Aku dan Dirimu

72 17 21
                                    

"
Aku bukan takut jatuh cinta.
Aku takut jika terluka karena cinta itu.
"

- Only Then -

Matahari masih berselimut di balik awan kelabu. Rintik hujan masih membasahi tiap-tiap helai daun-daun hijau menyejukkan mata. Nampak beberapa orang berseragam putih abu-abu berteduh di bawah payung biru, berjalan beriringan memasuki gerbang putih yang masih nampak sepi.

Hujan turun sudah hampir dua jam sejak pukul lima pagi ini. Dan sudah setengah jam gadis remaja itu berdiam diri di balkon ruang kelas sembari memperhatikan gerbang putih itu.

"Devina..." Seorang gadis berseragam putih abu-abu dengan rambut pendek sebahunya yang ujung-ujungnya basah menghampirinya.

"Hmm." Devina memasang senyum datarnya.

"Devina Tamara  yang paling cantiiik......" Nampaknya gadis itu mencoba merayunya. "Tapi bohong." Lanjutnya pelan, meski masih bisa terdengar jelas di telinga Devina.

"To the point aja. Jangan ribet." Ia melipat kedua tangannya di depan dadanya, menatap ke arah gadis lawan bicaranya itu.

"Jadi gini Dev... Umm......" Gadis itu mengatup-katupkan kedua ujung jari telunjuknya.

"Apa?" Ucap Devina sedikit keras.

"Anu... Umm... Anu..."

"Anu apaan? Ambigu tau nggak."

"Itu... Kan hari ini ada mapelnya Bu Ayu. Minggu lalu dia nggak ngajar dan kita dikasih tugas. Kata Bu Ayu waktu itu tugasnya dikumpul di pertemuan selanjutnya. Jadi,"

"Jadi mau minjem buku tugasku buat ngelihat soalnya karena buku tugas kamu ketinggalan?" Potong Devina dengan lugasnya seolah sudah hafal akan kalimat itu.

"Ehehe... Iya Dev." Gadis itu mengangguk canggung. "Eh bukan! Maksudnya aku mau minjem soalnya aja, nanti aku jawab sendiri kok." Ucapnya sedikit gagap.

Devina sudah hafal betul maksud dari gerak-gerik teman sebangkunya itu. Tak lain tak bukan adalah mencontek tugas miliknya.

"Kebiasaan kamu Wi, kemarin-kemarin juga gitu." Ujar Devina setengah sinis pada gadis yang ia panggil Dewi itu.

"Nggak lah Dev. Ini tuh beneran loh. Tadi tuh aku berangkatnya buru-buru soalnya nebeng sama kakak aku jadinya buku tugasnya masih di atas meja, ketinggalan deh. Suer deh Dev, aku udah buat loh kemarin. Cuma ya ketinggalan bukunya...Kasi yah.... Yah..yah...." Ucapnya memohon dengan wajah memelas andalannya.

"Ambil di tas." Jawab Devina singkat yang langsung dihadiahi pelukan erat oleh Dewi.

"Aaa... Timaaci kanjeng ratu Devinaku...." Ujarnya kegirangan sembari memeluk Devina.

"Udah sana. Nggak usah peluk-peluk. Bukan mukhrim kalo kata Anisa." Dengan cepat Dewi melepas pelukannya.

"Eleh.. Coba aja yang meluk ayang bebeb Yogi pasti mau. Malah jadi nagih. Huh." Celoteh Dewi dengan aksen 'nyirnyir'nya.

Devina memutar bola matanya malas. "Mimpi apa coba semalam, kenapa pagi-pagi udah adu bacot sama admin lambe turah." Gerutunya dalam hati.
"Jadi minjem apa nggak?"

"Jadi lah." Jawabnya masih dengan nada bicara yang tadi. "Thank you bebi Devdev. Paii paiii..." Gadis centil itu masuk ke dalam ruang kelas. Sementara Devina memandangi sahabatnya itu, yah mungkin ia sedikit 'makan perasaan' menghadapi sang ratu gosip itu.

"Untung stok kesabaran aku masih banyak Wi, kalo nggak udah aku makan juga kamu." Gerutunya.

"Woi!" Sesosok laki-laki muncul tiba-tiba entah darimana asalnya dan mengagetkan Devina yang masih bergerutu dalam hatinya.

Only ThenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang