5. Night Activities

31.9K 2.2K 88
                                    

~Robert POV~

Bocah yang bernama Rain Septiano itu benar-benar menarik perhatianku. Wajahnya terlihat begitu manis dengan bibir merah muda miliknya ditambah lagi dengan bola mata coklat yang terlihat begiru cerah membuatku seolah enggan menatap wajah tampannya.

Kalau dipelelangan, bocah dengan wajah sepertinya sudah pasti akan laku dengan harga yang tinggi. Tapi aku tidak akan melakukan itu karena dia adalah hadiah ulang tahun untukku yang artinya dia adalah milikku. Jika suatu saat nanti aku sudah bosan dengannya, mungkin aku juga akan memasukkan fotonya dalam situs jual beli pemuas sex milikku.

Yang tentunya situs itu adalah situs rahasia yang hanya bisa diakses oleh orang-orang tertentu saja. Kali ini aku sedang berada diruang kerja papa untuk menanyakan tentang hadiah ulang tahunku yang ternyata kurang satu.

"Dimana bocah yang satunya?" tanyaku sambil meneguk wine yang diberikan papa padaku.

"Dia sudah mati" aku langsung paham dengan perkataan papa.

Tentu saja bocah itu sudah mati, tapi aku bisa menebak kalau dia mati pasti karena dibunuh oleh ayah. Aku tau bocah seusianya pastilah sangat menentang terlebih lagi jika untuk diperjual belikan dan papa tidak suka dengan orang yang menentangnya, karena itulah papa akan membunuh orang yang menentangnya.

Meskipun ia hanya seorang bocah. Dan sifat ayah itu menurun padaku, aku tidak akan berbelas kasihan kepada siapapun yang berani menentangku bahkan jika dia adalah anak-anak sekalipun.

"Apa yang akan papa lakukan pada dua bocah lainnya?" pertanyaan ini bukanlah karena aku merasa simpati pada dua bocah yang tidak kupilih melainkan untuk mencari kesempatan apabila papa tidak menginginkannya maka aku dengan senang hati akan menampung mereka.

"Aku belum ada rencana untuk mereka karena daganganku juga masih banyak yang seperti mereka" jawab papa yang langsung dapat kumengerti.

Papa berada di Indonesia tidak begitu lama, hanya beberapa bulan yang lalu. Dan bisnis yang dijalaninya adalah perdagangan manusia. Bisnis tersebut jauh lebih menguntungkan dinegara ini dibandingkan dengan bisnis narkotika yang banyak sekali pesaingnya. Namun karena itulah aku akan meluangkan waktuku lebih lama lagi di Indonesia untuk melancarkan bisnis narkotikaku.

"Papa bilang mereka hadiah ulang tahunku kan. Berikan saja kedua bocah itu padaku" pintaku pada papa karena aku sudah memiliki rencana yang sangat bagus untuk mereka.

"Dengan senang hati Robert" jawab papa lalu tersenyum.

Aku menghabiskan wine yang ada digelasku kemudian keluar dari ruang kerja papa untuk kembali kekamarku. Sesampainya dikamar, aku melihat isi lemari pakaian yang rupanya sudah terdapat semua barang bawaanku. Tidak kusangka kalau Eclair akan membereskannya secepat ini.

Aku segera mengambil pakaian santai dan menaruhnya diatas tempat tidur lalu aku mengambil handuk yang tergantung disebelah lemari pakaian. Aku segera masuk kedalam kamar mandi dan mulai menggosok gigi lalu menyabuni seluruh tubuhku kemudian berdiri dibawah aliran air dari shower yang terasa hangat. Selepas mandi, aku mengganti pakaian dengan baju yang sudah kupersiapkan tadi diatas tempat tidur.

Tok tok tok

Aku segera menarik gagang pintu kamarku untuk melihat siapa yang tadi mengetuk pintu kamar. Dan rupanya ia tidak lain adalah pelayan dirumah ini.

"Makan malam sudah siap tuan" ucapnya dengan menunjukkan sikap penuh hormat.

"Panggil Rain dan suruh dia makan malam bersamaku" perintahku pada pelayan itu dan pelayan itu pun segera pergi.

Aku menuju kemeja makan dan duduk dikursi yang sudah disediakan oleh pelayan lainnya. Kali ini aku tidak makan malam bersama papa.karena ia sedang sibuk mengurusi bisnisnya diluar. Tak berapa lama, Rain datang dan dia segera duduk dikursi yang ada disebelahku setelah salah seorang pelayan menarik kursi itu dan mempersilahkannya untuk duduk.

Love And PositionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang