Bagi [Name], Kimia itu beda. Mulai dari wujud psikis, fisik maupun gaibnya, [Name] mengakui bahwa kimia itu cinta pertamanya di SMA. Sebut saja Seijoh, a.k.a Aoba Johsai, salah satu SMA favorit di prefektur Miyagi.
Gak harus ngapalin beribu paragraf, berpuluh buku, berjuta kata seperti layaknya Biologi. Yang menurut orang gampang, tapi kapasitas memori otak orang beda-beda bruh. Kalo hafalan terus juga beresiko merontokkan rambut.
Tapi juga gak harus berkutat sama hitung-hitungan yang menggunakan rumus baku, seperti fisika. Di mana contohnya suruh nyari jarak pancuran air dari bak yang bolong. Aduh, bak bolong bukannya ditambal malah diitung, kan kuker.
Kimia setengah-setengah. Setengah hafalan, setengah ngitung. Jadi tidak monoton gitu, kan sayang kalo hidup indah ini dihabiskan dengan sesuatu yang monoton. Pikir [Name].
Benar kata orang, jatuh cinta itu lebih membuatmu bersemangat. [Name] sedang jatuh cinta, semangatnya dalam belajar kimia begitu menggebu, sampai ngebut kayak kereta api. Temennya masih di kota A, [Name] sudah di kota B.
Tapi jangan anggap dia sebagai orang jenius. [Name] bukan tipe juara kelas, yang bisa nguasain pelajaran ini-itu. Gadis tersebut lebih senang fokus mendalami apa yang ia sukai daripada mengejar nilai bagus di semua pelajaran agar bisa juara kelas. Kadar otaknya pas-pasan, bisa kimia karena dibumbui dengan bubuk cinta.
Nah, karena keantusiasannya ini, dia jadi dibidik sama guru pembina OSN Kimia SMA Seijoh, Bu Etil, dan direkrut secara eksklusif untuk ikut pelatihan OSN Kimia buat persiapan tahun depan. Makanya sekarang gadis itu hatinya tengah riang gembira tatkala melangkahkan kaki ke ruang lab kimia, mengikuti pelatihan di hari pertama.
"Permisi.." gumamnya sambil membuka sedikit pintu lab. Masih hening, dia belum melihat satupun eksistensi makhluk hidup dari celah pintu tersebut. Apa anak lain belum datang? Wah gue kerajinan nih.
Dibukanya lebar-lebar pintu itu, dan melangkah masuk dengan ringan. Sampai---
"Hei, ini sudah jam pulang. Ngapain kamu ke sini?"
[Name] menoleh, mendapati sosok pria jangkung dengan jas lab dilengkapi kacamata. Matanya mengerjap beberapa kali, mencerna suasana.
"Loh sejak kapan Seijoh punya guru kimia muda nan ganteng?" Celetuknya heran.
Anjir, gue murid dikatain guru, lo pikir gue setua itu? Batin si lelaki dengan alis yang berkedut kesal. Tapi karena dia ini sok jaim akhirnya tak mengeluarkan kalimat dengan bahasa seperti itu untuk orang yang baru ditemui---apalagi seorang gadis.
"Ehem.. dari seragam sepertinya kamu kelas satu ya? Ada perlu apa dek? Lab ini sudah saya minta izinkan untuk keperluan saya, jadi seharusnya tidak ada yang memakai."
"E-eh.. anu pak.. i-itu.. katanya ada latihan OSN di sini? Tapi kayaknya yang lain belum dateng.. bapak pembina juga ya? Selain Bu Etil?"
Ternyata strategi lelaki itu memanggil [Name] 'dek' tak mempan untuk membuat [Name] berpikir bahwa ia bukanlah seorang guru.
"Dek..." ujarnya penuh penekanan. "Bu Etil bukannya sudah berpesan kalo kegiatannya diundur besok?"
"EH?? lho?? Masa sih pak? Tadi saya dengernya hari ini kok. Saya yakin kuping saya lagi gak bermasalah."
Lelaki berjas lab itu ternyata murid kelas 3, primadona voli Seijoh, Oikawa Tooru, yang ternyata juga pernah menorehkan namanya sebagai juara OSN Kimia se-prefektur Miyagi beberapa bulan lalu, dan bersiap melaju ke tingkat nasional. Cowok yang begitu terkenal seantero sekolah, siapa juga yang menyangka kalo jago kimia? Publik tahunya Oikawa jago voli--gak diragukan lagi--dan tentu jago godaiin cewek. Oikawa juga gak nyangka kok gengs, katanya sih, dia pinter kimia itu cuma kebetulan yang menguntungkan. Gegara pas sd dia ngaku waktu lagi nyari layangan putus di tempat sampah gak sengaja nemuin buku kimia yang isinya teori atom. Dipungut, dipelihara, ketika gabut dibaca, tetiba otaknya seperti mendapat ilham.
Benar kata pepatah, "Orang sampah itu bisa besar dan bersinar karena hal sampah pula." Seperti halnya Trashykawa---panggilan lainnya Oikawa---bersama kisahnya dengan kimia.
Oikawa melangkah ke arah [Name] yang malah berjalan mundur. Lelaki itu menutup pintu masuk lab, dan tetap berjalan mendekati adik kelas yang mengiranya guru, hingga terpojok. Tanpa ragu, Oikawa meng-kabedon [Name] dengan sebelah tangannya dan mulai meluncurkan bisikan kata.
"Dek.. hayuk sini senpai bantu bersihin telinga kamu."
Oikawa menyeringai, mampu membuat gadis itu merinding ngeri plus bikin nahan mual karena kalimat tadi. Batin [Name] menjerit, LOH TERNYATA ORANG INI KAKAK KELAS TOH. Entah dapat kekuatan dari mana, [Name] berhasil ngibrit lari begitu saja, meninggalkan Oikawa yang menggeleng-gelengkan kepala.
Setelah ngecek kebenaran dengan berlari-lari mencari Bu Etil, ternyata [Name] emang salah dengar. Begitulah, cinta memang bisa membutakan indramu yang lain.
-oOo-
*OSN : Olimpiade Sains Nasional
[A/N]
Halo.. ini fanfic Haikyuu-ku yang pertama hehe'-')/
Well, semoga ini cukup menghibur buat readers sekalian. Kripik dan sarannya ditunggu ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Chemistry
Fanfiction[Oikawa Tooru x Reader] Siapa sangka ternyata Oikawa juga jago kimia?!! *** "Tak perlu kamu ragukan lagi, tidak ada bilangan kuantum yang bisa mengukur cintaku padamu, cintaku bahkan jauh melebihi bilangan Avogadro." Mau sekuat apapun gombalan maut...