07

11 3 3
                                    

Rena POV

"Dia punya urusan Jung--Kook." Timpal Taehyung sambil mengeja nama Jungkook.

Aku memperhatikan wajah Jungkook yang kini nampak sedih. Apa boleh buat jika aku punya urusan.

...

Aku menuangkan seluruh isi tasku keatas lantai.

Not here!!!!

"Yahhh, Insonaaa!!! Kau dimana?! Aishhhhh!!!"

Insona adalah nama buku diaryku. Ayah dan Ibu membelikannya saat aku mendapatkan juara pertama disekolah menengah pertama. Aku sangat menyayangi Insona,walaupun sekarang aku membenci Ayah.

Insona adalah perpaduan nama Ayah, Ibu dan Aku. Kevin Yoseph, Yeo Soyoung, dan aku, Yeo Rena. Saat aku sudah besar, aku sedikit mengelikan mendengar namanya, padahal aku sendiri yang memberikan nama tersebut.

Aku melempar tasku karena kesal. Aku tidak tau harus mencari kemana lagi buku itu. Kenapa aku tidak menyadari jika buku itu hilang!!?? Aku terlalu asik dengan urusanku.

Badanku terasa lelah setelah menyelusuri sudut bagian rumah. Alangkah baiknya kalo aku tidak seceroboh ini.

...

1 hari telah berlalu. Aku menjalani hari demi hari hanya didalam rumah. Yah, Sei belum mengabariku tentang pekerjaan yang akan kudapatkan.

Aku memecahkan telur kedalam sebuah kuali. Aku juga harus lebih menghemat stock makanan dirumah sebelum aku mendapatkan pekerjaan.

"Sei aku harus mendapatkan pekerjaan. Aku benci seperti ini." Aku mengerutu setiap memasukkan sesuap nasi kedalam mulutku.

Aku tidak peduli dengan kata yang mengatakan, "Jangan pernah mengeluh didepan makanan. Blaaa blaa blaaa dan blaa blaa blaa."

Tok-tok-tok~~

"Yeoboseyooo?"  Teriakku dari dalam rumah.

"Ini aku. Sei-ah."

Aku terdiam setelah mendengar itu adalah Sei. Akhirnya dia datang juga. Mungkin kali ini aku akan terlepas dari status pengangguranku disini.

Aku pun berlari menuju pintu lalu membukanya.

"Sei-ah" Panggilku dan memeluknya.

"Eonniii, yahh aku benar-benar merindukanmu."

"Rindu? Ada-ada saja. Hmm kau? Tau darimana rumahku?" Tanyaku bingung.

"Yahh Bibi Soobin dan Ibuku berteman, kemarin dia bercerita tentangmu."

"Yah kebetulan sekali. Bagaimana? Apa kau sudah sehat?" Tanyaku.

"Tentu saja."

Aku senang melihat Sei datang sampai tanpa aku sadari ternyata dia membawa seseorang.

"Oh, nuguya?"  Tanyaku pada Sei sambil menyenggol bahunya.

"Ibuku." Bisik Sei.

LOVE LAVYRINTYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang