Hal 3

27 1 0
                                    

Minggu ini adalah minggu pertama aku memasuki kelas spesifikasi, waktu itu jumlah putra lebih jauh sedikit dari putri, pertama kali aku duduk di barisan bangku paling depan, karena sewaktu sekolah dasar dulu aku memang selalu duduk di barisan paling depan, tutor bahasainggris kami masih muda, pembawaannya kalem dancool, sangatcaredengan anak-anak didiknya, ia sebenarnya masih menempuh pendidikan tingginya di kampus yang lumayan jauh dari tempat tinggalnya, tapi sebelumnya ia sudah beberapa lama mengikuti kursus bahasa inggris di kampung Inggris pare kediri jawa timur, aku sudah mulai menyukai cara mengajar Pak Rosyid sejak pertemuan pertama, benarlah kata pepatah, “kesan pertama sealalu menggoda”.Walau rasa ingin kembali pulang dan tak betah sudah sedikit terkurangi, tetapi terkadang masih saja rasa itu membuntutiku saat aku terkurung dalam kesendirian.Hari berlalu dan terganti, menunjukan waktu terus berjalan dan umur terus berkurang.Ngaji, sekolah dan spesifikasi (dua kali dalan tujuh hari), dari situlah aku sedikit demi sedikit menambah ilmu pengetahuan yang sebelumnya belum pernah kudapatkan.Tetkala mentari sudah condong kebarat pada suatu hari, aku dan beberapa kawan melangkahkan kaki menuju gedung berlantai dua yang bertuliskan didepannya SMP Al-Hikmah, seperti biasanya pada hari Rabu sepulang sekolah kita harus mengikuti kelas spesifikasi Pak Rosyid, hari itu adalah ulangan yang pertama kali Pak Rosyid adakan setelah sekian lama ia mengajari kami berbagai macam materi. Tetkala sedang asyik mengerjakan  soal, karena sedikit ketledoranku, ada beberapa kalimat yang ku tulis keliru, kulihat kanan kiri depan dan tak kebelakang, karena pada waktu itu aku lah yang duduk paling belakang, disebabkan kedatanganku sedikit lebih telat, kulihat dibarisan yang paling depanmeja putri sebelah kanan, kudapati disana sesuatu yang sedang ku cari; Tipe-X. Ku panggil si empunya tipe-X itu denganbisikan, tentunya agar tak menggangu yang lain yang sedang khusu mengerjakan soal, “Ssssttttt mba, pinjem tipe-X nya ”, bisikku padanya, setelah mendengar bisikan ku, ia palingkan pandangannya dari kertas soal, lalu ia balikkan badannya dan mengarahkan pandangannya kepada ku, sambil mengulurkan Tipe-X yang ia pegang, ia berkata ”ini !”, dengan nada judes, hatiku bergumam,”judes amat nihcewe”,“lempar aja”, kataku,“nanti kalo kena gimana, nih ambil aja”, masih dengan nada judes yang agak berbeda dengan yangpertama,karena aku membutuhkan tipe-X itu, mau atau tidak aku harus mengambilnya. Setelah ku pakai, sebelum dikembalikan, tak sengaja kubaca tulisan yang berada ditutup tipe-X merah itu, yang sepertinya itu nama pemiliknya, Aya.Entah kenapa malam itu wajahnya hiasi langit-langit kamarku sebelum tidur, suaranya yang sedikit agak judes menjadi pelengkap bayang-bayangwajahnya pada malam itu, aku tak bisa memejamkan mata, saat ku kembali mencoba memejamkan mata, lagi-lagi yang terlihat hanya bayanganya, “aaah apa yang sebenarnya terjadi pada diriku?”.Teruslah berganti hari-haripada masa itu, dan akupuntak kuasa berbuat apa-apa, apalagi berusaha untuk menghentikannya, tak mungkin lah ku rasa. Semenjak pertemuan pertama dengannya itu, aku tak tahu apa yang kurasakan ketika aku berpapasan dengannya ataupun hanya sekedar melihatnya saja, dia memiliki sesuatu yang tak ku temukan pada diriku, dan aku memiliki sesuatu yang tak ku temukan pada dirinya. Hatiku tentram dan berbunga-bunga saat ku berada agak sedikit dekat saja dengannya, dansebaliknya, gusar dan gundah saat aku tak bertemu lama dengannya, saat aku tak lagi menatap wajah manisnya. Aku masih tak mengerti jua, apakah itu juga yang dinamakan dinamika benih-benih cinta saat pertama kali tumbuh?, biarlah kau mengertikannya sendiri kawan.Ada seorang teman dekat Aya yang juga kenal dekat dengan ku, Ani namanya, aku bisa kenal dengan Ani karena memang  saudara sepupu Ani adalah teman karibku, dia asli betawi, ayahnya bernama seperti nama presiden kedua Indonesia, Suharto, ia sering kali menuliskan namanya di buku-buku pelajarannya dengan membawa nama ayahnya; Bagus Bin Suharto, “biar keren”, katanya.Selasa itu Pak Rosyid berhalangan hadir, entah tak tahu kenapa, karena biasanya beliau selalu aktif dan tak pernah bolos ngajar, inilah kali pertama beliau tak mengisi kelas, tapi kami yakin, beliau bukan bolos tanpa alasan, karena itu bukan tabiat beliau, jadilah ahirnya siswa-siswi spesifikasi  berhamburan tak karuan, ada yang langsung pulangke kamar, ada juga yang masih di kelas, aku dan salah satu temanku, kabil adalah salah dua siswa yang masih tetap dikelas, tiba-tiba ketika kita baru akan melangkahkan kaki keluar kelas,  Si Ani memanggil-manggil namaku, “Ab”, Panggilnya, kubalikkan badan, dengan reflek aku bertanya,“ada apa An?, what can I help to you?”,“ngga papa, nanti abis ini kamu kedepan masjid ya?”,“ emangnya ada apa?”“udah nanti kesana aja”, sambil sedikit berbisik ia menambahi “sama Si Kabul ya”,“oke deh!”, balasku mantapKu hampiri Kabil yang sedari tadi menungguku  diluar pintu, sambil berjalan menuju gerbang sekolah,“Bil, tadi Si Ani ngajakin ketemu di depan masjid”“emang ada apaan Ab?”“ngga tahu tuh, udah deh kita kesana aja”“yo wis”, ujar Kabil menutup pembicaraan.Tanpa babibu lagi aku dankabul meluncur ke depan masjid yang berada di belakang sekolah dengan diliputi rasa penasaran.Sudah berdiri didepan masjid dua santri putri yang wajahnya tak asing lagi, terlihat Ani dan Aya sudah menunggu kami disana,“Ada apa An?”, tanyaku penasaran“Ngga papa sih aku Cuma mau ngasiin ini ke kabul”, jawab Ani sambil mengulurkan secarik kertas“Owh cuma gitu doang?”“itu tuh Ab, si Aya katanya naksir kamu”, ujar Ani sambil tertawa mengejek Aya yang tepat berdiri disampingnya, setelah mendengar perkataan Ani tadi, aya langsung membantahnya dengan nada sedikit tinggi, salting plus grogi,“ngga kok, ngga , itu Si Ani aja yang suka ama kabil”Aku dan Kabil hanya tersenyum mendengar percakapan merek berdua, sambil berharap apa yang dikatakan Ani adalah benar.Sebenarnya aku sudah tak ingin lagi untuk mengenang kisah indah inikawan, kau tahu kenapa, karena kau akan tahu sendiri setelah membaca judul setelah ini, betapa, betapa sakit yang kurasa.Beberapa waktu setelah pertemuan itu, Aya meminta nomor Hape yangbisa dihubugi, dan tanpa ragu kuberi saja nomor kang Misbah, Ustad yang juga sahabat karibku.Semenjak saat itulah kita sering berkomunikasi, terkadang pada saat liburanhari jumat Aya menelpon dari wartel ke nomor yang sudah kuberikan padanya itu, dan kebetulan saat harijumat tiba, kang Misbah pasti berada di kamar bersamaku.Ya terkadang hanya sekedar menanyakan kabar, berbagi cerita dan mengobrolkan hal sepele lainnya, yang tak ada indahnya apabila ku obrolkan bukan dengan Aya, tapi begitu indah tetkal ku obrolkan dengannya.Sampai pada ahirnya, aku lupa tepatnya, aku dan Ayatak lagi memanggil nama masing-masing ketika  berbicara dan saling menyapa, aku memanggil dia dengan sebutan Umi, dan dia memanggilku dengan Abi, sungguh, dunia terasa hanya dibuatkan oleh Allah untukkita berdua.

Cintanya Santri 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang