PRILLY Nur Anjani.
"Jangan meneleponku lagi atau aku akan membencimu selamanya!"
Aku hanya tersenyum membaca sms itu, ini bukan yang pertama kali aku mendapatkan sms yang berisikan kalimat yang sama dari orang yang sama. Namun aku tidak peduli, aku tetap menghubunginya lewat telfon, sms, WA, dan berbagai sosial media lainnya. Walau tidak pernah mendapatkan balasan satu pun, tapi aku tetap senang karena dia membacanya.
"Prilly udah lama nunggu."
Aku mendongakkan kepalaku saat mendengar seseorang menyebut namaku. Ternyata Erlan, temanku yang mengajakku makan siang hari ini.
"Maaf ya udah buat kamu nunggu lama, oh iya kenalin... Ini Alixander Wijaya temanku sejak SMA dulu dan yang ada di sebelahnya itu pacarnya Sherly Nuraini." jelas Erlan.
Aku menatap kedua orang yang Eelan kenalkan padaku dengan senyuman tipis. Rasanya aku ingin langsung mencakar wajah dua orang itu saat ini juga.
"Lama nggak ketemu, kamu udah punya pacar aja Sherly." ucapku membuat Sherly salah tingkah sendiri.
"Aku--
"Kamu kenal sama pacarnya Ali?" tanya Erlan memotong ucapan Sherly.
Aku mengangguk. "Iya, dia sahabatku sejak kami kecil tapi sudah hampir satu tahun ini kami tidak bertemu karena kesibukan masing masing sebagai pegawai baru." jelasku menatap lurus kearah Sherly yang masih enggan menatapku.
"Bagus dong kalau gitu kita bisa sering sering double date kayak gini." ucap Ali dengan tatapan yang tertuju padaku.
Aku menatap Ali dengan senyuman tipis yang ku paksakan. Aku masih tidak menyangka dengan apa yang aku lihat dan aku dengar saat ini.
Sherly dan Ali pacaran!
Damn it!
Sherly itu sahabatku yang paling aku percaya. Namun kenapa dia melakukan ini padaku?
Padahal dia tau tentang aku karena aku telah menceritakan apapun padanya, namun ternyata ini balasan darinya.
Sedangkan Ali itu adalah---
"Prilly kenapa kamu diam saja... Kamu mau pesan apa?" tanya Erlan seraya menepuk bahuku, membuatku tersadar bahwa aku tidak sendiri saat ini.
Aku menghela nafas malas, tiba tiba aku jadi tidak selera makan. Apalagi dengan mereka berdua.
"Aku tidak lapar, Erlan." ucapku seraya menatap Erlan.
Tapi sialnya cacing si perutku tidak bisa di ajak kompromi. Tanpa permisi dia malah berbunyi yang membuat Erlan tertawa mengejekku.
"Nggak usah sok jaim. Aku tau kamu lapar, jangan malu sama mereka. Biasanya aja kamu malu-maluin haha jadi pesanlah semua makanan yang kamu mau.... " ucap Erlan dengan tertawa mengejekku.
Jika memang bisa, aku akan menganggap Ali dan Sherly tidak ada di hadapanku saat ini. Namun aku tidak bisa, rasanya begitu menyakitkan!
Setelah aku memesan apa yang aku mau dan pelayan yang bertugas mencatat makanan pesanan kami telah pergi. Erlan menatapku tidak percaya.
"Serius kamu cuma pesan kopi pahit dan tidak pesan yang lain dan sejak kapan kamu suka kopi pahit?" tanya Erlan tidak percaya.
"Mungkin mulai hari ini aku akan suka sama kopi pahit dan semua hal yang berbau pahit." balasku ketus.
"Kenapa?"
Bukan Erlan yang menanyakan itu, tapi Ali. Dia sedang menatapku lekat lekat seolah sedang mengingat ingat apakah ia pernah melihatku atau tidak.
"Ya karna aku suka." balasku.
"Tapi kamu tidak pernah suka minuman pahit sejak dulu."
Kini Sherly lah yang bersuara, ku pikir dia menjadi bisu karena sejak tadi tidak berbicara sepatah katapun!
Aku hanya mengendikkan bahu acuh lalu mengambil ponsel ku yang sempat aku letakkan di meja.
"Oke"
Satu kata tiga huruf yang aku tulis dalam Chat Aplikasi WA itu langsung aku kirim ke orang yang namanya malas aku sebutkan.
Ya aku berjanji mulai hari ini aku tidak akan menganggu dirinya dengan semua sms dan telfonku lagi. Aku tidak akan menghubunginya lagi.
💔💔💔
Setelah selesai makan siang, aku pun memutuskan untuk pulang duluan dengan alasan tidak enak badan. Aku tidak mungkin melanjutkan jalan bersama mereka jika hal itu hanya akan membuat diriku nyesek sendiri! Apalagi saat Erlan mengatakan bahwa hubungan Ali dan Sherly sudah berlangsung selama dua tahun.
Dari dulu aku selalu memaklumi dia yang tidak mau bertemu denganku dengan alasan selalu sibuk bekerja dan sialnya aku selalu percaya itu.
"Anjani kenapa melamun terus, apa ada masalah... Mama panggil dari tadi nggak nyahut nyahut."
Aku tersentak kaget saat mendengar suara Ibuku, ternyata ia telah duduk di pinggir ranjangku.
"Kamu menangis, Anjani?" tanya Ibuku dengan nada yang sudah khawatir.
Aku buru-buru menghapus air mata yang membasahi kedua pipiku, aku bahkan tidak sadar jika aku menangis.
"Aku tidak menangis kok Ma, tapi itu cuma kelilipan... Iya kelilipan hehe." ucapku dengan senyuman yang kubuat semanis mungkin agar tidak membuat Ibuku semakin khawatir.
"Anjani---
"Aku tidak apa-apa Ma, jangan khawatir." ucapku memutus ucapan Ibuku.
"Mama mana yang tidak khawatir melihat anaknya meneteskan air mata." ucap Ibuku.
"Ini hanya kelilipan kok Ma." ucapku membuat Ibuku menghela nafas panjang.
"Kalau terjadi sesuatu yang buruk, katakan pada Mama jangan di simpan sendiri." ucap Ibuku seraya berdiri dan mengusap kepalaku.
"Di bawah ada Adnan, katanya dia disuruh Ibunya buat jemput kamu." lanjut Ibuku sebelum meninggalkanku seorang diri di kamar.
Aku lupa bahwa aku sudah berjanji pada tante Erna jika aku akan datang kerumahnya untuk ikut di acara perkumpulan keluarga tante Erna. Tadinya aku sudah menolak namun tante Erna selalu ingin aku ikut dengan acara keluarga mereka dengan alasan kalau nantinya aku juga akan jadi bagian dari mereka.
Namun rasanya kali ini aku sama sekali tidak berniat untuk datang ke acara itu karena ada dia di sana. Jika dulu aku akan sangat antusias jika tante Erna mengatakan dia akan datang walau nyatanya dia tidak pernah Datang!
Tapi tidak untuk saat ini karena aku membenci dirinya sekarang. Ya aku membenci Alixander Wijaya, tunanganku yang brengsek!
13 Mei 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Prilly
Fanfiction"jangan meneleponku lagi atau aku akan membencimu selamanya." Awalnya aku sudah biasa menerima sms yang berisikan kalimat itu, namun setelah hari itu. hari dimana aku tau bahwa dia memang benar benar tidak menganggap aku ada. aku pun memutuskan bahw...