Bagian Lima

22.2K 2.6K 334
                                    

5. Kekuatan ketua Pelita.

Galih bangun dengan kepala yang pusing, makin tambah pusing lagi pas dia dengar kelakson motor yang dari tadi bunyi, siapa lagi kalau bukan Asep dan Didi yang ngelaksonin dia pagi-pagi gini. Dengan malas Galih bangun dari tidurnya yang hanya beralaskan ubin dingin dan berbantal tas bututnya. Mungkin itu juga yang membuat kepala Galih pusing, karena dia tidur di luar semalaman.

"Anjir! Lo gak mandi Gal?" Tanya Didi kaget pas lihat dandanan Galih yang berantakan.

"Gue di kunciin semalem, entar aja lah mandi di sekolah." Ucap Galih naik ke boncengan motor di belakang Didi yang memang sudah lebih dulu di boncengin oleh Asep.

"Kita mampir ke warung dulu kalo gitu buat beli sabun colek buat lo mandi Gal." Ucap Asep yang langsung mendapat geplakan kepala dari Didi di belakangnya.

"Bego! Bukan sabun colek tapi Sunlight." Ucap Didi mengkoreksi yang juga dapat geplakan kepala dari Galih.

"Bego! Bukan Sunlight tapi abu gosok." Ucap Galih yang langsung di anggukin oleh Asep dan juga Didi.

"Emak gue kalo nyuci piring suka pake abu gosok biar pancinya kinclong, siapa tau lo jadi kinclong juga Gal kalo mandi pake abu gosok." Kata Didi yang menyamakan Galih dengan panci. Siapa tau saja kan Galih bisa ikutan kinclong seperti panci-panci Emaknya yang ada di rumah.

"Sekalian aja pake sikat kawat Di." Ucap Asep menimpali.

"Nah itu malah lebih bagus." Asep dan Didi ketawa, sementara Galih asik meluk Didi sambil senderan di punggung Didi. Galih masih ngantuk dia butuh tidur, jadi biar gak jatuh Galih meluk Didi, jadi kalupun jatuh nanti Galih jatuhnya gak sendirian tapi rame-rame.

"Galih bego lo jangan molor!" Ucap Didi memperingati Galih supaya dia gak tidur. Didi ogah jagain Galih biar gak jatuh ngejengkang ke belakang. Didi kepengen di boncengin dengan damai dan tentram.

"Ngantuk gue Di." Ucap Galih ngedusel-ndusel bekas ilernya di punggung Didi.

"Entar jatoh bego!" Peringat Didi lagi.

"Kan gue meluk lo." Galih mempererat pelukannya pada Didi.

"Entar gue ikutan jatoh bego!"

"Lo kan bisa meluk si Asep Di biar gak jatoh." Saran Galih. Didi kan bisa memeluk Asep supaya gak jatuh, jadi kalau jatuh kan mereka jatuh bertiga.

"Tumben lo pinter Gal." Didi ikut memeluk Asep yang sedang fokus menyetir motor metik bebeknya, alhasil mereka bertiga sekarang saling peluk-pelukan. Untung urat malu mereka sudah putus, jadi saat mereka di lihatin sepanjang jalan mereka biasa saja, apa lagi Galih dia anteng saja tidur sambil mimpiin Garka yang terus mengejar-ngejar dia pakai traktor. Sepertinya Galih trauma dengan Garka. Gak lama mereka sampai di sekolah mereka masih dengan saling posisi berpelukan.

"Gal bangun udah nyampe!" Didi membangunkan Galih yang lagi membuat pulau di punggung Didi.

"Perasaan cepet banget." Galih melepaskan pelukannya pada Didi lalu meregangkan tubuhnya sambil menguap lebar.

"Gue mandi dulu." Pamit Galih berlalu pergi meninggalkan Asep dan Didi di parkiran.

"Di, seragam belakang lo basah." Kata Asep memberi tau kalau seragam bagian punggung Didi basah.

"ANJIR! GALIH LO NGILER DI BAJU GUE!" Teriak Didi murka. Seragam yang dia pakai itu seragam baru yang baru di beli oleh Emaknya kemarin dan masih bau toko, tapi sekarang bau tokonya hilang di gantikan oleh bau ilernya Galih. Didi gak terima seragamnya jadi gak ketaun lagi seragam baru.

Bad Love [DI APLIKASI KARYAKARSA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang