4 | It's Okay, Thats Love

456 49 2
                                    

Genre : Spiritual

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Genre : Spiritual

***

Happiness can be found,
even in the darkest of times, 
if one only remembers to turn on the light.




Aku ingin mati.

Mati.

Ma-ti.

Tiap tetesan darah itu kuperhatikan dengan intens. Cairan berwarna merah gelap yang kusukai. Kuhitung satu-satu hingga menyentuh lantai yang tadinya bersih menjadi kotor.

Aku menyeringai. Ini menyenangkan sekali. Tetapi kenapa aku belum mati juga?

Tangan kanan yang masih memegang silet, kudekatkan lagi pada pergelangan tangan kiriku. Menambah sayatan disana. Tergores panjang.

Aku terkekeh senang melihat tetesan itu kini bertambah banyak dan jatuh satu-satu dengan cepat.

Ah, kepalaku mulai pusing dan bergoyang. Apakah aku akan mati?

Terima kasih Tuhan.

Pandanganku semakin buram dan kelopak mataku terasa berat. Tak kuasa menahannya, tubuhku jatuh begitu saja ke lantai kamar mandi yang dingin sebelum suara seseorang yang kukenal memanggilku.

"Park Jihoon!"

•••

"Kau hampir kehilangannya lagi, Kang Daniel."

Jisung menghela napas panjang sebelum melanjutkan perkataannya, "kita sempat kehilangan detak jantungnya selama lima detik. Aku bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana jika di detik ke enam ia masih tidak berbunyi. Sekali lagi, kau mendapatkan keajaiban. Kali ini aku mohon padamu, Tolong lebih dijaga lagi Jihoon-mu itu. Aku tidak ingin mendapatkan kunjungan mendadak yang ketiga kalinya di bulan ini. Paham?"

Pria dewasa yang sedang menunduk dan meremat jari-jemarinya itu mengangguk pelan. Bahu lebarnya terkulai lemah dan matanya terpejam erat. Ada peluh yang tertinggal di keningnya.

Daniel mengambil napas panjang lalu mengeluarkannya dengan perlahan dari mulutnya. Berusaha membuat rongga paru-parunya segar kembali setelah beberapa menit lalu yang terasa mencekam. Ia bahkan hampir mati berdiri jika bukan kabar baik yang keluar dari mulut Dokter di depannya ini.

"Terimakasih hyung, Aku berutang budi lagi padamu."

Jisung berdecak mendengarnya. Ia menghempaskan punggungnya, bersandar sambil menyilangkan kaki jenjangnya itu.

About Him [Jihoon in Dreamland]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang