Memori 2017.

13 1 2
                                    

Tepat dibulan Juni, 2017. Tanggal berapa itu, aku lupa. Makhlum, aku bukan pengingat yang baik. Ditemani hujan pagi yang membawa hawa dingin nan basah, menemani aku dan Dava untuk berangkat ke salah satu sekolah ternama di Illinois, yaitu Herrin High School. Aku dan Dava memang sudah sahabatan sejak duduk dibangku SMP, kelas 2 seingatku. Sebenarnya, kami punya geng yang beranggotakan aku, Natasha, dan Dava sendiri. Hanya saja, Natasha yang akrab kami panggil Tata, tertinggal di Indonesia. Hehe, tertinggal bukan karena ketinggalan pesawat yah. Tapi, kami bertiga pernah mengikuti Program Youth Exchange dan Study. Semacam program pertukaran pelajar gitu. Dan sayangnya, hanya aku dan Dava yang lolos ke USA. So, si Tata tinggal sendiri di Indo. Semua kisah berawal di negeri Paman Sam ini. Aku punya seorang kekasih yang juga Exchange Student, hanya saja dia ikut di program yang berbeda. Namun, ia pun dihosting di Chicago. 2 jam 38 menit jika berangkat dari Herrin. Cukup dekat memang. Namun, karena kesibukan masing-masing yang membuat aku dan Bas tak pernah bertemu. Terakhir kali bertemu pada saat Farewell Party di Jakarta dan saat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Setelah itu, tak pernah lagi ku tatap si "lebay" ku itu. Bermodalkan WA yang membuat kami tetap komunikasi. Itu pun jarang. Seminggu palingan cuma sekali dan paling lama 2 jam. LDR sungguh menyiksa bathin, pemirsa. Namun, aku tetap percaya ke Bas. Sudah setahun lebih aku kenal dia, dan aku sudah cukup tahu kepribadiannya. Apriliansyah Baskoro Wijayanto, anak kedua dari Bapak Arman Wijayanto dan Ibu Nurkafifah Indahyanti. Dia itu lelaki yang sick pack, punya roti sobek diperutnya, bermata bulat, agak pendek, namun begitu penyayang serta humoris. Dia termasuk spesies manusia gila yang pernah ku temui. Bayangkan saja, dihadapan kakak volunteer saat itu, dia nyatain perasaannya ke aku. Gila bener dah! Aku masih ingat betul bagaimana "kejadian" itu berlangsung.
"Hanandita Shafira Briliana binti Muhammad Syawal?"ungkapnya tegas.
"Ii...iya",jawabku terbata-bata.
"Mau kah kamu menjadi pelengkap hidupku sekaligus penyemangatku tiap harinya?" Ucapnya lebay.
"Ih apaan sih, Bas. Malu-maluin aja"
"Oh lebay yah. Atau gini deh. Kamu tahu Trigonometri kan?"tanyanya.
"Ya iyalah, itu kan pelajaran yang bikin mumet!"
"Tapi semenjak ketemu kamu, aku jadi semangat mempelajari Trigonometri. Karena kamu telah berhasil men-sin-cos-sec-kan hatiku."
"Eaea, cie cie." Teriak kakak volunteer.
"Terima terima terima!" Sahut kakak volunteer.

Kita Beraksara Dalam Mahligai CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang