Nino's POV
"Sudahlah, jawab ya atau tidak. Mau jadi pacarku?" tanyaku lagi pada Aiba-san.
Aku cukup kaget akan keberanianku ini. Tapi, sudahlah toh sudah terlanjur terucap, aku takkan menariknya lagi. Lagipula aku juga merasa sebuah benih-benih suka di dadaku memaksaku berkata seperti itu.
Aiba-san membelalakkan matanya, mulutnya agak terbuka sedikit. Bahkan kurasa ia sama sekali tak berkedip sejak pengakuanku tadi.
"N-Ninomiya-san?" tanya Aiba-san masih belum percaya dengan perkataanku yang lumayan serius itu.
"Kau tak salah dengar, jadi jangan menyangkal lagi." ucapku.
Aiba-san memundurkan wajahnya, menutup mulutnya, dan menunduk sedikit. Kedua tangannya ia taruh di pahanya sembari mengeratkan pegangannya pada celananya. Melihatnya yang salah tingkah seperti itu membuatku ingin tertawa, tetapi karena aku tipe yang senang menjaga image jadi aku menahan tawaku.
Aku menghembuskan napasku untuk mengontrol mulutku agar tidak tertawa.
"Jangan terlalu berpikir keras, turunlah kita sudah sampai." kataku sembari membuka sit belt ku dan membuka pintu mobil.
Kututup pintu mobilku hingga terdengar suara deburannya. Tapi berbeda dengan pintu tempat Aiba-san sama sekali tak ada suara yang terdengar dari sana. Apa ia masih dimobil?
Aku berjalan ke depan mobil, kulihat dari jendela ia masih duduk termenung dengan posisi yang sama seperti tadi.
Aku mendekati pintu mobilnya dan membukanya. Ia baru sadar setelah aku membuka pintu mobilnya.
"N-Ninomiya-san?"
"Apa? Ayo turun gih!" aku membukakan sit belt nya. Dan menarik salah satu tangannya agar ia mau berpindah dari tempatnya.
"Selamat datang," kataku. "Anggap saja rumah sendiri."
Matanya terbelalak, tubuhnya berputar untuk melihat semua sisi ruangan.
"Kuantar ke kamarmu, yah."
Ia mengangguk dan mengekor di belakangku.
CEKLEK! Aku menarik grendel pintu sebuah ruangan dan menyalakan lampunya.
"Ini gudang?" tanyanya dengan wajah takjub. "Ini terlalu sempurna untuk kategori gudang."
"Maaf saja yah, gudang ini sering kubersihkan. Oh iya, aku punya sofa lipat yang bisa jadi kasur. Kau gunakan saja itu, akan kubersihkan jika aku selesai ganti baju." kataku sembari menggeser sebuah sofa lipat berwarna hitam itu ketengah ruangan sembari kubuka lipatannya hingga ia berbentuk menjadi sebuah kasur yang agak berdebu.
"Atau... kubersihkan saja sekarang." gumamku merasa tak enak pada Aiba-san.
Kulap sofa itu dengan kain basah, kadang-kadang debunya masuk ke hidung sampai menelusup masuk ke tenggorakan dan membuatku terbatuk-batuk.
Aiba-san yang tak tega melihatku dengan keadaan seperti itu langsung meraih lap basah yang kugunakan. Bisa dibilang ia merampasnya walau dengan cara yang "halus".
"Sini!" ucapnya sembari mengambil lap basah itu lalu melanjutkan pekerjaanku.
"Jangan seperti itu! Kau sudah berbesar hati mau menampung orang rendahan sepertiku, setidaknya izinkan lah aku berbalas budi padamu. Apa ada syarat untukku tinggal disini? Katakan saja. Akan kupenuhi sebisaku." ucapnya sembari tersenyum dengan dirinya yang masih fokus bekerja.
"Tidak ada yang khusus." singkatku.
"Oh, ayolah Ninomiya-kun." ucapnya memohon.
"Aku tidak tau harus apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
You're my rainbow (NIJI)
FanfictionPair : AiMiya (Aiba Masaki & Ninomiya Kazunari Genre : Romance, drama Ketika aku, seorang Ninomiya Kazunari telah jatuh cinta pada seorang dengan kepribadian kikuk, ceroboh. Tapi, entah mengapa senyumnya begitu mengancam dadaku. AKU JATUH CINTA PADA...