"Inget gak sih gimana waktu kita pertama kali ngomong?" ujarnya sambil menyentuh lenganku dan membuatku menoleh ke arahnya.
"Gimana?"
"Kursi kita nyangkut?"
"HAHAHA IYA.."
"Masih ingat kan?"
Aku mengangguk sementara mengingat kejadian yang diucapkan Fathia barusan.
***
Aku ingat, itu tahun 2014. Hari Rabu, sore, di ruang kelas Fakultas Ekonomi Universitas Riau, mata kuliah Matematika Ekonomi. Membosankan.
Aku masih mahasiswa baru, dan itu kalau aku tidak salah masih minggu kedua. Aku belum punya banyak teman dan kenalan baru. Pakaian masih hitam putih, membuatku semakin sulit mengingat teman-teman baru karena mereka semua tampak sama dan sama sekali tidak punya ciri khas masing-masing.
Aku menguap dengan mulut menganga lebar saat dosenku memberi tugas sebelum perkuliahan akan diakhiri. Tugas tersebut ada diambil dari sebuah buku, entah berapa soal, dan di halaman berapa aku tidak tau, karena aku sama sekali tidak punya bukunya. Terlebih lagi, tugas itu dikumpul malam ini sebelum pukul 00.00 lewat e-mail. Merepotkan.
Mau tidak mau aku harus segera menemukan teman yang punya buku. Lalu memintanya mengirim soal yang tadi lewat aplikasi chat entah itu Blackberry Messenger ataukah Line. Kalau bisa sih sekalian jawabannya karena aku pasti gak bakalan bisa nyelesaiin soalnya tepat waktu.
Saat kelas dibubarkan, ada satu kebiasaan yang dilakukan di kampusku. Tepat saat dosen keluar, para senior yang sudah menunggu dari tadi, masuk ke dalam kelas menghadang kami untuk bubar.
Apa yang mereka lakukan? Mereka melakukan hal yang namanya Publikasi. Dalam hal ini mereka mempublikasikan segala macam jenis organisasi kampus, petinggi organisasi, dan kegiatan apa saja yang dilakukan oleh mereka. Dalam kata lain, 'MODUS'.
Iya, beneran. Mereka cuma modus. Sebenarnya tujuan mereka adalah mencari bibit mahasiswa baru yang cantik-cantik buat mereka gebet. Aku udah tau itu.
Nah, karena seisi kelas tadi sempat hampir keluar kelas, namun dihadang, otomatis mereka sudah tidak duduk di bangku masing-masing lagi dan sudah teracak-acak. Begitupun aku. Saat kakiku hendak melangkah keluar kelas, tiba-tiba ada senior yang neriakin, "Eh hei hei. Jangan pulang dulu."
Yap, aku pun memutar badan dan mencari bangku kosong lagi, kebetulan ada di sudut kiri ruangan, di sebelah seorang cewek dengan rambut lurus sebahu, yang aku tidak tau namanya. Namun aku ingat, tadi waktu jam kuliah, dia duduk di bangku paling depan dekat meja dosen.
Kenapa ingat?
Simple aja. Mata lelaki gak pernah melewatkan satu kesempatan untuk melirik wanita cantik. Mata lelaki itu kayak punya auto-focus seperti kamera yang meski tanpa diinstruksikan, langsung bisa menemukan titik fokus ke arah yang cantik-cantik.
Tanpa melewatkan kesempatan, aku segera duduk di kursi kosong di sebelahnya. Setelah aku duduk, karena kursiku terlalu mepet ke kursinya cewek ini aku mencoba menjarak sedikit dan menggeser perlahan. Tapi kursiku tidak mau bergerak. Aku coba lagi, tetap gak mau. Setelah aku menengok ke bawah ternyata kaki kursi kursiku dengan kursinya entah bagaimana ceritanya menyilang dan tersangkut. Agar tidak sangkut harus diangkat dulu sedikit baru bisa kursiku leluasa digeser. Karena gak enakan nyuruh dia berdiri, aku kembali duduk dan mepet-mepetlah dengan dia.
Sadar akan kasak-kusukku dia bertanya, "Nyangkut ya?"
"Iya nih.." jawabku sambil melihat ke bawah, memberi sinyal kalo kaki kursi ku tersangkut dengan kaki kursinya.
YOU ARE READING
EXPOSURE
RomanceLife is like a camera, focus on what important, capture the good times, develop from negatives, and if things don't work out, take another shot! -unknown-