[Name] berjalan tergesa-gesa menelusuri koridor sekolah. Bagaimana dirinya bisa lupa akan janji pembinaan bareng kakak kelasnya, yang telah ia sepakati kemarin? Untung saja di tengah kesibukan pelajaran tadi, ia menyempatkan membuka notifikasi ponsel, dan ketika nge-scroll [Name] baru teringat soal chat Oikawa yang sudah tenggelam.
Melirik ke arah jam tangan yang saat ini menunjukkan pukul setengah empat sore, membuat langkahnya semakin tergesa. Ia terpaksa terlambat keluar kelas meski pelajaran telah berakhir sedari tadi一sebuah urusan tugas kelompok dadakan yang menjengkelkan.
Di sinilah ia sekarang, bergeming di depan pintu gymnasium sekolah. Dari tempatnya berdiri sekarang, [Name] mampu mendengar suara decitan sepatu yang bergesek dengan lantai, pun juga suara-suara komando, serta bunyi pantulan bola voli. Sepertinya semua sedang serius, [Name] jadi tak enak hati kalau masuk begitu saja dan bisa membuyarkan konsentrasi mereka.
Tapi ditepisnya jauh-jauh pemikiran tersebut. Ini gymnasium sekolah, 'kan? Tentunya terbuka bagi semua murid Aoba Johsai, jadi apa yang perlu ditakutkan?
[Name] menarik napas, baru saja hendak membuka pintu, namun pintu tersebut sudah terbuka. Menampakkan sesosok tubuh yang lebih tinggi dari gadis itu, membuat [Name] mendongak untuk menatapnya.
"Lho, [Name]?" Itu adalah Iwaizumi yang bertanya. Lelaki berambut jabrik berniat keluar untuk membuang sampah minuman kaleng yang ada di salah satu tangannya, sedangkan tangan yang lain menggenggam handuk guna mengelap peluh hasil latihan.
[Name] tersenyum kikuk. "Ha-halo Iwaizumi-senpai," sapanya, sambil matanya mengekori pergerakan Iwaizumi melewati gadis itu kemudian menuju tempat sampah terdekat.
"Lo udah ada janji kan ya sama si Oik?" [Name] mengangguk kecil, sebagai jawaban atas pertanyaan Iwaizumi. "Terus kenapa gak langsung masuk aja?"
"Eh itu ...." Gadis tersebut menyengir, dalam hati juga membatin, ngapain juga tadi dia harus terlibat konflik batin saat akan memasuki gymnasium.
"Kebetulan, kami sedang istirahat sejenak." [Name] mendengarkan sambil membuntuti Iwaizumi dari belakang saat pria itu telah kembali berjalan masuk ke gedung olahraga tersebut. "Dan latihan kali ini bakal jadi sebentar, karena pelatihnya sedang izin."
Oikawa yang tengah minum minuman botolnya, tiba-tiba tersedak saat netranya menangkap kedatangan gadis yang mengekor di belakang Iwaizumi. Spontan, lelaki itu melambaikan tangan bersemangat, senyum semringah terpatri di wajahnya.
"[Name]-chan!" Yang dipanggil sontak menoleh, mendapati Oikawa sedang berjalan menghampiri. "Astaga, aku hampir mengira kamu gak jadi datang!" serunya.
[Name] lagi-lagi menyengir, merasa bersalah karena tidak mengabari lebih lanjut. "Maaf Oikawa-san," ujar gadis itu.
Oikawa mengibas-ngibaskan salah satu tangan sambil terkekeh, "Haha, gak masalah kok. Lagipula kalau kamu gak datang gak apa-apa, yang enak akunya sih, karena yang butuh kamu ya 'kan?" Ia berujar begitu dengan mengendikkan bahu.
[Name] mendengus kecil. Baru saja hendak menimpali, sebuah komando dari Iwaizumi yang sudah berada di tengah lapangan menginterupsi, "Ayo, satu set lagi, habis itu kita akhiri!"
Oikawa yang tadinya menoleh saat mendengar teriakan Iwaizumi, kini mengalihkan pandangan ke arah [Name]. Senyum masih terkembang di bibir pria itu. "Tunggu bentar ya [Name]-chan, aku udah izin pinjam kunci lab kimia kok, jadi gak perlu khawatir!" ujarnya, berlari kembali kumpul bersama tim di lapangan.
[Name] duduk pada bangku yang ada, membuka tas dan mengeluarkan catatan kimianya kemudian membaca ulang. Namun tak berselang lama, seperti ada magnet menarik fokusnya untuk beralih dari sang buku catatan pada permainan yang sedang berlangsung di lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chemistry
Fanfiction[Oikawa Tooru x Reader] Siapa sangka ternyata Oikawa juga jago kimia?!! *** "Tak perlu kamu ragukan lagi, tidak ada bilangan kuantum yang bisa mengukur cintaku padamu, cintaku bahkan jauh melebihi bilangan Avogadro." Mau sekuat apapun gombalan maut...