1.

119 8 0
                                    

"NINOMIYA-KUN!" panggil seseorang padaku.

"Kau yah," ucapku pada sosok yang baru kukenal beberapa hari ini. Dia mungkin staff baru di sini.

"Ini naskah untuk acara hari ini." Tolong kerja samanya." ucapnya tersenyum sembari memberiku sebuah klipingan yang begitu rapi dengan sampul berwarna hijau.

Dia hampir berlalu. Aku mencegahnya sementara.

"Tunggu!" teriakku sebelum dia benar-benar hilang dari pandanganku.

Ia berbalik sembari tersenyum lagi, ia melepas headhphone-nya sementara untuk mendengarku.

"Dimana ruanganku?" tanyaku. Aku baru saja sampai di studio ini. Nggak banget kalo aku disuruh berdiri terus tanpa dibiarkan istirahat setidaknya itu di ruangan kecil.

"Ah, mari saya antar." ucapnya masih tersenyum.

Ia baik. Ia selalu tersenyum. Apa pribadinya sebegitu menyenangkan, yah? pikirku.

Kami menelusuri studio itu, ia memimpin jalan didepanku, sekali-kali ia menyapa orang lain di studio dengan begitu hangat.

"Ini ruangmu." ucapnya saat kami tiba di depan pintu dengan ada tulisan namaku di pintu itu.

"Maafkan aku baru mengantarmu kesini. Aku yakin kau lelah, sebaiknya kau istirahat dulu." ucapnya sembari membukakan pintu ruangan itu untukku. Hey, bahkan aku tak perlu repot-repot untuk menyusun sepatuku! Ia sudah disana menyusunnya untukku.

"Ninomiya-kun, kau orang yang beruntung yah," ucapnya saat melap meja di ruangan itu.

"Aku benar-benar mengagumi orang-orang pekerja keras sepertimu. Kau punya banyak teman pastinya dengan jadwalmu yang begitu padat akan bekerja ataupun syuting." pujinya.

"Tidak sama sepertiku, untuk bekerja disini pun aku harus melewati banyak tantangan, belum lagi para atasan di studio ini benar-benar garang pada staff-staff rendahan sepertiku." ucapnya sembari tersenyum lagi.

Aku hanya bisa membisu mendengarnya.

"Kau mau kubuatkan minuman?" tanyanya dengan senyum begitu hangat dibibirnya.

Aku baru tersadar setelah ia melontarkan kata tanya itu. Aku begitu serius mendengarnya bercerita didepanku. Kurasa ia tipe yang tidak bisa diam.

"Ah, itu akan sangat membantu." ucapku padanya.

Belum juga aku selesai bicara 1 menit, ia sudah berlari keluar ruangan untuk membuatkanku minuman seperti janjinya.

"Dia lumayan gesit." gumamku hanya bisa cengo saat melihatnya sudah menghilang sekejap mata dari pandanganku.

Aku langsung duduk di sofa sembari memainkan game nintendo-ku.

Aku berdecak. Sudah berapa kali aku kalah hari ini? Kenapa yah? Apa keadaan hatiku sedang tidak bagus? Baiklah, akan kucoba lagi.

"Aku boleh masuk?" terdengar suara seseorang di luar ruangan ku. Itu dia orangnya yang dari tadi begitu semangat menceritakan kisah hidupnya padaku.

"Kau boleh masuk." pintaku. Aku tidak mengalihkan pandanganku dari Nintendo-ku.

Ia membuka pintu dengan nampan serta minuman dan beberapa cemilan diatasnya. Ia membawanya ke hadapanku.

"Aku taruh makananmu disini. Jika kau butuh aku, silahkan panggil. Aku akan segera melejit kesini. Namaku Aiba Masaki." ucapnya sembari tersenyum lalu berlalu.

Aiba Masaki, yah...pikirku.

---------

Aku sudah kalah berkali-kali sejak dari tadi. Aku bosan. Aku memutuskan untuk keluar dari ruangan itu.

Aku melihat Aiba-san si staff tadi sedang terburu-buru masuk ke ruangan MC acara tv show kali ini. Harada Sano.

Aku mengintip sedikit ke ruangan tersebut. Kudapati seorang cewek yang memakai kalungan untuk izin masuk backstage sedang berbicara dengan si MC itu. Aku mendengarkan percakapan mereka :

Si cewek : "Temanku, adalah fans beratmu, izinkan aku minta tanda tanganmu!" (Si cewek itu kegirangan).

Harada Sano : "Ahahaha ... begitu yah? Tentu boleh! Apa yang tidak boleh untuk gadis manis sepertimu? Ng... kau ada alat agar aku bisa menandatangani-nya?"

Si cewek : " (ia mengecek tasnya dalam-dalam) Lho? Pulpen? Pulpenku mana? Perasaan tadi aku tau betul kalo aku menaruhnya disini."

Di sisi lain, aku melihat si MC itu berbisik ke Aiba-san.

Harada Sano : "Kau dengar itu? Kami butuh pulpen. Jadi cepatlah cari pulpen, Jelek!"

Aiba-san tertunduk, mengangguk lalu lari dengan cepat, ia nyaris menabrakku saat berlari keluar dari pintu ruangan. Kurasa ia tidak menyadariku yang sedari tadi berdiri di dekat pintu. Biarlah. Tapi, si MC itu benar-benar keterlaluan padanya!😑

Aku lalu berlari mencari Aiba-san. Entah, kakiku bergerak dengan sendirinya. Aku hanya merasa aku tidak boleh membiarkan manusia sebaik dia harga dirinya diinjak-injak oleh manusia kurang ajar seperti Harada Sano itu!

Aku menggenggam pulpen yang tau-tau dari tadi ada di kantung celanaku sembari terus mencari sosok Aiba-san.

Tak butuh waktu lama untuk menemukannya. Ia sudah kutemukan di ruangan khusus staff televisi sedang membongkar-bongkar isi tasnya dengan wajah pucat pasi.

Kemana senyumannya yang menyilaukan tadi?

Aku mendekati Aiba-san yang sepertinya masih belum bisa mendapatkan titik cerah untuk menemukan sebatang pulpen di tasnya.

Aku menyodorkan pulpenku itu di depan wajahnya.

"Kau butuh ini?" tanyaku.

Ia mengankat sedikit kepalanya. Matanya terbelalak menatap pulpen itu, ia lalu menatapku juga.

"Ninomiya-san," ucapnya.

"Tidak!" tolaknya. Aku juga terkejut.

"A-apa?" tanyaku.

"Aku tidak bisa meminjam pulpenmu, aku tidak enak. Tadi, aku bilang kau boleh memanggilku kapan saja jika kau butuh sesuatu. Kenapa malah kau yang datang membantuku? Jangan seperti itu, aku tidak apa-apa." ucapnya sembari masih mangacak-acak tasnya.

Aku menarik tangannya yang panjang itu keluar dari tas coklat miliknya, lalu kutaruh paksa pulpenku di telapak tangannya.

"Pakai saja! Aku memaksamu! Jangan mau ditindas oleh orang buruk seperti dia!" aku keceplosan.

"K-kau melihatnya?"

"Maaf saja. Tapi, ayolah. Aku juga tidak suka orang itu." ucapku.

"Bawa itu! Kembalikan jika kau- tidak, dia sudah selesai dengan urusannya." aku meninggalkannya di ruangan itu dengan sebuah pulpen milikku yang sudah ia genggam erat ditangannya.

Ia mendapatiku di koridor studio. Ia mengejarku.

"Ninomiya-san! Terima kasih!" ucapnya dengan semangat lalu pergi ke tempat yang sudah menunggunya.

Tersenyumlah terus seperti itu. Kau cuma 1 berbanding 1000 manusia sepertimu di dunia ini.

You're my rainbow (NIJI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang