Sorry baru update kembali. Tinggalkan vote dan komennya ya. Biar semangat updatenya
----
"Lo yang namanya Elisa."
Lisa yang merasa namanya disebut, menoleh ke orang yang bertanya padanya itu. Lisa melihat tiga cewek yang berada di depannya. Saat itu, dia jadi tidak tertarik dan menjawab dengan gumaman saja.
Merasa diabaikan. Cewek yang ada di depan Lisa memperkenalkan dirinya pada Lisa.
"Gue Zoya," katanya. Lisa hanya menatapnya saja tanpa berkata apapun.
Zoya yang sudah dua kali diabaikan mulai emosi. Tapi dia menahan emosinya lagi, sebelum tujuannya mendekati cewek itu terwujud.
"Gue tau siapa diri lo."
"Terus?" Lisa menaikkan alisnya sebelah.
"Gue tau lo terkenal suka mem-bully. Karna itu, gue mau menawari lo gabung di geng gue," kata Zoya.
Semua orang yang ada di kantin itu bergidik ngeri. Mereka membayangkan jika tawaran itu diambil oleh Elisa.
Elisa tersenyum miring. "Gue. Nggak. Tertarik."
Mereka yang menonton itu bernapas lega. Mimpi buruk yang mereka bayangkan tidak akan pernah terjadi.
Berbeda dengan Zoya. Zoya yang sudah muak degan Lisa yang seperti meremehkan dirinya. Dia menggebrak meja Lisa, dan mulai terbawa emosi.
"Lo beneran nggak mau!" ulang Zoya dengan sedikit berteriak.
Lisa berdiri dari tempatnya. "Iya. Kenapa. Lo mau ngelakuin apa ke gue kalo gue nggak mau gabung di geng loser lo itu." Lisa sengaja menantang Zoya.
Intan yang tidak tahan geng mereka disebut loser ingin menyerang Lisa. Tapi sebelum itu terjadi, Zoya menahan Intan.
"Lo akan menyesali ucapan lo barusan, Elisa," desis Zoya.
Zoya mengambil gelas minuman milik Lisa dan menyiramkannya ke atas kepala Lisa. Hingga mengotori rambut dan seragamnya. Lisa mengepalkan kedua tangannya.
"Itu baru permulaan Elisa. Lo tunggu permainan gue selanjutnya. Mungkin lo bisa jadi ratu bully di sekolah lama lo. Tapi di sini. Jangan harap lo bisa jadi orang yang sama. Inget itu."
Setelah mengatakan itu, Zoya dan dua temannya meninggalkan Lisa yang menahan amarah yang bisa saja meluap saat itu juga.
"Gue tunggu, Zoya," desis Lisa.
Lisa mengeluarkan uang lima puluh ribu dan dia letakkan dia atas meja, lalu pergi dari tempat tersebut dengan amarah yang masih dia tahan.
----
Risa dan Malik berjalan menuju kelas mereka. Tak sengaja Risa melihat siswi baru yang dia lihat di kelasnya beberapa jam yang lalu itu berjalan dengan tergesa-gesa dengan baju dan rambutnya yang basah terkena... jus.
Melihat itu. Entah kenapa Risa merasakan hal tidak mengenakkan telah terjadi. Dia merasakan jika ada bully-an lagi di sekolahnya, dan korbannya bukan dia.
"Itu siswa baru kan Lik?" tanya Risa tanpa mengalihkan pandangan pada Lisa.
"Iya. Dia Elisa kan. Kenapa dia basah gitu. Abis nyebur dia?"
"Elisa?" Risa jadi teringat satu nama itu. "Elisa Aubrey?"
"Iya. Emang kenapa Ris?"
Risa panik. "Aku ngerasa ini ada hubungannya sama Zoya, Lik." Risa berjalan dengan cepat.
Tiba di depan kelas. Risa melihat siswi baru yang bernama Elisa itu sedang membentak-bentak teman sekelasnya yang memandangi dirinya.
Risa tersenyum. Sampai Malik menepuk bahunya pelan.
"Kamu kenapa lari-lari sih?" tanya Malik. "Buruan kita masuk."
Risa menahan tangan Malik. Dia menggeleng, melarang Malik agar tidak masuk ke dalam.
"Kenapa Ris? Ada masalah?"
"Kamu lihat ke sana." pinta Risa.
Malik mengikuti permintaan Risa. Dan dia melihat Elisa yang terlihat menahan marah.
"Ya terus kenapa Ris. Hubungannya tu cewek dengan kita yang akan masuk ke kelas apa?"
Risa menghela napas. "Gue rasa ini perbuatan Zoya, Lik."
"Ya terus."
"Zoya nge-bully anak itu."
"Ya hubungannya sama kita apa? Udah ah Ris. Kita nggak perlu peduli sama semua orang yang Zoya bully." Malik menarik tangan Risa, tapi Risa menahannya lagi.
"Apalagi sih Ris," geram Malik.
"Kamu harus bantu aku." Risa memohon dengan tatapan lembutnya pada Malik.
Malik yang memang tidak bisa menolak tatapan mata Risa akhirnya pasrah, mengiyakan.
"Iya. Kamu mau aku ngelakuin apa?" tanya Malik lembut.
"Kamu tunggu di sini."
Risa berlari meninggalkan Malik yang masih berdiri di depan kelas sambil memandangi kepergiannya. Tak lama, Risa kembali dengan membawa seragam dan handuk.
"Ini."
"Ini untuk apa Ris?" tanya Malik.
Risa tersenyum. "Kamu masuk. Kasih ini ke cewek itu."
Malik masih diam di tempat walaupun sudah tau dia harus ngelakuin apa. Melihat Malik yang terlihat enggan, Risa memegang tangan Malik.
"Iya, iya." Malik berbalik.
"Kalo sudah kaya gitu kan gue nggak bisa apa-apa lagi," gumam Malik.
"Apa Lik?"
"Eh-- nggak pa-pa kok Ris," jawab Malik.
Malik bergegas masuk sebelum dia mengeluarkan umpatan yang bisa saja didengar Risa dan berujung Risa yang akan marah padanya.
Risa tersenyum melihat Malik yang mau menuruti permintaanya, walaupun terlihat jelas Malik enggan melakukannya. Tapi demi dirinya Malik mau melakukannya.
Risa masih memantau Malik dari luar.
Malik sudah ada di depan Elisa. Sebelum itu, dia menoleh pada Risa yang mengedipkan mata padanya dengan senyuman yang menghancurkan dinding pertahanan Malik.
"Nih." Malik menyodorkan seragam dan handuk yang ada di tangannya itu.
Elisa yang melihat, menoleh pada Malik. Dia hanya menatap Malik. Sampai suara Malik membuatnya mengalihkan pandang ke benda yang disodorkan padanya itu.
"Ambil. Pake itu, baju lo kotor dan basah."
"Ini punya siapa?" Lisa mulai angkat suara.
"Udah lo pake aja. Lain kali, kalo lo dibully jangan diam aja. Dilawan. Jangan bisanya nge-bully orang doang."
Setelah mengatakan itu Malik kembali ke tempat duduknya. Dia melihat Risa yang tersenyum padanya.
Elisa memandangi punggung Malik. Dia tidak menyangka Malik mau membantu dirinya. Dia pikir semua murid di sekolah barunya ini akan segan membantu dirinya. Tapi dia salah. Malik berbeda.
Lisa tersenyum. Dia berdiri, melangkah ke tempat Malik. Sampai dia mengucapkan kalimat yang hampir tidak pernah dia ucapkan itu.
"Thanks."
Setelah mengatakan itu pada Malik. Lisa keluar kelas dengan cepat. Risa yang melihat itu tersenyum.
Setidaknya dengan itu bisa bantu kamu, batin Risa.
-----
Aku nggak update sesuai jadwal ya..
Nunggu yg baca banyak. Aku update sesuai jadwal..
Salam sayang♡
Yessysan
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Girl
Teen FictionBest Vector by _destroyer_ Apa salahnya berkorban demi yang kita sayang? Itulah yang dilakukan Risa demi adiknya. Risa rela mengsampingkan semua kebahagiannya demi kebahagian adiknya. Namun bagaimana kebahagiaan akan hadir jika rasa egois masih ada...