8 | HIM

429 50 0
                                    


Genre : Sci-Fict

***


Seorang gadis terlihat merenung memandang langit kota Seoul yang mulai temaram di atas balkon kamar panthouse-nya yang mewah.

"Indah," batinnya sembari tersenyum samar memandang lalu-lalang kendaraan di hadapannya, ada semburat sedih dari sinar matanya yang bening.

"Aah... sepi aku benci," gumamnya.

"Jihoonie," sapa sesosok pria tinggi yang mengenakan setelan jas hitam resmi di belakangnya sembari bersandar di rolling door kaca kamarnya.

Gadis itu menoleh kearah sosok itu kemudian tersenyum manis dengan sinar mata beningnya  yang perlahan terlihat lebih ceria.

"Jisung Oppa!" serunya lalu berlari menghampiri sosok kakak tirinya itu.

"Maafkan Oppa meninggalkanmu selama ini demi bisnis keluarga kita," katanya sembari mengelus puncak kepala adik perempuan satu-satunya itu.

Mendengar perkataan sang kakak Jihoon menggeleng maklum.

Dirinya mengerti betul keadaan mereka yang hanya tinggal berdua di dunia ini setelah kedua orang tua mereka meninggal akibat kecelakaan mobil saat Jihoon berusia sepuluh tahun.

Sudah dua belas tahun sejak kepergian orang tua mereka, Jisung yang menjadi satu-satunya keluarga baginya harus berusaha membagi waktunya untuk mengurus perusahaan keluarga dan mengasuh adiknya yang saat itu masih kecil.

"Minggu depan ulang tahunmu, kau ingin sesuatu?" Tanyanya saat keduanya sudah berada di meja makan menikmati makan malam.

"Tidak ada oppa, aku hanya ingin kita melewatinya berdua saja" 

"Kau tak ingin tas baru, sepatu atau pergi liburan kemanapun?"

Jihoon terkekeh lalu meminum segelas air putih disebelahnya kemudian tersenyum dengan pandangan sayu.

"Akan lebih merepotkan bila aku keluar rumah dengan keadaanku yang seperti ini oppa," lirihnya.

Jisung yang mendengar perkataan sang adik hanya bisa memandang Jihoon dengan senyum getir yang berusaha dirinya sembunyikan.

"Tenanglah oppa akan mencarikan Dokter terbaik untuk kesembuhanmu sayang." Tegasnya sembari mengelus punggung tangan sang adik berusaha menenangkan Jihoon yang hanya bisa membalas perlakuan sang kakak dengan tatapan sendunya.

"Adikku pasti akan sembuh." Batinnya.

"Park Jihoon menderita gangguan kecemasan, dirinya tak akan bisa berinteraksi dengan dunia luar selama trauma kecelakaan orang tua kalian masih terpendam di memori bawah sadar Jihoon." Jelas Minhyun Pskiater  yang menangani Jihoon kala itu, Jisung baru menyadarinya  setahun sejak kematian orangtuanya dimana Jihoon hanya mengurung diri dikamar  dan tak ingin berbicara dengan siapapun selain dirinya dan selalu berakhir dengan tak sadarkan diri bila berada di tempat keramaian.

"Oppa akan melakukan apapun asal kau sembuh adikku." Jisung mengelus puncak kepala adik perempuan satu-satunya itu yang sudah terlelap tidur di kamarnya.  

===

Senyum Jihoon sedari tadi mengembang sejak dirinya membuka mata hari ini, hari dimana dirinya menjadi sosok gadis dewasa sesungguhnya. Dirinya berkali-kali memandangi wajahnya di cermin besar dalam kamarnya sembari terkekeh malu dengan penampilannya yang sedikit terlihat berbeda dibanding hari biasanya.

"Selamat ulang tahun Park Jihoon, adikku yang paling aku sayangi didunia ini." 

Jisung menyerahkan sebuah kotak berwarna merah muda dengan pita putih sebagai penghiasnya. 

About Him [Jihoon in Dreamland]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang