memutuskan?

0 0 0
                                    

"Kamu?"

"Kenapa? Kau terkejut?"

Letta bangkit berdiri dan hendak pergi dari taman. Tapi sebuah tangan mencegatnya dari belakang. Ia menoleh ke arah laki laki yang sudah membuatnya pusing memikirkan masalah yang ia hadapi.

"Apa lagi sih? Aku itu tidak mau meminta pertolongan kamu.."

"Oh iya?"

"Tolong lepaskan tangan kamu.., aku tidak sudi di jamah sama laki laki kayak kamu.." ucap letta dengan sinis.

Edward melepaskan cekalannya dan berdiri disamping letta.
Ia menatap sinis wanita yang ada didepannya. Gadis seperti letta tidak masuk tipikalnya tapi ada sesuatu hal yang ingin ia lakukan sehingga ia mendekati letta.

"Kau akan mencariku kemanapun suatu saat nanti.. dan kau juga akan menyesal telah berkata seperti itu kepada ku.." ucap edward dengan tajam dan berlalu dari tempat itu.

Letta terdiam dan menatap punggung laki laki tampan itu. Ia memikirkan maksud dari perkataan edward yang terdengar seperti ancaman.

"Aku bingung harus melakukan apa nantinya jika yang dikatakan oleh laki laki itu benar.. apakah aku harus memutuskan untuk menerimanya nanti?"
Letta menghela napasnya dengan gusar. Pikirannya kacau memikirkan soal pendaftaran kuliah litta. Besok adalah hari terakhir pendaftarannya. Namun uang yang ia dapatkan belum cukup.

"Argh... aku pusing.. lebih baik aku pulang..,"

♥♥♥

"Kak.. bagaimana uang pendaftarannya? Apakah uangnya sudah ada?" Ucap litta dengan antusias.

"Belum ada.. kamu sabar ya.. kakak tahu kok kalau besok hari terakhir pendaftarannya."

"Kok gitu sih? Kakakkan sudah janji dari kemarin.."

"Iya.. kakak tahu tapi-"

"Pokoknya uangnya harus ada sekarang. Titik."

Litta membanting pintu kamarnya dengan kencang. Letta terduduk lemas dikursi sofa yang ada diruang tamunya. Bagaimana ia bisa mendapatkan uang sebanyak 30 juta lain lagi uang kuliah setiap semesternya. Ia pusing memikirkannya.

"Argh... harus sama siapa lagi sih, aku harus minta tolong?"

Edward. Hanya nama itu yang ia ingat. Haruskah ia mencari keberadaan edward malam ini juga? Tapi kota Jakarta bukanlah kota yang kecil. Harus kemana ia mencarinya?

"Diakan orang terkenal.. kenapa gak kepikiran mencari alamatnya di internet?"

Dengan bermodalkan internet, letta mencari alamat rumah laki laki itu. Cukup mudah mengetahui dimana rumahnya. Letta pun bangkit berdiri dan keluar dari rumahnya. Ia berjalan kesimpang untuk menyetop taksi. Ini sudah malam, jika menaiki bis ia takut kesasar. Apalagi alamatnya cukup jauh dari kompleks rumahnya.

"Pak tolong antarkan saya ke alamat ini ya.."

Letta memberikan secarik kertas berisikan alamat rumah edward. Taxi melaju dengan kecepatan sedang. Didalam mobil,letta hanya berdoa semoga saja edward tak menertawakan dirinya yang bodoh ini. 30 menit kemudian, akhirnya ia tiba disebuah rumah yang cukup besar. Bukan seperti bentuk rumah melainkan seperti mansion. Pagarnya yang tinggi tidak memungkinkan pencuri bisa masuk kedalam. Letta menyerahkan selembar uang 50 ribuan kepada sang supir taksi.

"Makasih ya neng.."

"Sama sama pak.."

Letta terdiam sambil memandang mansion besar itu. Banyak pengawal disetiap sudut mansion berjaga.
Sebenarnya ia sangat ragu untuk masuk kesana. Tapi waktu tidak memungkinkan.

LettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang