Part #4

4.9K 484 38
                                    

Sabtu siang, saat aku tengah merapihkan meja kerjaku, Restu mengirimiku sebuah kartu ucapan beserta sebuket mawar putih. Sejak aku menerima ajakannya yang pertama kali beberapa bulan yang lalu, kami menjadi teman dekat.

Restu mulai membuka diri ketika aku menanyakan perihal hubungan asmara-nya. Ia mengaku telah berpisah dengan kekasihnya dua tahun yang lalu karena sang kekasih belum berniat berumah tangga dengannya, mereka menjalin hubungan selama setahun dan mengalami pasang surut dalam percintaan.

Kini, saat kami makan malam di sebuah Resto favorite-nya, Restu menyatakan bahwa ia menginginkan hubungan yang serius denganku. Sungguh, aku mengalami dilema saat ini. Ketika aku merasakan percikan rasa terhadap Mas Rangga tapi kenapa aku belum juga merasakannya terhadap Restu.

Seharusnya aku segera menepis rasa aneh saat melihat saudara ipar-ku itu, namun apa daya, Mas Rangga memiliki magnet yang kasat mata dan selalu menarik di mataku. Tentu saja tak benar, perasaan ini sungguh menyiksaku. Ataukah ini hanya rasa kekagumanku padanya? Ataukah ini hanya rasa semu belaka?

Aku ingin mencoba hubungan baru dengan Restu tapi aku...

"Gimana, Rin, kamu bersedia menjadi kekasihku?" Restu menyadarkanku dari lamunan, aku menatap iris hitamnya yang mempesona dan sesaat aku merasa tersihir olehnya. Tanpa kusadari, aku mengangguk pelan dan menunduk karena malu ketika kusadari bukan itu yang kuinginkan.

"Terima kasih, Rin, kamu mau menjalin hubungan denganku."

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.

Ada apa denganku?

Kami menghabiskan malam ini di Resto hingga Restu mengantarku kembali ke kost-an.

"Kamu yakin nggak mau pindah ke rumah orangtuamu, Rin?"

Dari sekian banyak orang yang mengenalku, hanya Restu yang suka memanggilku dengan nama tengahku, Arini. Mungkin ia lebih nyaman memanggilku seperti itu.

"Jarak antara rumah ke kantorku memang nggak jauh tapi macet, Res, pulang pergi bikin aku tua di jalan."

Dia terkekeh melihatku cemberut. Restu menghentikan SUV hitamnya di depan kost-an dan mematikan mesin mobil. Berbalik menghadapku dan tersenyum.

"Sweet dreams, my butterfly," bisiknya sambil mendekat dan mencium keningku lembut. Aku tersenyum tipis dan pamit padanya untuk masuk ke dalam rumah.

Malam ini aku tak lagi sendiri. Ada Restu yang akan menemani hariku dan mengisi relung hatiku yang telah lama kosong. Mungkin aku bukan bagian dari tulang tusuk Mas Aryo, juga Mas Rangga, namun apalah diriku yang pernah mengharapkan mereka.

Aku terlalu mellow jika memikirkan mereka, kutepis perlahan rasa-ku untuk mereka dan mengisi-nya dengan kenangan baru bersama Restu.

***

Beberapa bulan kemudian...

Usai aku menemui klien perusahaan di kawasan SCBD, aku mampir ke rumah orangtuaku karena tadi pagi Ibu memintaku untuk berkunjung. Saat telah sampai di rumah, Ibu memintaku untuk mengantarkan scraf milik Mba Mel yang tertinggal ke rumah orangtua-nya.

Tanpa sadar aku tersenyum sumringah saat melihat Mas Rangga, jantungku berdenyut aneh jika aku melihat pria itu. Rasa kagum padanya sungguh menyiksa, dan aku tak membutuhkan waktu lama untuk segera pamit agar aku tak mempermalukan diriku sendiri.

Setelah melarikan diri dari sana, aku kembali ke kantor dan menerima pesan dari Restu. Dia mengatakan bahwa ia akan menjemputku untuk makan malam. Selama seminggu ini, ia berada di Bandung untuk training dan hari ini ia dijadwalkan pulang ke Jakarta siang hari.

Lovely SweetheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang