Part 1 - Risa

62 13 12
                                    

Jika dengan menyiksaku kau bahagia
Maka lakukanlah
---------------------------------------

Di kala mentari belum menjalankan tugasnya. Di saat itu, seorang gadis remaja harus melakukan tugas harian sekaligus hukumannya sebelum mentari memancarkan sinarnya.

Risa. Gadis cantik berusia 18 tahun, harus mengesampingkan kegiatannya terlebih dahulu demi kegiatan yang lain. Kegiatan itu telah menjadi rutinitasnya selama beberapa tahun terakhir.

Risa sesosok gadis yang tak pernah mengeluh walaupun masalah selalu datang padanya silih berganti.

Seperti halnya sekarang. Risa harus mengerjakan semua tugas yang seharusnya dikerjakan oleh pembantu sebelum orang-orang di rumahnya terbangun. Risa harus menjalankan tugas itu, karena Risa sedang dihukum oleh mamahnya. Akibat dari keteledoran Risa yang tak sengaja menyenggol gelas di meja makan tadi malam.

Setelah Risa sudah menjalankan tugasnya, mulai dari menyapu, mengepel, sampai tugas lainnya. Risa mulai beranjak pergi ke kamarnya untuk segera mandi dan bersiap-siap akan pergi ke sekolah.

****

Kini di meja makan. Risa sedang menyantap makanan bersama keluarganya. Ketika Risa ingin beranjak meninggalkan meja makan, Risa malah di panggil mamahnya untuk tetap bertahan dulu.

"Mau kemana kamu Risa?" tanya Mamah.

"Mau ke kamar Mah. Ngambil tas," kata Risa.

"Duduk dulu. Mamah mau bicara."

"Mah, udahlah," lirih papah. Mamah tidak memperdulikan ucapan papah.

Risa mengangguk dan duduk di tempatnya kembali, "Ada apa Mah?"

Mamah berdeham, "Kamu sudah menjalankan hukuman Mamah?"

"Sudah Mah, semuanya sudah Risa lakuin sesuai yang Mamah minta."

"Baguslah kalo gituh. Ya sudah kamu pergi sana," usir Mamah.

"Iya Mah. Kalo gitu Risa sekalian pamit ke sekolah ya Mah, Pah." Risa mulai beranjak menyalimi kedua orang tuanya, tak lupa dia mengucapkan salam sebelum pergi. "Assalamualaikum."

"Aku duluan ya," kata Risa memandangi seseorang yang duduk di samping Mamahnya.

****

Setibanya Risa di sekolah. Sekolahnya masih sepi, tak terlihat banyak orang yang datang karena ini masih terlalu pagi. Tak banyak yang telah datang selain dirinya. Kira-kira bisa dihitung dengan jari orang yang sudah datang selain dirinya.

Melepas rasa jenuhnya, Risa memilih pergi ke taman untuk menenangkan pikirannya yang sangat rumit. Lebih rumit dari hitungan matematika yang begitu sulit jika dikerjakan oleh orang-orang yang tak pernah suka dengan matematika.

Saat di taman, Risa hanya duduk sambil memegangi novel yang sekarang ada dipangkuannya. Risa menarik napas dan menghembuskannya pelan. Hal itu dilakukannya secara berulang-ulang. Bagi Risa, udara di pagi hari sangat berharga jika disia-siakan begitu saja. Udaranya masih bagus tanpa ada campuran dari gas-gas beracun yang membuat sesak bernapas.

Lama Risa duduk-duduk di taman. Para siswa-siswi mulai berdatangan, hingga memadati area sekolah. Saat Risa memilih meninggalkan kursi taman sekolahnya, seseorang berteriak memanggil dan menghampirinya.

"Ada apa Malik kamu manggil aku?" tanya Risa.

Ya, dia Malik. Seorang laki-laki yang telah mengisi hari-hari Risa setelah 3 tahun terakhir ini. Malik juga lah yang menjadi tempat Risa bersandar dan mencurahkan segala beban yang dia rasakan selama ini. Tak heran, jika banyak para gadis di SMA ini iri pada Risa yang bisa berdekatan dengan Malik.

Malik merupakan salah satu dari populasi para cowok-cowok ganteng plus tajir yang ada di SMA pelita. Banyak para cewek yang mengagumi kegantengan Malik yang kata mereka sangat luar biasa itu. Namun bagi Risa, Malik tetap lah Malik yang dia tau sering ngambekan jika Risa cuek padanya.

"Kamu ngapain Ris di sini sendirian?" tanya Malik.

"Enggak sendiri kok Malik, ini ditemenin sama buku juga."

"Ya udah deh, males aku berdebat sama kamu Ris pagi ini. Lebih baik kita cepetan masuk kelas." Malik merangkul Risa masuk ke sekolah menuju kelas mereka berdua.

"Tumben ngajakin masuk kelas, pasti ada maunya nih," selidik Risa.

"Ya seperti biasa lah Ris." Malik mulai mengeluarkan jurus cengirannya pada Risa.

"Iya, iya. Aku tau kok maksud kamu. Pasti nggak ngerjain pr lagi kan kamu. Kapan sih kamu ngerajain pr, Lik." Risa geleng-geleng kepala.

"Ya enggak kapan-kapan lah Ris. Orang aku di sekolah juga belajar, masa di rumah belajar lagi. Kapan waktu istirahatnya coba."

Risa hanya bisa menghela napas lelah. Jika sudah begitu jawaban Malik, maka sudah tidak ada lagi yang perlu dibahas. Kalo dilanjutin lagi pasti nggak bakalan ada habis-habisnya alasan Malik yang tak ingin mengerjakan pr itu.

Saat ingin masuk ke dalam kelas Risa di cegat oleh suara siswi yang memanggil dirinya. Setibanya di depan Risa dan Malik, siswi itu malah ngos-ngosan.

"Lo mau ngapain manggil Risa?"
Malik akan berbicara menggunakan kata lo-gue jika selain Risa.

"I-i-tu... Risa di-dipanggil," kata siswi itu.

"Siapa?" Kali ini Risa yang bertanya.

"Kak Zoya. Katanya ditunggu di kantin."

"Oh, baiklah. Aku akan kesana. Kamu kembali saja ke kelasmu."

"Trimakasih kak Risa. Kalo gitu saya permisi." Siswi itu berlari meninggalkan Risa dan Malik.

"Mau apalagi sih tuh Zoya. Nggak pernah puas apa dia?" kesal Malik.

"Aku juga nggak tau. Aku mau ke sana dulu ya Lik sebelum Zoya tambah Marah dan ngelampiasin ke orang lain." Risa ingin pergi namun tangannya ditahan Malik.

"Aku ikut. Aku akan ikut kamu ke kantin nemuin Zoya. Aku nggak mau terjadi sesuatu sama kamu lagi."

"Nggak perlu. Aku bisa ngehadapin Zoya sendiri," kata Risa tersenyum meyakinkan.

"Tapi Ris-"

"Udah Malik, lebih baik kamu di sini aja ngerjain pr. Kasian nanti kamu dihukum kalo nggak ngerjain pr Pak Doni.

"Udah ya. Aku pergi dulu." Risa pergi meninggalkan Malik yang sedang khawatir memikirkan nasib gadis itu.

"Semoga Zoya nggak bertindak yang macem-macem Ris sama kamu. Entah kapan Zoya berhenti ngelakuin itu," lirih Malik. Malik mulai beranjak masuk ke kelas dan mulai menyalin pr Risa.


Salam sayang

Yessysan

My Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang