Genre : Historical + Poetry***
Kang Daniel x Park Jihoon
.
.
.
Nielwink_Heaven Project
.
.
.
Seoul, 1980
Jihoon kembali membuka matanya ketika ketukan pintu terus-menerus mengganggunya. Jihoon dengan setengah sadar bangkit dan menoleh kearah sekitarnya.
"Tuan Jihoon?" panggil suara dari luar kamarnya.
"Ya, Ahjumma" Jihoon sudah turun dari ranjangnya. Menyibak tirai kamarnya. Seberkas sinar mentari pagi masuk lewat celah kamarnya. Jihoon menghela napasnya panjang. Hidupnya sungguh membosankan.
Jihoon kembali pada aktivitasnya seperti biasa. Mandi, Berganti pakaian, sarapan dan berangkat sekolah. Semuanya hambar. Terutama jika harus terus bertemu orang tua kolot yang punya ambisi menjodohkannya dengan anak keluarga bangsawan korea lainnya.
"Setelah pulang sekolah cepat pulang dan ikut perjamuan keluarga Heo" Ayahnya bicara sambal terus menyesap kopi paginya. Pisau dan garpu Jihoon yang sedang beradu terhenti diudara. Jemarinya meremas kencang alat makan yang digenggamnya. Masih awal hari namun ayahnya sudah mengibarkan bendera perang padanya.
"Tidak ada penolakan Park Jihoon, Kau tahu akibatnya jika menolak" Ayahnya bicara dengan nada biasanya namun penuh bisa dan ancaman. Desisnya terlalu berbahaya, bahkan terhadap darah dagingnya sendiri.
"Aku pergi" Jihoon bangkit menyudahi paksa acara sarapannya yang harusnya tenang tanpa percakapan memuakkan. Kadang dia benci hidup sebagai anak konglomerat berpengaruh di Korea begini. Hidup saja harus diatur. Memang mereka Tuhan?
.
.
"Ahjussi, nyalakan radionya" perintah Jihoon ketika mobil mewah mereka sudah ada dijalan raya.
"Baik Tuan" tanpa membantah, supir itu mengikuti keinginan tuannya. Menyalakan radio kesukaan tuannya.
Jihoon tersenyum begitu lagu tempo sedang dan ceria terdengar di telinga. Siaran radio kesayangannya ini tak pernah mengecewakan dirinya. Hanya dengan mendengarnya akan membuat perasaan muram Jihoon menjadi lebih baik. Terutama suara penyiarnya. Jihoon jatuh cinta dengan suaranya. Berat dan dalam, namun memiliki sihir hangat disetiap nada bicaranya.
"Selamat pagi wahai pujaan, Bolehkah aku menyapa pagimu? Hai Sinar Pagi, sudah menyapa pujaanku hari ini? Dia begitu mempesona kan?–" Jihoon tersenyum tipis. Penyiar favoritnya ini tak pernah kehabisan kata puitis untuk menyapa pendengarnya.
"–semoga harimu menyenangkan pujaan, walaupun hidupmu diujung tebing kesengsaraan sekalipun kau tetap harus tersenyum sepanjang hari ini. Karena seseorang pernah berkata, bila dua orang yang saling menyukai tersenyum bersama akan terjadi sebuah keajaiban." Jihoon kembali terpaku mendengar rentetan kata-kata manis dari penyiar radio itu.
"Selamat pagi pendengar, hari ini cuaca begitu cerah. Semoga hari Anda juga secerah pagi ini. Saya Penyiar Euigeon akan menemani Anda melewati pagi indah ini sampai pukul 10 nanti. Tentu dengan puisi-puisi penyemangat hari Anda sekalian. Baiklah, saya putarkan beberapa lagu untuk menghibur Anda semua" Jihoon memejamkan matanya ketika penyiar itu memperkenalkan dirinya. Euigeon. Nama yang lucu untuk seorang penyiar. Namun Jihoon menyukainya. Semuanya. Nama, suara bahkan setiap puisi yang dia baca. Jihoon menyukai semuanya. Ah, lebih tepatnya mencintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Him [Jihoon in Dreamland]
Fiksi PenggemarBagaimana jika ..., kau berkelana di alam mimpi yang terasa begitu nyata dan itu terjadi selama beberapa hari? Jihoon's Birthday Project by Nielwink Heaven; @bundajihoon2905 @Cheryxblossom @Daniellavanie @december2812 @justohsehunsgirl @KatanyaCint...