Part 1

65 1 0
                                    

Aku menemukannya tergeletak tak berdaya tepat dihalaman depan rumahku.

Ia tampak sangat lemah.

Darah segar mengalir deras dari pelipisnya, membuat kemeja putih yang ia kenakan menjadi tampak sangat menakutkan.


"hei sadarlah" desisku. Aku tidak mungkin menyentuhnya begitu saja. Bisa-bisa aku dituduh menjadi tersangka jika ia benar-benar sudah tidak bernyawa.


"ayo bangunlah bodoh. Jangan membuat hidupku lebih rumit lagi. Aku sudah memiliki cukup banyak masalah, tolonglah jangan membuat daftar masalahku menjadi lebih panjang dan menyebalkan. Bangunlah!" kaki kiriku menendang tubuhnya yang tetap targolek lemas tak berdaya. Perasaanku semakin cemas. Keringat dingin membasahi keningku.


"bodoh! Ayo bangun!" kesabaranku habis. Tendanganku semakin kuperkuat. Aku semakin kalut saat ia tetap tidak merespon ucapanku.


Angin pagi diawal musim dingin ini membelai tubuhku yang hanya berbalut baju tidur yang sangat tipis tubuhku bergetar hebat, tapi entah mengapa tubuhku tidak berhenti berkeringat. Cukup lama aku memandang tubuh itu dengan frustasi.


'baiklah'desahan nafas berat keluar dari mulutku. Perlahan aku memposisikan tubuhku untuk berjongkok dihadapan golekan tubuhnya. Dengan bermodalkan kenekatan, aku menyentuh tubuhnya dengan tangan telanjang. Aku mencoba membalikan tubuhnya yang saat ini dalam posisi telungkup. Berat sekali.

Bau nyinyir darah memenuhi paru paruku. Rasanya lambungku mulai terasa aneh.

"dia laki-laki?" aku memandang wajahnya yang penuh luka pukulan benda tumpul itu. Wajahnya sangat tampan. Bulu matanya yang lentik menghiasi kedua matanya yang tampak biru. Bibirnya semerah apel import yang biasanya hanya bisa kudapatkan dimusim semi. Begitu penuh dan menggoda.


"astaga. Apa yang kufikirkan? Ini bukan saatnya untuk mengagumi wajahnya key. Kau bodoh sekali." aku merutuki diriku sendiri yang terlalu asik mengaguminya. Aku mendekatkan wajahku kebagian dada bidangnya. Mencoba memeriksa detak jantungnya.


-**-


aku menatap ukiran wajahnya dengan kagum. Jari jemariku menelusuri setiap lekukan wajahnya.


'ia sangat menawan' fikirku. 'ia bahkan lebih menawan dibandingkan mike' aku terkekeh pelan. Dengan berhati-hati aku mengganti perban yang ia kenakan. Walaupun saat ini sudah tepat seminggu dari waktu pertama aku menemukannya tergeletak didepan rumahku, tetapi ia sama sekali belum siuman. Padahal luka-luka yang ada ditubuhnya sudah mulai memudar.

Sebenarnya aku ingin sekali membawanya kerumah sakit agar ia dapat mendapat perawatan yang lebih baik dari dokter, tapi aku tidak dapat berbuat apapun. Aku hanyalah mahasiswa biasa yang hidup dipinggir hutan. Jauh dari pemukiman penduduk. Butuh waktu lama untuk mencapai kota. Ditambah lagi aku sama sekali tidak memiliki tetangga maupun kendaraan untuk membantuku mengangkut tubuhnya.

Aku mengeratkan sweater hijau tosca yang kukenakan. Hari ini memang benar-benar dingin. dan natal akan datang dalam hitungan beberapa hari kedepan.


"aku berharap kau dapat tersadar sebelum natal datang. Aku sudah bosan merayakan natal seorang diri selama bertahun-tahun" ku naikkan selimut yang melapisi tubuhnya hingga sebatas leher. Memastikan suhu tubuhnya normal lalu pergi meninggalkan nya yang masih tertidur dengan nyamannya.



ImmortalWhere stories live. Discover now