Jiae merebahkan diri di atas ranjangnya. Ia mengelus pelan perutnya.
"Ughh..." Desahnya kerana kekenyangan.
Lalu bangkit dan duduk di kursi belajar. Mijoo sedang tidak ada di kamar. Sepertinya ia sedang pergi bersama pacarnya.
Pacar, Jiae jadi teringat akan pertanyaan Hana. Jiae benar-benar seorang Jones. Jiae tercatat pernah punya pacar sekitar 5 tahun yang lalu. Saat ia masih SMP. Itu sudah lama sekali bukan? Saat SMA ia pernah menyukai seorang teman, namanya Kai. Tapi itu berujung sakit hati dan membuat Jiae menutup diri dari peredaran para laki-laki.
"Ughh... Hana nyebilin!" Kesalnya mengingat nasihat dari Hana.
"Crush apaan? Gue ngga butuh," racaunya sambil membanting diri ke ranjang.
Tak diduga hujan turun begitu saja. Jiae bangun dan melihat ke arah jendela. Hujan turun dengan intensitas sedang.
"Elah, kenapa harus turun hujan segala sih!" Ucapnya dengan nada sebal.
Itu karana mengingatkan Jiae kembali ke masa itu. Saat masih SMA, sore itu hujan juga turun. Tidak deras namun akan membuatmu basah begitu kau berjalan keluar dari gerbang sekolah.
Jiae menunggu hujan reda. Itu memang musim penghujan dan si bodoh Jiae lupa membawa payung. Padahal payung sudah disiapkan malam sebelumnya, namun ia meninggalkan payung di rak sepatu.
Jiae berdiri tidak jauh dari kelasnya. Sendirian. Hana masih di kelas menyalin catatan. Saat itu Kai, cowok yang ia taksir baru saja keluar dari kelas. Jiae tersenyum senang melihatnya. Tanpa ragu, Jiae berniat menyapa.
"Hai Kai!" Sapanya begitu Kai berjalan mendekat.
"Eh Jiae. Belum pulang?" Sapa Kai balik dan bertanya.
Jiae sedikit tersipu, tak menyangka Kai membalas sapaannya. Bahkan Kai bertanya padanya.
"Belum nih, masih nunggu hujan reda," jawab Jiae sambil tersipu malu.
"Mau barengan?" Tawar Kai.
Jiae tidak butuh waktu lama untuk memikirkan tawaran Kai, ia segara menganggukan kepalanya dengan cepat. Lalu keduanyaa berjalan bersama beriringan dibawah payung milik Kai.
Jantung Jiae berdebar lebih cepat daei biasanya. Itu adalah pertama kalinya ia berada begitu dekat dengan Kai. Ia beberapa kali mencuri pandang dari ujung netranya disepanjang perjalanan.
Saat sampai di halte keduanya duduk bersampingan. Mereka menunggu bus, kebetulan arah rumahnya memang sama.
"Lo ngga basah kan?" Tanya Kai setelah melipat payung.
"Ngga kok," jawab Jiae cepat.
Jiae belum sadar saja jika hampir seluruh tasny basah. Tidak lama bus datang dan mereka pulang bersama.
Sampainya di rumah Jiae tidak bisa berhenti untuk tersenyum senang. Bahkan ia tidak mempermasalahkan buku-bukunya yang basah.
Keesokannya Jiae tidak lupa membawa payung. Di kelas ia meminjam catatan milik Hana dan menyalin ulang dari awal pelajaran.
"Emang catatan lo kemana Ji?" Tanya Hana begitu memberikan catatan miliknya.
"Hilang?" Tanya Hana lagi.
Jiae menggeleng sebagai jawaban.
"Terus kemana?"
"Rusak," pendek Jiae sambil tersenyum
"Kok bisa?" Heran Hana.
"Kemaren kehujanan," cerita Jiae.
"Loh, bukannya lo pulang bareng Kai?"
Jiae kembali mengangguk. Membenarkan pertanyaannya Hana.
Lalu Jiae menceritakan secara singkat aksi pdktnya kemaren."Eciecie... Udah berani ya sekarang." goda Hana.
Jiae hanya tersenyum dengan menampakan gigi putihnya.
Jiae semakin berani dan mulai gencar mendekatkan diri ke gebetan. Sering Jiae memberikan bekalnya pada Kai. Menemani Kai latihan basket, bahkan membantu Kai mengerjakan tugas.
Jiae kembali berkesempatan berjalan berdua dengan Kai. Mereka satu kelompok, hanya berdua. Jiae senang bukan main. Mereka telah membuat janji hari minggu siang mereka akan mengerjakan tugas kelompok bersama diperpustakaan daerah. Jiae sudah bersiap dari pagi hari. Ia juga berangkat lebih awal dari jam yang dijanjikan.
Sesampainya diperpustkaan, Jiae memilih tempat yang cocok untuk mengerjakan tugas mereka. Lalu ia mulai mencari buku.
Sudah lewat 30 menit Jiae menunggu, tapi Kai belum juga datang. Jiae mencoba menghubungi Kai, namun tidak ada respon. Jiae mencoba berpikir positif. Mungkin Kai masih di perjalanan.
Sambil menunggu, Jiae membaca buku mencari referensi tentang tugas essay mereka. Hingga tak terasa Jiae telah menyelesaikan seluruh tugas kelompok mereka. Tapi rupanya Kai tak juga menampakan diri. Setelah 2 jam, akhirnya Jiae memilih untuk pulang karena ia sudah kelaparan. Jiae tidak lupa menghubungi Kai jika dirinya sudah pulang.
Jiae merasa sebal. Kai tidak menepati janjinya. Padahal yang membuat rencana itu adalah Kai sendiri, tapi Kai juga yang dengan seenaknya mengikarinya.
Saat di sekolah, Kai menanyakan progres tugas kelompok mereka. Jiae dengan senang hati menunjukan tugas yang sudah ia kerjakan dan meminta pendapat dari Kai. Kau mengatakan tugasnya bagus lalu meminta tugasnya agar dia yang membawa. Kai lupa meminta maaf pada Jiae. Itu membuat Jiae kesal.
Jiae menceritakan hal itu kepada Hana. Hana menyarankan supaya Jiae bersabar. Semua cowok memang seperti itu.
Puncak kekesalan Jiae terjadi saat ia dipanggil guru BK. Jiae cukup terkejut. Pasalnya Jiae merasa dirinya tidak memiliki masalah untuk diselesaikan. Jiae tau bimbingan konseling memang bukan hanya tempat anak yang bermasalah, tapi ia hanya merasa jika dia memang tidak perlu berurusan dengan guru BK.
Hana pun sama terkejutnya. Jiae tidak melakukan apapun, dia selama ini hanya berusaha menjadi murid yang baik. Bahkan selama 2 tahun ini Jiae tidak pernah kehilangan poinnya.
Guru Kang menjelaskan, jika ada yang melaporkan Jiae berbuat curang. Jiae shock mendengarnya. Lalu guru Kang menjelaskan mengenai tugas kelompok yang Jiae kerjakan. Tugas itu sama persis dengan yang temannya kerjakan. Guru Kang tidak menyebutkan nama pelapor. Lalu guru Kang memberi nasihat dan meminta Jiae untuk tidak mengulangi hal tersebut. Jiae membantah dengan keras. Ia tidak pernah melakukan hal yang Guru Kang tuduhkan padanya, tapi Guru Kang tidak percaya begitu saja karena Jiae tidak punya bukti untuk bantahannya. Jiae marah.
Sesampainya dikelas, Jiae mendatangi Kai dan meminta penjelasan. Karena Kai yang mengumpulkan tugasnya. Kai menjawab dia tidak tahu, dia bilang dia tidak jadi mengumpul dan meletakan tugas mereka di loker Jiae. Jiae semakin murka, siapa yang berani berbuat hal seperti kepadanya.
Anehnya, saat pengumuman hanya Jiae yang tidak mendapat nilai. Tugasnya didiskualifikasi karena dituduh mencontek. Jiae pun menangis saat menceritakan semuanya pada Hana. Kai tidak mengatakan apa pun.
"Dasar jahat! Udahlah lo ngga usah suka lagi sama dia. Gue curiga lo cuma dimanfaatin,"
Ucapan Hana terbukti ketika Kai dan seorang perempuan yang Jiae tidak ingin ingat namanya terpilih sebagai kandidat yang mengikuti lomba essay. Parahnya mereka memakai tugas yang Jiae kerjakan untuk diikutsertakan dalam lomba. Jiae sangat-sangat sakit hati.
Jiae merasa dicurangi dan saat itu Jiae mulai membenci Kai, bahkan menjauhi semua cowok yang berniat mendekatinya.
Jiae and her Crush ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Jiae and Her Friends [complete]
Fanfiction♧ Just about daily miss Yoo and Her Friends ♧ _start 3 Mei 2018_