Air mataku tak berhenti jika mengingat masa-masa itu.
Tahun 2014. Tepatnya dibulan suci Romadhon. Untuk pertama kalinya ayah mendapatkan penyakitnya, penyakit yang awalnya hanya sekedar terasa gatal tapi akhirnya mematikan.
Iya. Saat itu ayah sedang berbaring kulihat dia menggaruk-garuk. Kutanya ayah "ayah kenapa?" dia bilang "rasanya semua badan ayah gatal-gatal, tidak tahu kenapa?", aku yang mendengar jawaban ayah seperti itu, bergegas mencarikan ayah bedak gatal. Ku pakaikan diseluruh tubuhnya yang gatal itu, lalu dia beristirahat lagi. Tidak berhenti disitu ayah terus menggaruk badannya, katanya gatal dan sakit. Sampai berdarah-darah. Ibu yang melihat itu berfikir positif, mungkin ayah alergi sesuatu.
Sejak hari itu, ayah mulai tak kuat berpuasa. 1 bulan puasanya tidak full. Setelah lebaran, ibu membawa ayah periksa ke dokter. Hasil yang keluar paru-paru ayah rusak.
Memang ayah adalah perokok aktif, tiada hari tanpa rokok bagi ayah. Bahkan disaat sakit pun ayah tetap tak bisa berhenti merokok, walaupun sudah ku larang mati-matian.Beberapa bulan kemudian, kulihat badan ayah mulai menurun. Yah semua orang menyadari itu, banyak perubahan-perubahan dalam diri ayah. Badan yang dulu kekar kini mulai mengurus, rambut yang dulunya lebat kini mulai rontok, bahkan wajah yang dulunya gagah kini mulai berbeda.
Perubahan besar yang membuatku cemas melihat ayah. aku hanya heran, setiap hari dia makan lebih banyak dari porsi orang normal. Tapi kenapa bisa seperti itu.Ibu membawa ayah untuk periksa lagi, hasilnya pun keluar. Dan betapa terkejutnya kami, ternyata selain paru-paru ayah juga terkena Diabetes. Anehnya yang kutau orang lain kebanyakan hanya mengalami pembusukan pada bagian-bagian lukanya jika diabetes. Tapi kenapa ayah berbeda.
2 tahun lebih ayah terkena penyakit itu, saat itu aku kelas 3 SMP. Setiap pagi aku diantar ayah bersama dengan adikku yang sudah kelas 2 SD, ayah tidak pernah malu mengantar ku, mengantar anak perempuannya kesekolah dengan keadaan seperti itu. Aku anak yang aktif di organisasi sekolah terutama Pramuka, hari itu aku ada kegiatan berkemah di luar daerah. Rasanya tidak bisa jauh dari ayah, apa lagi ayah sedang sakit. Tapi ku paksakan diriku pergi, karna ayah juga mendukungku.
Selama berkemah, ayah selalu menelfon ku. Menanyakan kabar ku, apakah aku baik-baik saja. Dalam pikiranku "harusnya aku yang bertanya, apakah ayah baik-baik saja disana".
Setelah 1 minggu, aku kembali kerumah. Dan menghabiskan waktu untuk beristirahat, kulihat semakin hari ayah semakin lemah. Siang itu ayah sedang berbaring, dia meminta ku memotongkan kuku-kukunya. Yah aku melakukannya dengan hati-hati, karna kulit ayah terlalu sensitif.
Saat itu aku berharap ayah bisa sembuh dari sakitnya.
Nurlutfiah:)