Cinta Pertama

2.7K 46 0
                                    

Bagi sebagian anak perempuan, ayah adalah cinta pertama mereka. Begitupun diriku, ayahku adalah cinta pertama ku. Ayah adalah orang pertama yang suaranya ku dengar saat pertama kali aku terlahir ke Dunia. Suara yang menenangkan jiwaku.

Hari demi hari, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun. Aku tumbuh menjadi seorang anak perempuan yang penuh dengan kebahagiaan. Bersama ayah, aku menjadi sangat manja.

Hari itu, tepat dihari kelulusanku di Taman Kanak-kanak. Aku merengek kepada ayah, meminta ayah agar mengantarku mengambil raport ku di sekolah. Ayah tak pernah menolak, bahkan dia berkata "selagi ayah mampu, ayah akan selalu ada untuk mu nak, ayah akan lakukan apapun yang anak perempuan ayah inginkan" aku tersenyum bahagia:^)
Akhirnya ayah mengantarku kesekolah dengan sepeda tuanya.

Di sekolah, ayah duduk di barisan belakang. Yah seperti para laki-laki lain memilih untuk duduk dibagian belakang.

Saat pengumuman, aku deg-degan. Aku takut kalau nilaiku mengecewakan ayah. Tapi kuliat, ayah hanya tersenyum melihat ku diatas panggung. Saat diumumkan ternyata nilaiku lumayan bagus, aku begitu bangga walaupun bukan menjadi juara teratas. Bagiku peringkat 3 sudah lumayan bagus untuk usia kanak-kanak.

Liburan sekolah ku habiskan untuk menemani ayah dan ibu ke kebun, kami menginap disana. Hari-hariku menyenangkan, ayah selalu memanjakan ku. Menggendongku setiap pergi ke kebun, mengajakku berbelanja makanan kesukaan ku dipasar. Hmm:) rasanya aku rindu masa-masa itu.

Saat itu aku ingin sekali naik sepeda. Kebetulan aku punya sepeda, tapi tidak tahu cara pakainya. Aku nekat ingin menaikinya, akhirnya yang kudapatkan hanya terluka. seperti anak perempuan lain aku juga cengeng, Tapi ayah membuatku tenang dan tak putus asa.

Beberapa bulan kemudian saat aku SD, aku sudah pandai menaiki sepedaku. Bahkan sepeda ayahku pun jadi bahan percobaanku. Saat itu aku sok pintar, padahal kakak ku sudah melarang ku tapi begitulah Nur keras kepala.

Akhirnya aku jatuh kebawah gang disamping rumahku, lagi-lagi aku hanya menangis dan menangis. Ayah marah padaku, tapi tak memukulku. Dia hanya mengajariku untuk tidak keras kepala saat diberi tahu sesuatu. Ayah menggendongku pulang dan kakak mengambil sepeda ayah ku yang rusak karna ulahku. Aku hanya memeluk ayah sambil menangis, dalam hati aku berkata "maaf ayah, aku nakal. Janji tidak bakalan ku ulang lagi".

Aku sangat dekat dengan ayah, karna itu kemanapun ayah pergi aku akan minta ikut.
Hari itu, ibu sedang hamil tua dan ayah pergi mengantar kakak ku yang nomer 2 pergi bersekolah disuatu pesantren. Aku ingin ikut, tapi ibu melarang ku ayah kasihan melihat ku, tapi tak bisa apa-apa. Ayah meninggalkan ku dan ibu memarahiku. Aku marah dan sangat kecewa karna tidak bisa ikut dengan ayah, akhirnya ku cabut tanaman sayuran ibu didalam toga ( toga : tempat menanam sayur-sayuran ), ibu melihatku, ia marah besar. Aku pergi dari rumah, berlari ke rumah nenek ku karna takut pada ibu. Tapi akhirnya ibu datang memaksaku pulang. Di belakang rumah, ibu memukuliku dengan kayu, mencubit ku hingga aku benar-benar tak berdaya. Ibu meninggalkan ku di kebun itu, tante ku yang melihatku menangis kesakitan mendatangiku dan membawaku ke rumahnya tepat di sebelah rumahku. Aku diberi makan, dan di suruh tidur karna benar-benar drop. Untuk berbicara pun aku sudah tak kuat.

Di sore hari, ayahku pulang. Tanteku membangunkan ku dan mengantarku pulang, ibu masih marah padaku tapi ayah mendekap ku lembut berbicara halus padaku. Ayah bilang "kamu tak seharusnya melakukan itu nak, tanaman itu tidak salah. Sudah jangan menangis lagi" mendengar ayah seperti itu, aku jadi lebih tenang. Ayah menyuruh ku mandi dan segera tidur, karna mataku benar-benar bengkak karna menangis seharian.

Berjalannya waktu akhirnya ibu melahirkan adikku, adik yang ku harapkan adalah perempuan tapi malah laki-laki. Aku kecewa, karna semua saudaraku laki-laki. Ayah mengazankan adikku, kulihat sepertinya ayah bahagia dengan anak laki-lakinya yang ke-4 itu. Aku takut kasih sayang ayah berkurang karna adikku itu.

Sejak dia lahir, aku belajar hidup mandiri. Untuk tidak terlalu mengharap bantuan ayah. Aku menjalani hari-hari dengan sangat berbeda, ternyata punya adik itu sedikit tidak enak.

Aku menginjak kelas 3 SD saat itu, tepat saat itu juga ayah akan pergi ke kota untuk pesta keluarganya. Ayah membawaku ikut dengannya, benar-benar hanya ber-2 dengan ku. Rasa sayang yang dulu pernah kurasa kembali datang saat itu, "ohh ayah aku rindu masa-masa ini" ucap ku dalam hati.

Disana kuhabiskan waktu benar-benar bersama ayah, tidur dengannya, makan dengannya, mandi dengannya ( hahaha kak Nur terlalu jujur ).

Bertahun-tahun lamanya, dikehidupan silam aku menjadi seorang anak yang paling bahagia didunia. Dan aku sadar semua itu tidak akan pernah bisa terulang lagi.

Can you see me dad😌

Nurlutfiah:)

Surat Kecil Untuk AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang