Chapter 3

5 1 0
                                    

Sebelumnya, aku sempat bercerita tentang aku dan teman sekelasku,kan? Aku lupa untuk melanjutkannya di Chapter 2 tadi. Jadi, untuk aku dengan teman sekelasku bagai keluarga yang sangat sangat sangat akrab. Bahkan bisa dibilang, kami bisa bertaruh harta maupun nyawa sekaligus, hehe. (Agak dramatis lah dikit)
Jika aku boleh jujur, dulu aku sempat tidak nyaman dengan teman-teman baru di kelas 8 ini. Aku juga pernah sempat menangis lagi di depan Wali Kelas. Dan semakin hari, aku sadar, untuk apa aku menangis? Itu tidak bisa merubah apapun. Guruku pernah berkata kepadaku,"Sudahlah, biarkan saja, sekarang tinggal Defri nya saja harus lebih sabar, dan soleh,". Mendengar kata-kata itu, hatiku berkata,"Kurang sabar apa aku,".
Semua KM pasti memiliki kisahnya masing-masing,kan? Tergantung sikap para muridnya dan Wali Kelas nya. Untungnya aku berteman baik dengan semua KM di kelas 8. Aku mendengar banyak kisah dari setiap kelas. Dan aku pun berpikir, sebenarnya, apa sih tugas KM? Mungkin orang pintar akan menjawabnya dengan panjang lebar, kesana kemari. Tapi, aku sih menganggap KM sebagai jabatan saja, aku tidak memperhatikan apa saja tugas KM. Di kelas kami, siapa saja bisa jadi KM, menurutku. Kami bekerja ikhlas, siapapun, kapanpun, dapat pergi menjemput guru di ruang guru. Tanpa harus aku suruh atau tanpa aku temani pun.
Mengingat masa lalu ku di kelas 7 yang menyedihkan, membuatku mengerti akan perasaan teman-temanku. Ya, jujur sih, aku juga ngga terlalu suka diatur, tetapi aku sering mengatur orang lain. Nah, dari sanalah, mengapa kelas kami dicap sebagai kelas paling kacau sedunia. Memang, itu adalah hal yang salah, sangat sangat salah. Aku membebaskan semua siswa melakukan apapun, asalkan masih dibatas kewajaran. Aku tidak melarang mereka membawa handphone, kenapa? Karena aku juga harus mengakui, aku sering membawa handphone ke sekolah, begitu juga para pengurus OSIS lainnya. Kalian bisa menyebutku Si Bodoh, karena telah melalaikan tanggung jawabku sendiri. Tetapi, ingat satu hal ini, Seseorang yang melanggar peraturan dianggap sampah. Tetapi, seseorang yang meninggalkan temannya, lebih buruk daripada sampah. Tanpa teman, mungkin kita tidak dapat melaksanakan tanggung jawab kita dengan baik, selayaknya kita adalah makhluk sosial.

Up and UpTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang