pasrah dengan keputusan Papahnya.

Drett... drett...

Getaran ponsel di atas meja, mengalihkan Lisa yang sedang menikmati makanannya saat itu. Diambilnya ponselnya itu, melihat siapa yang menelponnya.

Dinda Calling...

Dinda. Ada apa? Pikirnya.

Lisa menggeser tanda hijau yang tertera pada ponselnya itu. Lalau meletakkan ponselnya itu di telinganya.

"YA AMPUN LISAAA! LO BENERAN PINDAH. KENAPA?"

Teriakkan Dinda membuat Lisa menjauhkan ponselnya itu dari telinganya. Bisa-bisa gendang telinganya pecah jika terus-terusan mendengar suara sahabatnya yang satu itu.

"Lisa. Elisa! Lo masih ada di sanakan?"

"Iya, kenapa?"

"Ishh. Lo kenapa beneran pindah sih. Kita bertiga benar-benar sedih nih. Kita jadi kehilangan ketua leaders Sareyga."

"Ceritanya panjang," jawab Lisa.

"Lo harus cerita!"

"Nggak bisa Din...." lirihnya.

"Kenapa nggak bisa. Kita bertiga siap kok dengarinnya."

"Tapi gue nggak bisa cerita masalah ini."

"Iya kenapa. Bukan kah kita semua ini udah jadi sahabat lo. Lo jangan lupa, Lisa, kita itu tetep sahabat lo. Kita akan siap dengerin masalah lo seberat apapun."

Lisa tersenyum mendengar ucapan Dinda.

"Pokoknya. Kita mau lo cerita alasan lo pindah. Kalo enggak, kita juga akan pindah ke sekolah lo," ancam Dinda.

Lisa menggeleng. "Enggak. Kalian jangan ikutan pindah. Biar gue aja. Okey, gue akan cerita sama kalian. Tapi nanti, saat kita ketemu. Gue nggak bisa kasih tau sekarang. Di sini sangat ramai."

"Okey. Kita tunggu lo nanti."

"Hem."

"Ya udah. Gue tutup telponnya. Tapi jangan sungkan ya bilang ke kita, kalo lo punya masalah di sana. Kita akan langsung datang ke sana bantu lo."

"Iya, bawel lo." Lisa terkekeh.

Telpon pun terputus. Lisa sangat beruntung punya sahabat seperti mereka, yang selalu ada bersamanya kapan pun dia perlukan. Baik itu, dia sedang kesusahan ataupun sebaliknya. Sahabat-sahabatnya itu lah orang pertama yang akan ada bersamanaya.

Mengingat dia akan memberitahukan sahabatnya itu, apa alasan dirinya setuju pindah. Lisa merenungkan kembali mimpi yang membuatnya setuju pindah. Hingga suara seseorang menghentikannya.

"Lo yang namanya Elisa!"

Lisa yang merasa namanya disebut, menoleh ke orang yang bertanya padanya itu. Lisa melihat tiga cewek yang berada di depannya saat itu. Saat itu, dia jadi tidak tertarik dan menjawab dengan gumaman saja.

Merasa diabaikan. Cewek yang ada di depan Lisa memperkenalkan dirinya pada Lisa.

"Gue Zoya," katanya. Lisa hanya menatapnya saja tanpa berkata apapun.

Zoya yang sudah dua kali diabaikan mulai emosi. Tapi dia menahan emosinya lagi, sebelum tujuannya mendekati cewek itu terwujud.

"Gue tau siapa diri lo."

"Terus?" Lisa menaikkan alisnya sebelah.

"Gue tau lo terkenal suka mem-bully. Karna itu, gue mau menawari lo gabung di geng gue," kata Zoya.

Semua orang yang ada di kantin itu bergidik ngeri. Mereka membayangkan jika tawaran itu diambil oleh Elisa.

Elisa tersenyum miring. "Gue. Nggak. Tertarik."

----

Yuhuuu...
Setelah sekian lama aku mikirin alurnya. Hari ini aku update..

Kalo banyak yg baca. Akan aku update dua kali hari ini. Pantengin terus guys....

Salam sayang♡
Yessysan

My Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang