Part 1 | Pertemuan

57 5 7
                                    


"Eh eh, ada anak baru." teman semejaku.

"Oh ya, kelas mana?" tanyaku heran, ada murid baru di pertengahan semester genap ini.

"Enggak tau, aku gak sengaja lihat pas lewat ruang guru."

"Pagi anak-anak...!" sapa seorang guru, menyudahi percakapan diriku dan temanku.

"Pagi Buuuuu!!"

"Tidak seperti biasanya ... kali ini kita kedatangan murid baru."

"Asik, cewek apa cowok Bu?" tanya bocah bau kencur yang sudah mendapat julukan playboy di kelas.

"cowok." jawab guru berjilbab kuning itu.

"Huuuuuu!!" Serunya

"silahkan masuk!" Guru mempersilahkan murid yang berdiri di depan pintu kelas 4-B untuk menemui teman kelas barunya.

Iya ini kisah anak SD guys.

murid baru itu berjalan penuh dengan percaya diri dengan cengiran di bibirnya. Sekilas pemuda tinggi dengan kulit eksotis itu beradu pandang padaku. Sebelum aku membuang muka.

"Sekarang kenalkan diri kamu!" perintah guru pada murid baru tersebut.

"Ehem," ia mengaruk lehernya, "Perkenalkan nama sayah ... Zenith Boy Hasyim ..."

"Ciee, namanya hampir sama kayak kamu. " Ujar temanku.

"Sama apaan jauh keles."

"Nama panjang kamu kan ... Ziana Rheva Hasibuan."

"Berisik!" Seruku, entah kenapa aku ingin sekali mendengar pemuda yang tengah berdiri di depan sana.

"... panggil saja Zen atau Boy, umur sepuluh tahun, pindahan dari Surabaya. Misi saya ..."

"Gila, pake misi segala," guman anak anak.

"Sttt." Aku memberinya isyarat untuk diam lagi. Merasa kesal ia menendang kakiku di bawah meja, membuatku tertawa kecil.

"... Menjaga perdamain dunia, dan oleh sebab itu maka penjajahan diatas dunia harus di hapuskan ..."

"Kenapa dia jadi orasi," gumamku.

"Stttt,", dan aku juga membalas menginjak sepatunya.

"Kamu kenapa gerak-gerak gitu?" tanya bu guru, melihat murid baru bernama Zen sedang berdiri gelisah memegang celananya dan merapatkan kedua kakinya.

"Kebelet Buk."

Sang guru hanya geleng-geleng, "Yaudah ke toilet sana."

Tanpa babibu lagi Zen keluar kelas, tapi tak lama ia kembali lagi.

"Toiletnya dimana?!" tanyanya innocent.

"Ketua kelas antar dia ke toilet." Guru memanggil si ketua kelas.

"Gak masuk, Bu!!"

"...." Aku pun beranjak dari kursiku. Sebagaimana wakil ketua kelas yang baik, aku akan menggantikan posisi ketua sementara.

"Zia-eh!-Rheva antar Boy ke toilet yah." perintahnya, membuatku merasa dejavu dengan nama-nama itu.

"Ayo!" aku menyuruhnya mengikutiku.
.
.
.
Kalau di pikir-pikir kenapa malah aku yang mengantarnya ke toilet. Aneh sekali anak perempuan mengantar anak laki-laki ke toilet. Apa kerana aku tomboy jadi gak masalah gitu? Tapi yah sudahlah.

"Ah, leganya." ujarnya begitu keluar dari toilet.

"..." Aku mulai beranjak, kembali menuju kelas yang lumayan jauh dari toilet berada. Risih juga berduaan dengan manusia asing. Dan lagi harus aku akui pemuda yang setahun lebih tua dari ku itu, cukup tampan meski menurutku terlalu uyuk untuk diriku.

"Makasih ya, kamu udah ngaterin aku." kami berjalan beriringan, "padahal aku gak pa apah loh di tinggal. Udah hapal jalannya."

"No prob."

"Bukannya itu rekan musuhnya Boboiboy?"

"Apa itu?" tanyaku pura-pura tau.

"Hah, bukan apa-apa ..." jawabnya, terseyum kecil dan kembali fokus pada jalan.

Apa cinta bisa dimulai dari sebuah garis yang melengkung ke atas?

Aku benci mengakuinya tapi aku suka dengan senyum itu ...
.
.
.
.
.
.
.

Ini saya edit supaya gak ada nama lain. Hanya 2 bocah itu aja. Biar sederhana tanpa perlu di hapal namanya.
Tidak ada pemeran penting selain mereka berdua.

Ziana Rheva Hasibuan, zia, 9th

Zenith Boy Hasyim, zen, 10th

Apakah Kau Mencintaiku? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang