Akhir Malam

40 7 0
                                    

Setelah kepergian perempuan tersebut. Yang bisa Gabis lakukan hanya menangis, menangisi nasibnya yang seperti ini.

Jika semua ini hanya mimpi, Ganis memohon agar tuhan membangunkannya dari mimpi. Dan jikalau semua ini memang nyata ia mohon agar bisa keluar dari tempat terkutuk ini.

Boleh kah aku berharap walau kemungkinan nya kecil? Boleh kah aku membenci nasib ku ini? Aku harus bagaimana ya tuhan. Ucap Ganis dalam hati.

Tidak terasa, waktu sudah menujukan puluh tujuh malam. Menangis terlalu lama membuat matanya bengkak. Ketika asik dengan dunianya. Pintu kamar tiba-tiba terbuka, menampilkan dua sosok perempuan dengan pakaian sangat minim.

"Ini yang kemarin dibawa bejo sama embeng?" Ucap Dian salah satu dari wanita itu.

Mereka berjalan perlahan mendekatin Ganis. Hingga sampai di pinggiran samping tempat tidur.

"Cantik ya" ucap Sela, sambil duduk di pinggir tempat tidur.
"Kamu abis nangis ya?" Dian memandang prihatiin.

Sela dan Dian bertukar pandangan, mereka berdua sejujurnya iba dengan Ganis. Gadis cantik ini di jual oleh Bejo dan Embeng, sungguh di liat dari cara berpakaiannya, pasti orang paham betul bahwa Ganis anak gadis yang sangat polos.

"Sudah ya jangan nangis lagi. Kita kesini bantuin kamu buat make up." Dian mengelus punggung Ganis yang masih betah untuk berdiam. Dian sungguh berharap lelaki yang akan membeli Ganis adalah sosok lelaki yang akan membebaskan nya dari tempat terkutuk ini. Semoga.

Dian dan Sela memandang tiada henti ke arah Ganis mereka berdecak kagum melihat kesempuraan Ganis. Kini Ganis  menggunakan dress sabrina berwarna hitam, menampilkan kesan cantik. Punggung belakang yang putih bersih membuat siapa saja yang melihat nya akan merasa iri. Ganis hanya melihat wajah nya sendu. Ya, dia putus asa. Tidak ada pilihan lain ini memang takdir nya.

"Ya ampun kamu cantik banget sumpah." Ucap Dian kagum.

"Semoga saja kamu mendapatkan pria yang baik ya."

Tiba-tiba pintu terbuka. Mami masuk dengan gayanya yang menyeramkan, seperti biasa. "Kamu sudah siap? Sopir yang akan membawamu sudah siap." Mami tersenyum melihat Ganis. Senyum  licik.

Tuan wisnu sangat beruntung. Tidak heran dia membeli mu dengan harga yang menggiurkan bahkan dia rela membabaskan mu. Sungguh beruntung kau Ganis. Batin Mami.

*****

Waktu berlalu dengan cepat, saat ini jam sudah menujukkan pukul sembilan malam. Ganis telah sampai di sebuah Hotel, ia ditemanin oleh dua orang pria berjas hitam. Melewati lorong demi lorong,  Ganis berhenti di depan sebuah pintu. Ganis masuk, hal yang pertama dia lihat adalah sebuah ruangan yang begitu mewah bahkan bisa di bilang sangat mewah. Ada sebuah mini bar, dapur, sofa, dan kamar?  Kamar dengan ukuran yang lumayan besar, tempat tidur king size dan hal yang membuat nya merinding adalah, di sana sudah duduk sesorang pria, sedang meminum alkohol pikirnya.

Pria itu memandang Ganis dari ujung kaki hingga ujung kepala.

Pikiran Ganis salah, dia mengira bahwa pria yang akan merasakan kesuciannya adalah seorang om-om dengan perut buncit, berkepala botak. Semuanya di luar dugaan Ganis, ternyata pria yang membelinya sangat tampan. Kalau saja sifat pria itu tak sebejat sekarang, Ganis akan merasakan cinta pada pandangan pertama.

Matanya berkilatan, siapa saja yang melihat nya akan bisa menebak bahwa dia tengah menahan sesuatu di dalam diri nya. Bahkan Ganis yang sangat polos itu merending ketakutan melihatnya.

"Ah gadis yang cantik" Ucap pria tersebut sambil terus memandangi Ganis yang tengah berdiri.

Pria tersebut berdiri medekati Ganis terus mendekat hingga berdiri tepat berada di depan Ganis. Hal pertama yang Ganis cium adalah wangi alkohol.

Ganis hanya bisa menundukan kepala. Lututnya tiba-tiba melemas.

"Nama mu siapa?" tanya pria tersebut.

Hening, tidak ada jawaban bahkan Ganis tidak berniat untuk menjawab pertanyaan tersebut.

"Apa kau tidak tau cara nya menggunakan mulut mu itu?" Kesal tidak ada jawaban, pria itu dengan paksa mengakat dagu Ganis hingga mata mereka bertemu pandang. Hal pertama yang pria tersebut rasakan adalah jatuh cinta dengan mata bulat berwarna coklat jernih milik Ganis.

"Tuan, tolong lepaksan saya." Tetes demi tetes air mata Ganis turun tanpa bisa ia cegah.

Mengabaikan tangis Ganis, pria itu malah mencium bibir Ganis dengan kasar. Melumat nya lalu mengigit bibir Ganis. Hal pertama yang pria tersebut rasakan adalah rasa manis. Bibirnya sangat manis. Ciuman pertama Ganis di renggut oleh pria yang tak dikenalnya.

Ganis memberontak dengan cara mempukul punggung pria itu.

Pria yang entah namanya siapa,  menghentikan ciumannya. Tangannya masih terus memeggang pinggang Ganis, tanpa aba-aba dia langsung menggendong Ganis dan melemparkan tubuh wanita itu di atas tempat tidur.

Panik, Ganis mencoba bangkit,  namun di tahan oleh tangan kekar milik pria itu.

"Jangan takut sayang, aku akan memberikan rasa nikmat untukmu" ucap pria itu sambil menampilkan senyum liciknya.

"Tuan jangan lakukan ini. Saya mohon" Ganis memohon, dia menangis. Hancur sudah niatnya untuk mencari kerja di ibukota. Jakarta lebih dulu menyiksanya. Sungguh Ganis yang malang.

"Baiklah, aku tidak akan menyakitimu" ucap pria itu, Ganis kaget mendengarnya. Ia merasa bahwa ia akan bebas.

Fiuhhhh #usapkeringat akhirnya Relung hati up. Sebenernya part ini puanjangggg buanget #timpukauthornya

Berhubung panjang banget, akhirnya kita bagi dua deh, heehe
Tungguin aja part selanjutnya.

Salam,
R D R

Relung HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang