"Iwa-chan~"
Satu suara tersebut mampu membuat Iwaizumi menoleh malas. Dia baru saja keluar kelas saat bel berbunyi, tetapi salah satu teman menyebalkannya itu-Oikawa-begitu cepat menampakkan diri.
"Ngantin?" Tanyanya begitu sampai.
"Terus kemana lagi?"
"Ye.. jutek amat lo sama temen sendiri. Pms?"
"Udah ah, laper gue."
Duo sejoli, ace dan kapten dari klub voli Seijoh kini berjalan beriringan, membuat siapa saja yang berpapasan dengan mereka di koridor seperti merasakan cahaya silau. Iwaizumi yang selalu cool dan Oikawa yang sok ramah pada gadis-gadis.
"Iwa-chan, tau gak," Oikawa membuka suara tatkala suasana di koridor sudah sepi, tak ada gadis yang menyapanya lagi.
"Kagak."
"Bajindul, gue belum ngomong."
"Iya makanya kalo mau ngomong, jangan lo awali dengan kalimat basi, langsung to the point."
"Hoho.. ya deh iya. Jadi gini, pas gue lagi latihan praktek buat OSN---"
Masih dalam perjalanan kantin yang tak kunjung sampai, Oikawa bercerita mengenai kejadian kemarin sepulang sekolah. Jangan harap Oikawa menceritakannya dengan benar, cerita itu justru ia lebih-lebihkan. Biasa, anak alay emang gitu. Begitu selesai mendengar, Iwaizumi langsung nyebut.
"Ogeb, anak baru netes udah lo godain. Gusti parah bener lo. Emang degem-degem yang kemarin pada kemana?"
Oikawa pura-pura terbatuk. "Baru netes lo pikir ayam?! Haduh, jelas gue udah bosen sama mereka. Gak ada menariknya sih."
Lagi-lagi Iwaizumi nyebut. Temannya itu terdengar begitu mengesalkan, untung dia sudah terbiasa. Keduanya sudah sampai di kantin, dan langsung ngantri di stand bakso Mang Ujang, langganan mereka. "Terus?" Lanjut Iwaizumi, sedikit tak berminat.
"Keknya dia bakal jadi kandidat degem gue berikutnya."
"Dasar manusia sampah gak ada khilaf---"
"Woe siapa sih ini nyerobot-nyerobot?"
Pandangan Iwaizumi dan Oikawa teralihkan pada dua makhluk mini di belakang. Yang satunya tampak menenangkan yang sedang berkerut kesal ke arah mereka berdua.
"Ma, ma.. [Name]-chan, udah gak apa, lagian kan antrinya gak seberapa panjang." Gadis yang diketahui sebagai teman kelas [Name] berusaha membujuk kawannya itu tak naik pitam dan membuat kegaduhan. "Mereka senpai kelas 3 lho." Bisik gadis itu lagi, usai melirik sekilas Iwaizumi dan Oikawa yang di matanya nampak seram. Padahal mereka berdua cuma masang tampang heran.
"Hah?! Emang kenapa kalo senpai Kei? Mentang-mentang badan gede jadi gak ngeliat kita gitu?" [Name] uring-uringan pada Keiko, teman yang berusaha menenangkannya, tidak terima kalau harus mengalah pada kedua orang yang diketahui sebagai kakak kelas tersebut. Saat hendak kembali menyemprot, [Name] mendongak, melihat seperti apa wajah mereka berdua yang berani nyerobot antrian di kala [Name] lagi genting---kelaparan di jam makan siang karena gak sarapan. [Name], lo rese' kalo lagi laper, batin Keiko meringis.
Terkejut siapa orang yang di dapatinya, [Name] agaknya tercekat.
"Lho--"
"Lho--"
Ujar Oikawa dan [Name] bebarengan, saling menatap heran. Keiko apalagi, dia hanya bisa cengo, sedangkan Iwaizumi sudah sibuk pesen ke Mang Ujang selagi mereka sibuk termangu pada kondisi itu.
"Adek?"
Wtf.
"Oik, sampe kapan lo begitu terus? Kagak mau baksonya nih?" Iwaizumi berbalik seusai mengambil pesanan setelah mengantri, berdiri di samping Oikawa yang sedang tatap-tatapan heran dengan gadis di depannya sambil memegangi dua mangkok bakso.
"Duluan ya dek.." Oikawa mengerling ke arah [Name] sambil melambai-lambaikan tangan. Dalam hati gadis itu rasanya mau muntah. Hoek.. apa-apaan panggilan adek? Seseorang tolong beri [Name] kantong plastik!
"Mbak.. mbak..? Jadi pesen ga? Masih banyak yang ngantri."
"Gak jadi deh pak."
[Name] berjalan meninggalkan stand bakso Mang Ujang yang mulai ramai, Keiko menyusulnya dengan berlari kecil.
"Gak jadi makan? Katanya laper? Gimana sih!"
"Kei.. entah kenapa rasanya gue tiba-tiba kenyang, gegara lihat orang tadi." Keluh [Name], disambut heboh oleh temannya.
"BUSET! Serius lo dipanggil 'adek' sama Oikawa-senpai? Lo beneran adeknya? Kok lo gak bilang-bilang sih?! [Name] lo utang penjelasan ke gue."
"KEI, GA GITU---Siapa bilang gue adeknya. Kenal aja gak, siapa tadi namanya?"
"BUSET. Serius lo gak tau Oikawa-senpai? Tapi dia tadi manggil adek, berarti dia sama lo saling kenal? Lo tau dia siapa? Oikawa Tooru! Grand King-nya Seijoh. Anjir, gak nyangka gue."
[Name] mendengus kesal. Reaksi Keiko terlalu berlebihan baginya, yang langsung menyemprot dengan kecepatan kereta api. Gak peduli mau Grand King, Super King, Ce King, bagi [Name] letak masalahnya bukan di situ.
"Kei dengerin gue, jadi gini---"
Maka diceritakanlah kejadian kemarin, selepas pulang sekolah. Meskipun baginya itu salah satu dari aib, tapi apa salahnya cerita ke temen sebangku biar gak salah paham. Berharap setelah itu Keiko mengerti situasinya---tapi ternyata malah sebaliknya.
"BUSET. Lo di kabedon Oikawa-senpai?! Heuu bikin ngiri.. katanya Oikawa-senpai itu emang player, ya iyalah wajar gantengnya super gitu, tapi kalo godain cewek tetep aja seleranya pilih-pilih. Dan lo kemarin... Bus---"
"Lo ngomong buset lagi gue lempar dari jendela. Udah gak usah dibahas." [Name] membekap mulut Kei dengan tangan, gemas karena temannya itu tak kunjung menghentikan ocehannya. [Name] jadi menyesal sudah bercerita. Gadis itu bahkan sudah bertekad pada diri sendiri--entah sejak kapan, untuk menandai orang seperti Oikawa, masuk ke dalam list orang yang harus diwaspadai.
Sedangkan di lain sisi.. Oikawa yang sedang makan bakso dengan tenang tiba-tiba bersin.
"Oik, napa lo?" Tanya Iwaizumi, menatap heran Oikawa yang terpaku sejenak selepas bersin.
"Iwa-chan, dedek-tachi tadi sepertinya lagi gosipin gue?"
Iwaizumi mendengus. "Yang gosipin lo banyak kali, ibu-ibu komplek juga sering gosipin lo, gak mereka aja."
"Ya juga sih.."
Mereka berdua kembali hening, sibuk dengan acara makannya masing-masing. Di tengah keheningan itu, Oikawa teringat.
Bentar, tadi keknya temennya nyebutin nama deh. Hm, [Name] ya?
-oOo-
*degem : dedek gemes.
*anggep aja di Jepang ada bakso :v //slap
KAMU SEDANG MEMBACA
Chemistry
Fanfiction[Oikawa Tooru x Reader] Siapa sangka ternyata Oikawa juga jago kimia?!! *** "Tak perlu kamu ragukan lagi, tidak ada bilangan kuantum yang bisa mengukur cintaku padamu, cintaku bahkan jauh melebihi bilangan Avogadro." Mau sekuat apapun gombalan maut...