Oleria Alexandria

99 8 13
                                    

Waktu dini hari, di tengan hiruk piruknya kota. Seorang wanita berjalan dengan tertatih-tatih. Merancau tidak jelas, mengeluarkan segala umpatan, tertawa walaupun tidak ada lelucon sama sekali. Memaki walaupun tidak ada objek yang dimaki. Sudah hampir mendekati gila, mengabaikan seluruh pasang mata yang memperhatikan, luar biasa masa bodoh. Dengan segenap sisa-sisa kesadaran yang ada, dia berusaha untuk menjangkau jarak apartmentnya. Namun tidak yakin berhasil, karena tidak jarang dia selalu berakhir ambruk di jalanan. Kini fantasinya kian bermain, seolah ada sosok pangeran berkuda putih yang datang dengan sukarela, lalu dengan baik hati membopong tubuh cantiknya ke singasana antah berantah. Namun, seketika fantasinya buyar begitu saja ketika bayangan sosok laki-laki yang dicintainya sedang bergelayut mesra dengan wanita yang tidak kalah binalnya.

"Sialan kamu mas, bajingan keparat!" umpatnya kesal. Dirinya sangat kacau, berjalan  sempoyongan sehingga kerap kali menubruk tubuh orang-orang yang dianggab merentangi jalannya.

"Kalo jalan liat-liat dong! Dasar setan!!" keluar makian dari orang yang telah di tubruk olehnya. Namun tidak digubris sama sekali. Seolah-olah mendadak tuli dan bisu dalam sekejap.

Jarak apartment nya hanya tinggal beberapa meter saja. Namun tidak kuasa lagi untuk menahan kepeningan yang sedari tadi dia tahan, akhirnya Oleria Alexandra ambruk begitu saja di lobi apartment.

Dengan sisa kesadaran yang ada, Oleria merasa tubuhnya di angkat oleh seorang pria. Oleria mengenalnya, sangat-sangat mengenalnya. Bau parfum yang selalu menjadi candunya selama ini.

"Mas Bram.."

*****

Oleria tersadar pukul 12 siang, masih ada sisa-sisa rasa pening, bau alkohol juga masih menyeruak di mulut perempuan cantik itu. Oleria bangkit, hendak membersihkan tubuhnya yang sudah sangat lengket.

Setelah itu Oleria keluar dari kamar, manuju dapurnya yang terlihat sangat rapi, karena sangat jarang sekali digunakan, kecuali untuk memasak makanan instan serta menyeduh kopi, minuman favoritenya. Terlalu malas baginya untuk berkutat dengan bumbu-bumbu dapur dan segala atributnya.

"Harus bagaimana lagi mas bilang ke kamu, jangan pernah pergi ke club lagi!" tiba-tiba suara Bram terdengar dari ruang televisi. Ola masih terus melangkahkan kakinya menuju dapur, membuka kulkas lalu mengambil satu botol air dingin, karna hanya itu yang terdapat di kulkasnya. Kemudian membawa botol itu ke ruang televisi.

"Kamu perempuan yang keras kepala Ola!" sambung Bram dengan suara datar, tampak sudah lelah menghadapi sikap wanitanya itu. Ola bungkam, memilih meminum air langsung dari botolnya.

"Aku bakalan berhenti kelayapan kalau kamu nihakin aku mas." Oleria mulai bicara, mengambil posisi di sebelah Bram. "Aku udah capek begini terus" keluhnya.

Oleria dan Bram sudah bersama selama empat tahun. Bersama tapi tanpa komitmen yang pasti. Pacaran saja tidak. Bram selalu meyakinkan Ola bahwa komitmen itu tidak perlu, yang paling penting adalah saling percaya satu sama lain. Tapi, perempuan mana yang mau diperlakukan seperti itu. Ola butuh kepastian. Apalagi melihat sifat Bram yang sudah mulai berubah.

"Kamu tidak liat respon ibu pas ketemu kamu?" tanya Bram pada Ola. Berusaha mengingatkan kejadian beberapa waktu lalu. Dimana ibu Bram langsung menunjukkan ketidaksukaannya pada Ola.

"Bukan itu mas!" amarah Ola terpancing "Kalau kamu serius sama aku, kamu gak bakalan mau dirayu wanita lain!" sambung Ola, Bram memijit pelipisnya. Membuka kancing kemeja bagian atas seakan gerah mendengar perkataan Ola. Bram berdiri.

"Kamu sudah lihat semuanya?" tanya Bram. Ola menatapnya lama, wajah Bram sama sekali tidak menunjukan raut bersalah, apalagi menyesal.

"Aku liat semuanya mas! kamu bajingan!! brengsek!!" Ola berkata dengan deru nafas kasar. "Apa aku saja tidak cukup buat kamu!  semuanya bahkan sudah aku kasih buat kamu, cuma buat kamu!!" Ola sudah tidak tahan, air matanya tidak keluar, seolah sudah terkuras  habis. Yang tersisa hanya luapan kemarahan.

"Wanita itu calon istriku, wanita pilihan ibu." jawab Bram.

Dunia Ola seakan gelap, dunia seolah berhenti berputar. Kehancuran Ola dimulai saat ini.

"Bagaimana dengan anak kamu ini mas!" Ola berkata sambil memegang perut ratanya. Bram panik seketika.

"Kok bisa?! itu pasti bukan anak aku!! kamu sudah banyak berhubungan dengan laki-laki! Itu bukan anak aku" Bram berkata seolah dia tidak pernah melakukannya bersama Oleria.

Ola diam. Mendongkak karena tubuh Bram sangat besar, dan Ola terlalu kecil.

"Kamu memang brengsek! Setan!! BIBIT YANG KAMU SEBAR SAJA TIDAK KAMU AKUI!" bentak Ola sambil memukul dada bidang Bram "PERGI KAMU BRENGSEK!!" Oleria sudah dimakan murka. Tidak lagi terlihat sisi baik dari perempuan itu.

Bram tersenyum sinis melihat kemarahan Ola. "Kalau emang itu anak saya.. " Bram memberi jeda, lalu mengeluarkan banyak uang dari dalam dompetnya. "Gugurin secepatnya! dan enyah dari kehidupan saya!" kata-kata Bram sangat memukul Ola. Pukulan tak kasat mata yang membunuh seluruh kepercayaan yang telah dia bangun selama ini.

Perempuan mana yang tidak marah diperlakukan seperti itu? Bram dulunya yang sangat perhatian berubah menjadi pria paling brengsek.

"Aku gak sudi!! Sekarang kamu keluar! pergi bercinta dengan anjing jalangmu itu! Dan sampaikan juga pada ibumu, sebinatang apakah dia sampai melahirkan anak binatang seperti kamu!!" air mata yang sebelumnya enggan keluar, akhirnya tumpah ruah. Bram melenggang pergi begitu saja.

Sepeninggalan Bram, Ola memporak porandakan semua barang yang berhubungan dengan Pria brengsek tersebut. Semuanya hancur, jauh lebih hancur lagi hati Oleria.

Tidak kuat menahan tubuhnya sendiri, Ola terjatuh ke lantai. Rapuh, kesal, marah, benci semua menjadi satu. Hatinya kini telah mati. Apalagi cintanya, hanya mempunyai 2% untuk dapat hidup kembali. Lelah dengan situasi kehidupannya, Ola tertidur di tengah kekacauan apartemennya. Berharap jika saat bangun nanti semuanya hanya mimpi belaka.

Relung HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang