22. Preparation

17.6K 1.3K 45
                                    

~Robert POV~

Aku melepaskan pelukanku pada Rain saat kulihat ia telah tertidur dengan pulas. Wajah Rain benar-benar terlihat begitu manis, apalagi dengan mulut yang sedikit terbuka seperti saat ia tidur saat ini. Rain benar-benar manis dan aku suka itu. Perlahan aku menempelkan bibirku di bibir Rain lalu melumatnya dengan sangat pelan agar Rain tidak terbangun dari tidurnya.

Setelah lumatan singkat itu, aku kembali duduk tegak di tepian tempat tidur dan melihat ke jam tangan yang kupakai. Dan rupanya sudah pukul 5 sore atau dapat di katakan menjelang malam. Aku pun keluar dari kamar dan menuju ke ruang kerjaku yang lokasinya tak jauh dari kamarku. Sampai di ruang kerja, aku duduk di kursiku dan langsung mengangkat gagang telpon dan mengetikkan nomor tujuan ke ruang tamu bawah.

"Ada apa, Boss" suara Bert saat telpon telah tersambung.

"Datang ke ruang kerjaku sekarang!" perintahku dengan tegas.

"Oh Boss, kami baru saja sampai. Kenapa harus.." belum sempat Bert selesai berucap, aku sudah memutus sambungan telpon.

Masih banyak yang harus kukerjakan, karema itu aku tidak ingin membuang waktu untuk hanya sekedar bersantai. Tidak lama kemudian, Bert, Eclair, Ryuzaki, Ray dan Reno masuk ke dalam ruang kerjaku. Aku menyuruh mereka agar duduk di sofa yang jaraknya agak jauh di depan meja kerjaku dan mereka pun kemudian duduk di sana. Setelah itu, aku menghampiri mereka dan duduk di single sofa.

"Apa yang kau dapat, Ray?" tanyaku langsung ke topik utama.

Mereka pasti sudah paham mengapa aku mengumpulkan mereka disini kecuali Reno. Reno masih baru dan belum bisa apa-apa tapi setidaknya ini akan menjadi pelajaran baginya agar dia bisa menjadi anak buahku yang sederajat dengan keempat anak buah pilihanku. Ray kemudian mengeluarkan laptop miliknya yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi. Ray mulai menghidupkan laptopnya dan mengutak-atiknya.

"Yang pertama akan kujelaskan adalah gagalnya pendistribusian dari Rotterdam ke Den Haag. Yang bertanggung jawab untuk pendistribusian itu adalah Peter, berdasarkan rekaman CCTV di ruang penyimpanan aku melihat kalau Peter tidak turut campur dalam persiapan pendistribusian. Peter melimpahkan semuanya pada anak buah yang lain sedangkan dirinya sendiri meninggalkan tugasnya sebelum jam 8 malam. Lalu saat di perjalanan, mobil yang berisi barang milik Boss tiba-tiba meledak dan tidak ada satupun yang selamat" jelas dari Ray.

"Itu artinya ada yang memasang Bom di mobil bukan?" tanyaku lagi.

"CCTV mati selama satu jam, dan mungkin saat itulah musuh memasang Bom di mobil. Namun anehnya adalah, tidak ada tanda-tanda kalau sistem utama di bajak, CCTV mati karena memang di matikan dari ruang kontrol sedangkan setelah aku periksa sebelum CCTV mati, tidak ada seorang pun yang mencurigakan masuk ke dalam ruang kontrol" dari penjelasan Ray, aku dapat menyimpulkan kalau CCTV memang sengaja dimatikan oleh orang dalam.

Tidak ada orang luar yang mencurigakan masuk ke ruang kontrol itu berarti memang ada seseorang yang mematikannya. Aku menyeringai ketika aku menyimpulkan hal itu, aku tidak menyangka kalau akan ada anak buahku yang berkhianat padaku. Jika aku sudah menemukannya, akan aku pastikan penghianat itu akan sangat menyesal dan mengemis-ngemis pengampunan dariku.

"Boss, aku ingin mengatakan sesuatu tapi ini hanya asumsiku saja, kuharap kau tidak marah" kata Ray berkata dengan ragu-ragu.

"Katakan!" perintahku.

"Aku rasa Peterlah yang berhianat, Boss" semua yang mendengar perkataan Ray terkejut dan memasang wajah tak percaya kecuali aku yang hanya memasang wajah datar dan juga Reno yang kini memasang wajah kebingungan karena tidak tau apa-apa.

"Tidak mungkin Ray! Peter sudah bekerja pada Boss lebih lama dari pada kita bahkan dulunya dia adalah anak buah pilihan Boss Jochem, hidupnya selalu berkemewahan selama ini jadi apa motif Peter melakukan semua penghianatan ini. Ini terlalu mustahil untuk di percaya" Bert berkomentar.

Love And PositionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang