Lelaki dan Wanita yang tengah berhadapan sekarang sama-sama berwajah masam, tidak ada senyum sama sekali di wajah mereka. Padahal tadi saat photoshoot wajah gembira dan bahagia terpampang jelas di keduanya, sekarang saat tengah akan pulang keduanya berhadapan dan menampilkan wajah sedih, serta kecewa.
"Kamu sekarang makin deket ya sama dia?" Tanya Lelaki itu, sang Wanita menggeleng tidak setuju, ia menunduk lalu menitikkan air matanya.
"Semua nggak kayak yang kamu pikirin Ali, aku sama Maxime nggak ada apa-apa!"
Ya, Lelaki itu adalah M.Ali Syarief, atau yang biasa kalian sebut Aliando Syarief. Dan Wanita itu, Prilly Mahatei Latuconsina yang biasa kalian Sebut Prilly Latuconsina.
"Aku nggak tau kamu bohong apa enggak, intinya aku percaya kok sama kamu kalau kamu nggak ada apa-apa sama dia." Jawab Ali lalu tersenyum dan menggenggam tangan Prilly erat, "Aku nggak mau kehilangan kamu, Sayang. Aku cemburu liat kamu sekarang makin deket sama dia, dan makin jauh sama aku!"
"Kamu cemburu memangnya kamu siapaku?" Tanya Prilly sarskatik.
Ali mengernyit tidak suka, "Bahkan sekarang mungkin kamu menganggap aku bukan siapa-siapa kamu, iya?"
"Ck." Prilly melepas genggaman tangan itu lalu mengusap air matanya, "Maksud aku itu, kita ada hubungan apa selain sahabat sampai kamu cemburu gitu?"
"Oh, atau mungkin kamu lupa kalau kita udah bangun komitmen buat nggak pacaran, dan langsung nikah kalau emang kita jodoh?"
"Aku inget, Li. Tapi sampai kapan?"
"Sampai kamu siap untuk menikah denganku, aku nggak akan berhenti buat minta sama Allah buat jodohin aku dengan kamu."
Prilly merona, ia menangkup pipinya kemudian Ali memeluknya.
"Kalau kamu takut aku nggak serius sama kamu, itu salah Prill. Aku serius sama kamu, Sangat serius."
Prilly mengangguk dalam pelukan Ali, seolah-olah ia akan berpisah dan takut kehilangan Ali.
"Aku percaya, Li. dan kamu juga harus percaya Sama Aku, kalau aku nggak ada hubungan apa-apa sama Maxime."
"Aku percaya, dan jangan sampai kamu buat kepercayaan aku hilang ya, sayang. Semisal kamu bikin aku nggak percaya aku bakal tetap berusaha percaya sama kamu kok." Ali mengelus punggung Prilly sayang, ia menyandarkan dagunya dikepala Prilly dan menghirup dalam-dalam aroma strawberry di rambut Prilly, aroma yang sangat memabukkan bagi Ali. "Aku cuma takut gara-gara status kita nggak jelas kamu malah jadian sama Maxime."
Prilly melepas pelukannya, "Kamu apaan sih, Li. Aku nggak bakal jadian sama dia lah."
"Iya aku percaya."
"Kalau aku jadian sama dia, kamu boleh hukum aku."
"Aku nggak akan hukum kamu sayang, jikapun itu terjadi. Kalau misal kamu jadian sama dia tapi jodohnya sama aku, Maxime bisa apa?" Jawab Ali seraya terkekeh dan Prilly tersenyum.
"Bunda jemput kamu nggak, kalau nggak aku anter yuk." Ajak Ali.
"Nggak kayaknya, tapi nggak usah Li. Aku nggak mau ngerepotin kamu."
Ali mengerutkan dahinya, "Kamu nggak ngerepotin aku."
"Iya tapi nggak usah."
"Aku paksa kamu buat mau." Ali kekeuh, entahlah ia sangat ingin mengantar Prilly karena Ali takut jika tidak diantar olehnya, Prilly malah minta dijemput oleh Maxime.
"Nggak usah, Ali."
"Kamu sekarang jarang panggil aku sayang."
Prilly berdecak ia menghentak-hentakkan kakinya ke lantai membuat Ali terkekeh, "Kamu kenapa sih kayak posesif banget sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Detrás de la escena [Dibalik Layar]
FanfictionLucu, disaat kamu menaruh cinta lebih besar dengan masa lalumu. kamu malah berpura-pura mencintai sosok lain yang sama sekali tidak jauh lebih baik dari masa lalumu. Tak apa, Silahkan berpura-pura sampai engkau lelah. dan kembalilah pada masa lalu m...