00

45 5 0
                                    

Rena POV

Aku mengetuk pintu rumahku.

"Ibuuuuuuuuu, bu.. aku pulang."

"Iya Rena-ah, Tunggu sebentarr." Teriaknya dari dalam rumah.

Kreekk

Pintu terbuka dan kulihat Ibu yang masih memakai celemek, ia baru saja selesai memasak.

"Ayo." Ajak Ibuku.

Aku tersenyum, lalu melangkah masuk kedalam rumah.

Bruukkkkk

"Auwww, aishhh sakit sekali." Aku memijit keningku.

Dasar bodoh. Aku baru saja menabrak pintu rumah.

Buru-buru aku membuka tasku untuk mencari kuncinya, lalu bergegas masuk.

...

Aku melemparkan badanku keatas kasur. Kulihat baju sekolahku yang kini nampak lusuh dan penuh keringat. Benar-benar hampir mirip anak ayam yang baru saja tercebur kekubangan lumpur.

"Jika saja ada Ibu, dia pasti su-"

"Ahhhh tidakkk-tidakk Renaa."

Aku menampar-nampar pipiku, kemudian menempelkan wajahku keatas bantal

"Rena-ah, ayoo lupakan. Ingat sekarang kau hanya sendiri. Lalu Ibu, Ayah, dan lainnya kemana?"

"Ibu disini Rena."

"Ibuuu.. kau disini." Ucapku.

Air mataku mengalir jatuh kepipi.

"Ibu kenapa? Kenapa kau meninggalkan aku sendirian? Kenapa...."

Aku tidak sanggup lagi untuk berbicara. Bunyi isakan semakin keras terdengar beradu dengan tumpahnya air mataku.

"Ibu pergi karena memang waktunya Ibu pergi. Untuk apa kau bersedih? Tidak ada waktu untuk meratapi kepergian Ibu. Justru kau harus belajar mandiri sekarang." Ucapnya sambil mengusap air mataku.

"Cobalah untuk bersikap lebih dewasa." Lanjutnya.

"Tapi Bu-" Aku mencoba memotong omongannya, namun.

"Renaaaaaaa-ahh, Renaaaaaa....."

Aku mengusap mataku dan membukanya perlahan. Sebuah teriakan baru saja membangunkan aku dari sebuah mimpi.

"Renaaaaa-ahhh. Kau didalam kan?!!." Teriak seseorang dari luar rumah.

Aigooo

Dengan terpaksa aku bangkit dari kasurku dan pergi membuka pintu.

"Aishhh ternyata kalian. Wae!???! Waeee???!! Wae?? Aku sedang tidur nyenyak dan kalian membangunkanku " Balasku kesal.

"Kami hanya ingin mengajakmu pergi menonton dan makan jjangmyeon."

"Aku tidak punya uang dan aku juga tidak lapar."

Aku baru saja ingin menutup pintu rumahku. Namun tertahan oleh tangan mereka.

Yori, Ji-a, Chan, dan Youngjin. Mereka berempat adalah sahabatku sejak kecil.

Ji-a tertawa mendengar ucapanku. "Kau pikir kita ini siapa?? Tenang saja, Youngjin akan mentraktirmu. Yah kan Jin??" Jawab Ji-a sambil menepuk-nepuk keras lengan Youngjin.

LOVE LAVYRINTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang