Part 1

31 7 1
                                    

Jakarta, 18 April 2018

Hari ini adalah hari pertamaku sekolah di SMA TUNAS BANGSA, salah satu sekolah umum yang berada di Jakarta.

Aku pindah sekolah karena keegoisanku, ya diasal sekolahku aku cukup banyak mendapatkan tekanan dari lingkunganku, hingga aku memutuskan untuk pindah sekolah dan tinggal di Jakarta bersama kakakku Rayhan, dia sekarang kuliah di salah satu universitas di Jakarta.

Dengan sangat gugup aku mengikuti langkah Bu Dita yang tak lain kini adalah wali kelas baruku, dan sekarang kami menuju ke kalas yang akan aku tempati. Aku masuk ke kelas 11 Sastra 3.

Isi kelasnya begitu ramai, namun pada saat kami masuk semua murid menjadi diam dan menatapku. Aku sungguh gugup dan menikmati suasana yang aku rasakan kini, suasana dimana suatu saat nanti akan menjadi kenangan, suasana yang merupakan awal lembaran hidupku yang baru.

"Silahkan perkenalkan dirimu! " ucap Bu Dita membuyarkan lamunanku

"Perkenalkan nama saya Bintang Felisha Austin, kalian bisa panggil saya Lisha. " ucapku dengan lancar dan tentu saja di sertai dengan senyuman hangat.

"Selamat datang di kelas kami dan semoga Lisha betah disini"ucap Bu Dita, dan aku hanya tersenyum menanggapinya.

"Bu, saya ingin bertanya pada Lisha"ucap seorang gadis berkacamata."

"Oh silahkan Nada, mau nanya apa? "

"Lisha kamu berasal dari mana??" tanyanya

"Oh Aku berasal dari Bandung" ucapku sambil tersenyum.

Aku cukup senang, ini awal yang baik bagiku, namun dari tadi perhatianku terus tersita pada seorang anak laki-laki yang berada di pojok dekat jendela, dia terus saja melihat keluar jendela dan mengacuhkanku yang ada di depan.

"Ya sudah kenalannya lanjutin nanti ya, Lisha kamu duduk di pojok sana sama Devian" Bu Dita menunjuk pada bangku disebelah cowok yang dari tadi menyita perhatianku dan ternyata namanya Devian, alhasil kini aku sebangku dengannya.

"Hai" ucapku saat duduk disebelahnya "kenalin namaku Lisha" aku menyondorkan tanganku.

"Hmm Devian"ucapnya ketus tanpa melihat dan tanpa membalas jabatan tanganku.

"Buka buku panduan kalian halaman 172 kerjakan soal 1-15 dikumpulkan saat istirahat, ibu ada rapat sebentar, dan harap tenang, jangan berisik" perintah Bu Dita yang memberikan kabar baik pada kami.sontak setelah bu Dita keluar, kelas menjadi ramai dari sebelumnya.

Aku memilih untuk diam dan mengerjakan tugas.
"Hm Dev, " sontak dia menatapku dengan tanda tanya "Aku boleh ikut liat buku panduannya gak? " Tanpa berkata apapun ia langsung menggeser bukunya ketengah
"Makasih"ucapku

"Hm"ucapnya dengan pelan namun masih dapat aku dengar.

Saat hendak istirahat Nada menghampiriku, meminta tolong mengumpulkan tugas barusan bersamanya. Aku hanya menyetujiunya karena dia satu-satunya orang yang mengajakku berbicara.

Pada saat kembali dari ruang guru  kami hendak pergi ke kantin namun aku izin sebentar ke toilet
"Nad, kamu duluan aja ya aku mau ke toilet nih "

"Oh mau aku temenin?"tawarnya

"Nggak usah, tapi toiletnya dimana?"tanyaku

"Kamu lurus trus belok kanan, nanti ada tulisannya kok"tuturnya

Aku berlalu meninggalkannya.
Setelah seselai dari toilet aku hendak ke kantin nyusul Nada
'Tadi mm jalannya kemana ya?' batinku 'ke sana deh'. Namun setelah lumayan lama berkeliling aku tak kunjung memenukan tempat itu.

'Brugh' 'brugh' aku mendengar suara orang yang berkelahi, karena rasa 'kepoku' yang tinggi akhirnya aku mencari sumber suara itu
"Devian" teriakku ketika melihat segerombolan orang yang mengeroyoknya

"Gawat ada saksi mata, cepet kabur" teriak seorang dari mereka

"Dev" aku berlari menghampirinya

"Ya ampun kok kamu di keroyok gini? Bibirmu berdarah, ke UKS yu! " ajakku

"Apa sih kamu ngapain kamu kesini? " tanyanya

"Udah nanti aja nanyanya sekarang kita ke UKS" Tanpa menunggu jawabannya aku langsung menarik pergi Devan.

Beruntung UKS tidak terlalu jauh dari tempat kami, dan mudah untuk menemukannya.

"Permisi"ucapku

"Gak ada orang"

"Hah?? "

"UKS di sini gak ada petugasnya, jadi klo sakit harus kita sendiri yang obatin " ucapnya sambil mengambil kotak P3K dan duduk di ranjang pasien hendak mengobati lukanya

"Eh"dia mengobati lukanya sendiri namun tidak benr alhasil belepotan

"Ck ck ck, kamu ini, sini biar aku aja"tawarku

"Appaan sih,,, " ucapannya terhenti tatkala aku mendaratkan telunjuk kiriku di bibirnya, hingga kini tangan kananku leluasa mengobatinya.

"Udah diem jangan banyak ngomong, nanti betadinnya belepotan"pintaku

"Udah, mana lagi yang luka? " tanyaku

"Dahi"

"Ya Ampun lukannya cukup besar, ini mah harus di jahit Dev"tuturku

"Appaan sih kamu, udah plesterin aja, ntar juga sembuh"bantahnya

"Udah nih udah selesai"

"Hm" dia mengambil dompetnya dan hendak mengambil isinya "Berapa? "Tanyanya

"Emang kalau ngobatin luka di sini harus bayar ya? "Tanyaku heran

"Nggak, aku tanya berapa aku harus bayar kamu karna udah nolongin aku"

"Ha, ya ampun Dev aku tuh ikhlas tahu nolongin kamu"

"Ikhlas? Masih ada ya di dunia ini manusia yang membantu sesama dengan ikhlas? Paling-paling kamu saat ini doang bilang ikhlas, ntar pas lagi butuh kamu nuntut aku, lagian pas aku di keroyok mana ada orang yang ikhlas nolongin dengan tanpa memperdulikan keselamatannya sendiri" ucapnya panjang lebar, aku sontak sakit hati kebaikannku di anggap beban baginya.

"Terserah kamu mau anggap aku gimana yang jelas aku gak bisa diem aja liat temenku dalam bahaya, selama aku bisa aku pasti akan tolong, dan satu lagi aku masih punya harga diri dan selama ini aku gak pernah menuntut kebaikan yang udah aku lakuin. " ucapku dengan nada menyentak dan berlalu meninggalkannya.

------------------------------------------------
Yey part 1 udah kelar nih dan nyampe 839 words nih

Jangan kecewain ya, jangan lupa kasih bintang dan comen

Follow my IG : @YntiNurhasanah6

Masa Merah JambuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang