Bab Dua Puluh (Revisi)

7.6K 290 29
                                    

Hallooooo....!!!!! maafin Berli lama up datenya ya dan makasih banyak  untuk kalian semuanya yang uda setia menunggu, juga untuk vote dan uda Follow akun berli. Kemungkinan Berli juga akan lambat deh up datenya ngak seperti dulu up date seminggu sekali


My Heart Is Breaking

Penggalaman Tiara yang minim mengenai hubungan pria dan wanita dewasa membuat Dante harus sabar mengajarkan setiap hal yang bisa membuat mereka merasakan kenikmatan. Semalam Dante melakukan sesuatu yang baru, mengajari Tiara bagaimana caranya sebuah ransangan tiap ransangan yang dilakukan tangan dan mulut Dante dapat membuat Tiara meledak dan menerikan nama Dante dengan keras.

Wajah Tiara memerah memngingat kembali percintaan mereka semalam. Dante mengucapkan kata-kata membujuk yang sangat membantu Tiara untuk melupakan rasa takutnya pada apa yang akan dilakukan Dante pada tubuhnya. Dante membisikan kata-kata mesra selama percintaan mereka. Di dalam hati Tiara tahu kata-kata itu hayalah rayuan yang dilancarkan Dante untuk mendapatkan kenikmatan bersama.

Air mata Tiara tumpah membasahi pipi. Tidak pernah sekalipun dalam hidupku membayangkan akan terjebak dalam situasi seperti sekarang ini. Hidupku sudah seperti sinetron murahan saja. Tiara tersenyum getir, harus kuberi judul apa untuk kisah hidupku beberapa bulan ini. "Nikmatnya menjadi isteri rahasia bilioner", aah tidak itu sudah sangat biasa pikir Tiara, ummm....atau "My Heart Is Breaking". Tampaknya itu sangat cocok dengan kisahku beberapa bulan kedepan. Bukankah hatiku patah dan hancur. Karena aku tahu aku sudah kotor dan tidak memiliki hak untuk memimpikan pernikahan seperti yang selama ini menjadi khayalan semasa kecilku.

Tiara melihat kamar mereka yang tadi terlihat sangat berantakan telah rapi. Seprainya juga sudah diganti dengan yang bersih, mereka pasti merapikannya saat aku berendam tadi. Tiara turun dan mendapati mbok Surti yang sedang tersenyum ramah. Satu hal lagi yang harus Tiara biasakan mendapati setiap pelayan yang membungkuk dan tersenyum ramah padanya. Padahal dirinya tidak lebih baik dari mereka. Tiara bukan seorang nyonya rumah tapi hanyalah seorang jalang yang bertugas melayani kebutuhan biologis Dante. Pekerjaan pelayan lebih baik daripada dirinya yang dipanggil untuk memuaskan majikan mereka di atas ranjang, benar-benar hina dan kotor batin Tiara.

Maaf ya mbok Surti, saya terlambat bangun.

"Nyonya tidak perlu minta maaf seperti itu, mbok bisa mengerti, kalian pasangan baru jadi itu sangat wajar bangun terlambat". Wajah Tiara memerah.

"Dimana Riko, mbok?. Tiara tidak mendapati Riko di meja makan"

"Tuan muda Riko dikamarnya nyonya, sejak pagi tuan muda Riko tidak mau keluar dari dalam kamar juga menolak sarapannya", saya khawatir kalau tuan muda Riko terus seperti itu, hal itu akan membuatnya jatuh sakit.

"Aku akan ke kamar Riko, mbok tolong siapkan saja sarapan untuk kami berdua dan juga sebuah meja makan lipat, aku akan membujuk Riko agar makan dan kami akan makan bersama di dalam kamar Riko. Mbok boleh aku minta nasi goreng untuk makan siang?". Nasi gorng dengan porsi besar, kerena aku sangat kelaparan Tiara berkata dengan sedikit malu

Surti mengangguk. Tentu saja nyonya, anda boleh meminta apapun untuk dimasakan, para pelayan akan memenuhi semua permintaan anda. Dan nyonya tidak perlu minta tolong pada kami. Karena melayani nyonya adalah tugas kami. Saya akan menyiapkan nasi goreng pesanan nyonya dan akan membawanya langsung ke kamar tuan muda Riko.

"Terima kasih mbok, maaf merepotkan mbok". Tiara berjalan ke kamar Riko

Di depan pintu kamar Riko. Tiara melihat ada empat orang pengawal berbadan besar, dengan tubuh tegap dan sedikit bertampang mengerikan seperti tampang-tampang pengawal di film-film gengster. Kenapa Dante tidak memilih pengawal yang sedikit berwajah bersahabat dan kenapa jug Dante menempatkan para pengawal di depan pintu kamar Riko. Apa ini tidak berlebihan namanya. Ini kan didalam rumah bahaya apa yang bisa terjadi di dalam rumah sehingga pengawalan Riko begitu ketat. Apa keluarga Jaya memang sangat-sangat berbahaya seperti yang dikatakan Rina. Tiara melewati para pengawal yang membungkuk sopan dan membukan pintu kamar Riko.

Selamat pagi Riko sayang!, sapa Tiara dengan ceria dan senyuman manis.

"Apa tante Tiara tidak punya jam?". Ini sudah cukup siang untuk dikatakan pagi tante Tiara. Riko berkata jutek.

"Upss...sudah siang ya". Tante tidak memperhatikan jam. Tiara mengabaikan sikap bermusuhan yang sedang diciptakan Riko. Tante terlalu lelah karena____". Tiara menghentikan ucapannya memperhatikan Riko yang masih tampak sedih sambil memeluk sebuah poto.

Tiara merasa kasihan pada Riko bocah dua belas tahun yang sedang berduka. Seharusnya ada Rina disamping Riko. Mendampingi Riko menghadapi kesedihannya. Tapi lihatlah Riko menghadapi kesedihannya seorang diri. Tanpa pelukan dan kata-kata menenangkan dari orang terdekatnya.

Riko terlihat melamun sambil memeluk sebuah poto.

Tiara melihat ada dua orang pengawal lagi di dalam kamar Riko. Kalau seperti ini Riko tidak akan merasa nyaman apa yang ada dalam pikiran Dante. Bukannya menemani putra adopsinya malah pergi entah kemana. Padahal mereka masih dalam masa berduka. Tapi bajingan itu sudah sibuk dengan rutinitasnya. Apa keluarga ini tidak memiliki ikantan kasih sayang sama sekali. Ditinggal orang terkasih seperti kemarin tampaknya bagi mereka tidak berbeda sama sekali seperti hari-hari biasa. Hanya berduka pada hari itu saja kemudian kembali sibuk dengan kesibukan mereka masing-masing. Tiara menghela napas miris membayangkan kehidupan keluarga Jaya yang mengerikan dan sekarang aku menjadi bagian dari keluarga yang tidak berperasaan ini.

Tiara memperhatikan Riko yang hanya diam tidak mempedulikan kehadiran Tiara di dalam kamarnya. Tiara duduk di dekat Riko, mencoba membuat Riko menyadari keharidannya. Mbok Surti bilang Riko melewatkan sarapan pagi hari ini dan memilih mengurung diri di dalam kamar... ada apa sayang?

Riko tidak lapar tante Tiara. Riko hanya ingin sendiri tapi lihatlah di dalam kamarpun Riko tidak bisa sendirian. Dante membuatku tidak memiliki ruang untuk diriku sendiri. Mereka semua mumbuatku tidak nyaman

Tiara menghela napas mengerti dengan perasaan Riko saat ini. Tidak lapar ulang Tiara. Riko bukannya tidak lapar tapi tidak berselera makan, tante yakin Riko belum makan dari kemarin, bukan?. disaat seperti ini kita memang tidak memiliki selera untuk makan. Tapi Riko sayang Tiara mengelus kelapa Riko. Bagaimanapun juga Riko harus tetap makan walau hanya sedikit saja. Riko membutuhkan banyak tenaga untuk berduka. Sebenarnya Tiara bingung bagaimana caranya menghibur Riko agar mau makan ditengah-tengah kesedihannya. Riko hanya anak dua belas tahun, andai Rina ada disini itu akan sangat membantu. Disaat seperti ini pelukan orang terdekat apa lagi ibu sangat dibutuhkan.

Sebenarnya dimana Rina?, mengapa Rina tidak bersama putranya disaat Riko sangat membutuhkan sosok mamanya? Mengapa Rina mengabaikan putranya yang sedang berduka?. Apa urusan Rina saat ini jauh lebih penting daripada menenangkan putranya. Batin Tiara yang tidak habis pikir

Riko harus bersikap tegar karena papa Riko tidak pernah meninggalkan Riko ujar Tiara melihat Riko yang diam-diam menghapus air matanya. Papa Riko akan selalu ada didalam hati Riko dan menjaga Riko dari atas sana. Papa Riko akan sangat sedih hatinya melihat Riko menyakiti diri sendiri dengan tidak makan seperti ini. Riko tahu apa pesan papa Riko sebelum pergi meninggalkan kita semua pada tante. Papa Riko ingin tante menjaga dan merawat Riko seperti anak tante sendiri.

Dan tante akan berusaha menyayangi Riko sepertikeluarga sendiri. Kalau Riko mogok makan seperti ini dan sakit, bagaimana pertanggungjawabantante ke mendiang papa Riko?.Selamat membaca dan Sampai jumpa di part selanjutnya

jangan lupa gerakan jarimu ke tanda bintang dibawah atau yang ada dipojokan atas

sekali lagi banyak-banyak makasih Berli ucapkan pada kalian semua yang sudah Vote dan Follow akun Berli "Sarange"

My Heart Is BreakingWhere stories live. Discover now