-1-

556 27 2
                                    

05.25 KST

        "Yak, Kim Myungsoo! ireona! ireona!" terlihat Bibi Myungsoo memukulinya dengan sapu. "Ahh nee, Jiyeon Imo,  jangan memukulku" ia segera beranjak dari kasurnya. "Dasar tidak tau di untung!, kau kira kau ini Bos? yang bisa bangun, lalu berangkat sekolah seenaknya hah?!" Myungsoo tidak mendengar ucapan Bibinya ia lebih memilih pergi mencuci wajahnya ketimbang mendengar ocehannya itu.

Myungsoo pov
Aku Kim Myungsoo, anak pertama dari pasangan Kim Jaejoong dan Shin Min Ah. Umurku telah menginjak 17 tahun. Aku memiliki seorang namdongsaeng namanya Kim Moonsoo. Kami adalah keluarga yang bahagia, tetapi nasib buruk menimpa Appa, Eomma dan dongsaengku. Mereka kecelakaan. Aku sungguh terpukul atas kepergian mereka. Keluarga Woobin samchonlah yang merawatku sekarang. Seperti pagi ini. Jiyeon Imo membangunkanku untuk pergi ke pasar mengantar nasi pesanan. Semenjak tinggal disini, itu sudah menjadi rutinitasku. Tadi aku bangun terlambat karena semalam, aku mempersiapkan peralatan sekolah untuk sekolah baruku nanti. Aku akan bersekolah di tempat yang sama dengan Sunggyu Hyung yaitu, Kirin High School.
Myungsoo pov end

        Myungsoo berjalan menuju pasar, kebetulan lokasinya tidak jauh dari rumah. Jadi ia hanya cukup berjalan kaki. Suasana dingin di pagi hari membuat kulit putihnya memerah. "Huuh, dinginnya. Andai saja mantel ini berbahan tebal, pasti akan terasa hangat" sambil mengusap-usap telapak tangannya.

        Sesampai di pasar Myungsoo langsung memberikan nasi pesanan Song Ahjumma. "Ahjumma, ini pesanannya" "Letakkan di meja sebelah barat. Uangnya kau ambil saja di laci" "Arraseo, aku pergi!" Myungsoo meletakkan nasi dan mengambil uang sesuai arahan Song Ahjumma tadi. Myungsoo melirik jam yang ada di pergelangan tangannya "Pukul 06.12?!" Myungsoo terkejut. "Aigooo, cepat sekali sih. Aku bahkan belum menyiapkan sarapan" ia berlari keluar gerbang pasar. "Kalau Jiyeon Imo marah, dia pasti akan memukulku lagi" "Hey!" panggil seorang namja yang ia tidak ketahui. Myungsoo melirik. "Kalau di lihat-lihat dia sepertinya anak orang kaya" gumamnya "Jeosonghabnida, aku sedang terburu-buru" kata Myungsoo membungkukkan badannya sebentar. "Bareng aku saja, kau lewat jalan Samseong-dong kan?" Kata namja itu. "Uhm, iya" "Yasudah, sini naik" ia juga menepuk sadel motornya. Myungsoo menatap selidik. "Jangan takut. Aku tidak akan macam-macam kok" "Bukan begitu maksudku, aku hanya tidak ingin merepotkanmu Tuan" "Tidak masalah. Dan ya, panggil aku Woohyun" "Ne Woohyun-ssi" "Jangan formal juga. Woohyun saja. Aku tidak suka di isi embel-embel ssi" "Ne Woohyun-ah" Myungsoo naik ke motor Woohyun. "Pegangan" Myungsoo memegang belakang motor. "Bukan di situ, tapi peluk aku" "Huh?" Myungsoo bingung "Tidak perlu di pikirkan. Aku hanya takut kau jatuh" "Oh begitu" Myungsoo memeluk Woohyun sebagaimana mestinya agar ia tidak jatuh terpental :v

Woohyun pov
"Sialan" Woohyun baru saja dari supermarket. Ia di suruh Ibunya untuk membeli keperluan dapur. "Padahal kan ada pembantu, kenapa harus aku?!" Gerutunya di jalan "Aku masi mengantuk" Matanya tak sengaja melihat namja manis yang sedang berlari "Itu siapa ya? dia sangat manis " motornya menepi ke pinggir jalan. "Hey!" namja itu berbalik melihatku. "Jeosonghabnida, aku sedang terburu-buru" lihatlah, dia sopan sekali. "Bareng aku saja, kau lewat jalan Samseong-dong kan?" Tebakku "Uhm, iya" "Yasudah, sini naik" namja manis ini sepertinya mencurigaiku. "Jangan takut. Aku tidak akan macam-macam kok" "Bukan begitu maksudku, aku hanya tidak ingin merepotkanmu Tuan" Imutnya, kataku. "Tidak masalah. Dan ya, panggil aku Woohyun" "Ne Woohyun-ssi" "Jangan formal juga, Woohyun saja. Aku tidak suka di isi embel-embel ssi" "Ne Woohyun-ah" Dia naik ke motorku "Pegangan" dia berpegangan pada bagian belakang motor. "Bukan di situ, tapi peluk aku" "Huh?" Ekspresinya saat ini sangat lucu haha, ingin rasanya aku mencubit pipinya. "Tidak perlu di pikirkan. Aku hanya takut kau jatuh" "Oh begitu" dia memeluk pinggangku, ah aku mengambil kesempatan dalam kesempitan kkk~
Woohyun pov end

        Hening. Satu kata itulah yang mewakili keadaan Woohyun dan Myungsoo di jalan. Tidak ada di antara mereka yang memulai obrolan. Mungkin karena canggung. Woohyun yang tidak suka suasana seperti inipun mulai membuka percakapan "Ngomong-ngomong aku belum tau namamu" Myungsoo sedikit mendekat "Namaku Myungsoo" "Nama yang manis, untuk orang yang manis juga" "Biasa saja kok" tak di sangka pipi Myungsoo bersemu merah. "Belok mana Myung?" "Belok kiri, lalu ada gerbang berwarna hijau"

        Mereka berdua sudah sampai di rumah Paman Myungsoo "Jadi ini rumahmu?" "Aniyo. Ini rumah Samchonku, tapi aku sudah tinggal menetap di sini" jelas Myungsoo. "Orang Tuamu kemana?" "Mereka sudah meninggal" raut wajahnya berubah sendu "Mianhaeyo, aku tidak bermaksud membuatmu sedih" "Gwaenchana. Aku masuk dulu. Terima kasih atas tumpangannya Woohyun-ah" "Cheonma, aku harap kita bisa bertemu lagi" Myungsoo membalas dengan anggukan dan melambaikan tangannya.

        "Imo, mian aku datang terlambat" Myungsoo membuka pintu rumah serta menyerahkan uang hasil pesanan tadi kepada Bibinya. "Aku juga akan segera menyiapkan sarapan. Permisi" ketika Myungsoo akan lewat, tangannya di tahan oleh Bibinya "Bagaimana tidak terlambat. Kau malah pacaran dengan namja di luar sana. Anak nakal!" Plakk tamparan keras mendarat di pipi Myungsoo sehingga menyisakan bekas darah di sudut bibirnya. Ia meringis sakit. "Itu hukuman buat anak yang kurang ajar!" Bugh lagi. Kali ini pukulan di bahunya. "Sa..kith Imo...", "Aku tidak pacaran. Namja tadi hanya mengantarku pulang hiks" "Alasan!" Bibi Myungsoo sangat mudah tersulut emosi. "Ada apa ini ribut sekali?", "Myung, neo gwaenchana?" Pamannya datang "Yeobo, lihat keponakanmu! Dia mulai kurang ajar!" "Aku baik-baik saja Samchon" jawab Myungsoo untuk pertanyaan Pamannya tadi."Sudahlah, Ji. Ini masih pagi" "Hah merepotkan!" Bibi Myungsoo pergi begitu saja menuju kamarnya. "Appa, dimana sarapannya? Aku akan segera berangkat sekolah" Kakak sepupu Myungsoo yang selisih setahun lebih tua darinya menuruni anak tangga. "Kau makan di sekolah saja Sunggyu-ya" Sunggyu Hyung, biar aku saja yang membuatkanmu sarapan. Tunggulah" Myungsoo beranjak pergi menuju dapur. "Jangan Myung, nanti kau akan terlambat. Kau mandi saja. Ini hari pertamamu di sekolah baru kan?" "Ne  Samchon, tapi Sunggyu Hyung?" "Biar saja. Dia sudah besar" "Benar kan sunggyu?" "Hmm" Sunggyu berdehem malas. "Sebentar, dekat sudut bibirmu ada darah Myung. Apa itu perbuatan Jiyeon Imo?" Myungsoo mengangguk "Aku akan membertahuinya" "Hajiman, nan gwaenchana. Ini hanya luka kecil kok. Samchon mandilah" "Hm geurae, Samchon mandi duluan. Jaga dirimu baik-baik"  sambil mengusap pucuk kepala Myungsoo.

        "Hoi Myung!" Sunggyu memanggil Myungsoo dengan meninggikan nada suaranya. "Mwoya Hyung?" "Kau pikir, dengan bersikap SOK baik bisa mengambil hati Appaku? Jangan harap!" "Aku tidak pernah memiliki niat jahat seperti itu Hyung. Sungguh" "Terserah kau saja. Aku tidak ingin berangkat sekolah dengan orang sepertimu!" Sunggyu bersikap acuh.

At Kirin High School
        "Apa aku kesiangan? Kenapa sekolah sepi sekali?" Myungsoo datang sambil memakirkan sepeda gayungnya. "Aku harap tidak" kaki Myungsoo mulai melangkah ke area dalam sekolah. Sekolah ini cukup luas, di sini juga tersedia asrama. "Wah, indah sekali. Seperti sekolah yang di pakai dalam drama Dream High" ia masi melihat-lihat sekeliling dan sampai melupakan satu hal "Ruang Kepala sekolah di mana ya?" ia celingak-celinguk "Andai saja aku berangkat bersama Sunggyu Hyung pasti tidak akan sulit seperti ini" Dekat koridor ia melihat namja yang tengah bersender pada tembok. Myungsoo berlari kecil menghampirinya "Permisi, bisa kau antarkan aku ke ruang Kepala sekolah?" ia menepuk bahu namja itu. "Tentu saj- eh, kau?"








Don't forget for vottment, yes 👀~

Because Of Me ;Woosoo(21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang