Ghannissa Putri merupakan seorang gadis dengan umur dua puluh tahun. Memilik bentuk tubuh yang
tinggi, hidung macung, bola mata yang kecil, teman-temannya sering mengatakan bahwa ia mirip sekali seperti Yoona SNSD, girl band asal korea selatan.Kini gadis cantik yang sering di panggil Ganis itu baru saja turun dari bis yang mengantarnya sampai ke ibukota jakarta. Sejujur nya Ganis baru pertama kali menginjak kan kaki di ibukota.
Kehidupannya berubah drastis saat kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan tragis yang menimpa beberapa tahun lalu yang akhirnya membuat Ganis menjadi gadis sebatang kara. Ganis yang malang. Dengan bermodalkan niat dan tekat, Ganis memberanikan diri untuk menyusuri ibukota yang terkenal sangat kejam. Ganis mencoba peruntungan. Berharap keuntungan itu benar-benar ada, dan bisa sedikit mengubah latar kehidupannya yang sangat suram.
Malam pun telah tiba, Ganis sendiri harus segera mencari kontrakan. Lelah seharian berkeliling tanpa arah dan tujuan, Ganis memilih duduk di sebuah taman kota, guna menghilangkan rasa penatnya. Dari kejauhan Ganis tidak menyadari bahwa ada dua sosok pria yang sedang mengawasinya.
"Jo jo itu itu lu liat kagak ada cewek cantik lagi duduk sendirian?" Ucap salah satu pria yang bernama embeng
"Iye gue liat mbeng. Cantik yee gue jadi in bini kedua mau kagak ya?"
"Idih karyo dari pada lu jadiin bini kedua mending itu cewek kita jual ke mami!"
"Nama gue bejo suekk, main ganti-ganti aja lu. Tapi gue kasihan kalau dijual ke mami" lirih bejo karena dia tau jika sudah masuk kandang singa, maka akan sulit untuk keluar kembali.
"Lu mau duit kagak?" Embeng mencoba mempengaruhi bejo. Sejujurnya embeng sebenarnya sependapat dengan bejo. Tapi apa daya karena himpitan ekonomi dia harus melakukan ini.
"Tapi mbeng tu cewek kayak nya masih rapet yee. Masih polos gitu"
"Ya terus kalau masih rapet kenapa jo?"
"Kita coba dulu lah!!"
"Eh rengging, nggk inget bini dirumah?" Ucap embeng sambil memukul lengan bejo.
"Astaghfirullah.. gue lupa." Mbeng hanya geleng-geleng kepala melihat kelaukan temannya itu. Dia sendiri binggung kenapa bisa bertemenan dengan mahluk bernama Bejo itu.
"Terus sekarang gimana?" Tanya Bejo.
"Gini aja, kita bius dia pakek sapu tangan yang udah kita kasih sama obat bius" jawab Mbeng mengutarakan idenya.
"Eh pantat panci lu kagak liat sekitar taman lagi rame gini?" Mbeng melihat sekitar dan memang benar, taman sedang ramai-ramainya. Maklum malam minggu banyak anak-anak remaja yang sedang pacaran. Bahkan bejo sempat geleng-geleng kepala melihat cewek dan cowok sedang asik berciuman (inget bini dirumah sabar).
"Ehm, gue punya ide gimana kita kasih obat bius nya di dalam botol minuman yang masih terisi air?" Bejo memberi saran.
"Terus kalau ada yang tanya itu cewek pingsan gimana?"
"Ya jawab aja dia abis mabok. Maka nya kagak sadar."
"Tumben otak lu encer juga Jo. Enggak sia-sia gue berteman sama lu." Bejo hanya mengendus
"Ya udah lu tunggu sini gue beli minuman dulu ye sama obat bius"
"Iyee Embeng bin Joni."
Ganis sendiri masih melamun dia haus tapi enggan untuk mencari penjual minuman. Di tempatnya duduk banyak sekali remaja cewek dan cowok yang sedang asik berpacaran. Sampai tiba-tiba saja ada dua pria yang menghampiri nya.
"Malam neng sendirian aja." Itu adalah sapaan Bejo. Andai saja Ganis tau bahwa Bejo ini mantan raja gombal. Pasti dia akan kabur terbirit-birit.
Ganis hanya memberi senyuman. Dia sendiri enggan untuk menjawab sapaan pria tersebut.
"Duh neng jangan senyum gitu ah abang nggak kuat liat nya. Berasa ada yang melumer gitu di hati abang." Ucap sih raja gombal. Embeng sendiri hanya melirik tanda untuk Bejo diam.
"Mbak ini saya kasih minuman untuk mbak. Seperti nya mbak haus." Embeng menyerah kan sebotol minuman yang sebelumnya sudah di isi dengan obat bius.
"Makasih ya bang." dengan polos Ganis menerima air tersebut.
"Ya udah mbak kami pamit dulu." Mereka berdua pergi meninggalkan Ganis sendiri. Lalu mereka mengawasi dari kajauhan. Mereka menunggu target untuk mrmakan umpan mereka. Tak lama kemudian akhirnya Ganis meminum habis air tersebut, tanpa rasa curiga sedikit pun.
Selang beberapa saat Ganis merasa kan kantuk yang sangat luar biasa. Efek dari obat itu sudah bereaksi. Dan perlahan semua jadi gelap. Ganis berdoa semoga tidak akan terjadi apa-apa pada dirinya.
*****
Hal yang pertama Ganis liat saat membuka mata adalah sebuah kamar. Tidak terlalu besar, kamar yang hanya bisa di tempati oleh satu orang. Pikirnya.
Ganis mengedarkan pandangannya sambil sesekali mengucek mata. Dia sendiri binggung entah sudah berapa jam dia tertidur. Dan yang lebih membinggung kan lagi, dia sedang berada di kamar siapa?Sampai tiba-tiba pintu terbuka, menampilkan sesorang wanita yanh terlihat berusia empat puluh tahunan dengan dandanan super menor. Ganis langsung duduk, was-was. Perempuan tersebut perlahan mendekatinya, lalu duduk diseblah Ganis.
"Wah bejo sama mbeng bener-bener hebat." Ucap perempuan tersebut.
"Siapa nama mu?" Lalu bertanya pada Ganis.
"Anda siapa?" Ganis malah balik bertanya, mengabaikan pertanyaan dari perempuan itu.
Perempuan yang sering di sebut mami itu tersenyum. Ya, dimata Ganis, senyum mengerikan. "Panggil aku mami sayang. Kamu sedang ada di tempatku." Ucapnya memberi tahu.
"Kamu mau apa? Aku mau keluar!!"
"Ah tentu saja mau bersenang-senang sayang." Mami memandang Ganis tanpa henti. Membuat Ganis merasa risih. "Ah, tapi jika kamu ingin keluar maka, dengan satu syarat" mami melirik sinis. Sambil tersenyum licik.
"Ap..apa syarat nya?" Gugup melanda Ganis. Ganis berdoa semoga bukan hal buruk.
"Simple sayang. Kamu harus tidur dengan sesorang laki-laki yang kaya. Maka kamu akan bebas setelah itu!" Mami tau bahwa gadis yang berada di depannya ini masih perawan. Mami tidak mau menyiakan kesempatan ini. Karena di luar sana sudah ada sosok pria yang akan membeli Ganis dengan harga yang sangat luar biasa.
Mami berdiri, lalu mengucapkan sesuatu. "Ingat malam ini siap kan diri kamu baik-baik!" lalu melenggang pergi keluar dari kamar Ganis.
Bagian Ghanissa sudah up ya, semoga suka
Jangan lupa vote and comment gaesRDR,
Enjoy..
KAMU SEDANG MEMBACA
Relung Hati
RomanceTentang tiga sahabat dengan berbagai macam polemik kehidupan. Oleria Alexandria, Ghannissa Putri, Aliysia Callista ketiga perempuan dengan perbedaan latar, hidup, pikiran. Ketiganya bertemu tanpa di sengaja di suatu club malam di kota yang terkenal...