[Name] menghela napas tatkala berhasil mendudukkan diri pada kursi setelah berjam-jam berjalan. Ia meringis pelan, merasakan kedua kakinya yang terasa cenat-cenut. Menemani Keiko shopping di mall ternyata memang bukan hal yang menyenangkan. Gadis itu seketika menyesal akan keputusannya, temannya tersebut tak kenal lelah mengitari mall. Keiko bilang dia hanya ingin membeli sebuah baju yang memang sudah ia incar dari lama, tapi ternyata ujung-ujungnya Keiko akan meminta [Name] menemaninya berkeliling mall untuk mencari barang bagus lain. Dari satu toko ke toko berikutnya, hingga mampu membuat gadis itu menggeleng heran. Hasrat wanita ketika lagi shopping itu memang mengerikan. Bersyukur ia sendiri tidak menjadi gadis yang seperti demikian.
Yang bikin [Name] kesal bukanlah itu saja. Tadi, ia pamit ke toilet saat Keiko sedang mampir di toko aksesoris. Sekembalinya dari toilet, ia tidak mendapati Keiko di sana, maupun di toko sekitarnya. Gadis itu bak lenyap keberadaannya. Berkali-kali [Name] menelepon dan mengirim spam pesan ke temannya itu, ia belum kunjung mendapat balasan. Lelah karena harus mencari Keiko, ia memutuskan untuk mengistirahatkan diri pada tempat duduk sebuah cafe sambil menikmati minuman yang ia pesan.
Jari-jari diketukkan pada permukaan meja, guna mengusir rasa bosan yang melanda. [Name] juga bolak-balik membuka handphone lalu menutupnya lagi, mengecek apakah ada notifikasi masuk di sana. Tidak ada sama sekali. Ia kembali menghela napas.
"Ah, maaf." ujar seorang pria yang tadi berjalan tergesa memasuki cafe hingga tak sengaja menyenggol siku [Name]. Hampir saja [Name] yang tengah menikmati minum itu tersedak dan minuman di tangannya hampir juga terjatuh, kalau saja ia tak berhasil refleks mengeratkan pegangan pada cangkir yang digenggam. Matanya memicing tajam ke sang pria setelah pria itu mengucapkan maaf. Masih tak habis pikir, untuk apa seseorang memasuki cafe dengan berjalan tak sesantai itu?
[Name] mendengus, namun kemudian hanya bisa mengangguk.
Baru saja lelaki tadi kembali berjalan beberapa lengkah menuju bar cafe, [Name] dibuat kaget ketika lelaki itu berbalik lagi dan menghampirinya dengan cengiran aneh.
"Kamu [Name]-chan kan!" seru sang lelaki disambut kerutan alis heran. Siapa dia? Dipandangnya penampilan orang itu, mengenakan jaket navy dengan tudung yang menutupi rambut dan sebagian muka. Ada kacamata hitam pula yang bertengger di wajahnya. [Name] membatin, apa ia punya kenalan seperti orang ini?
"Ternyata beneran [Name]-chan! Arghh tidak menyangka sekali bakal ketemu di sini!" Lelaki itu langsung mendudukkan diri di kursi di hadapan [Name], masih memasang cengiran aneh.
Gadis itu lantas sedikit menyemburkan minuman yang sedang enak bersinggah di mulut ke udara, ketika lelaki di depannya membuka tudung dan kacamata. Kaget bukan main, jantungnya mendadak seperti sedang lari marathon.
"Oikawa-san?!!"
"Tehe."
Dipasangnya muka masam begitu melihat kakak kelasnya itu mengacungkan sebelah tangan dengan jari yang membentuk V. "Maaf tadi udah gak sengaja nyenggol [Name]-chan. Lagipula, aku sempet pangling sama kamu tadi."
Oikawa menatap [Name] dalam, memperhatikan wajah gadis yang hanya bisa mengerjapkan mata bingung melihat tingkah lelaki di hadapannya. Detik berikutnya, Oikawa tersenyum.
"Ah pantes aja pangling! Kamu dandan ya? Aduh cantik amat dek, mau ketemu siapa?"
[Name] mengerucutkan bibir melihat ekspresi Oikawa yang tidak berkedip sama sekali. Apa kakak kelasnya itu memuji atau mengejeknya? [Name] tahu diri, dirinya bukan gadis cantik jelita seperti kebanyakan gadis lain yang sudah puber. Makanya dia selalu agak sewot jika dikatain cantik. Apa salahnya dandan sedikit saat keluar rumah? Apa sekarang wajahnya terlihat aneh? Setidaknya ia sedang belajar merawat diri sekarang, toh yang penting dia gak dandan pas lagi di sekolah seperti siswi lain yang selalu bisa membuatnya bergidik heran, "Mau kondangan apa sekolah neng?" Begitu umpatnya ketika menemui siswi yang berdandan menor di sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chemistry
Fanfiction[Oikawa Tooru x Reader] Siapa sangka ternyata Oikawa juga jago kimia?!! *** "Tak perlu kamu ragukan lagi, tidak ada bilangan kuantum yang bisa mengukur cintaku padamu, cintaku bahkan jauh melebihi bilangan Avogadro." Mau sekuat apapun gombalan maut...