Prolog

9 0 0
                                    


Di sebuah rumah sederhana, terdapat satu gadis mungil sedang sibuk mengurusi perlengkapan masuk ke sekolahnya yang baru.

Dia bernama Rahmi Dalida, berumur 15 tahun dan sekarang dia akan masuk ke sebuah sekolah agama di daerahnya Bandung.

Dia merupakan anak ketiga dari 4 bersaudara, dua kakak laki-laki dan satu adik laki-laki membuat dirinya menjadi anak perempuan satu-satunya. Ayahnya bekerja sebagai pedagang dan ibunya sebagai IRT.

Rahmi anak yang cukup bergantung pada orang lain, dia memiliki sifat pemalu dan penakut.

Baginya seorang teman sangat berarti, karena dia tidak bisa hidup sendirian.

"Makan dulu dek, mamah udah siapin tuh!" Ucap wanita paruh baya yang merupakan ibu Rahmi.

"Iya ma, bentar Rahmi lagi di kerudung dulu ini." Jawab Rahmi di dalam kamar.

Rahmi keluar dengan seragam SMP nya, hari ini dia memang masuk ke tingkatan SLTA, namun untuk siswa dan siswi baru di wajibkan memakai seragam sekolahnya yang dulu masing-masing.

"Mah... Rahmi dianter siapa?" Tanya Rahmi ketika sedang melahap sarapannya.

"Kakak kamu" jawab ibu Rahmi yang sedang sibuk mencuci piring.

"Terus sekarang kakak dimana? Kok gak keliatan?" Tanya Rahmi celingukan.

"Kakak kamu nginep di rumah temennya lagi tuh, ntar mamah panggilin dia dulu!" Jawab ibu Rahmi yang langsung beranjak pergi mencari kakaknya Rahmi.

"Mamah mana sih, dek? Cari mamah gih!" Suruh Rahmi pada sang adik yang sedang asik menonton tv.

"Males ah, ntar juga balik" jawab Rizki adik Rahmi dengan nada kesalnya, karena ada yang telah mengganggu masa-masa senangnya.

"Sebentarlah ki!!" Paksa Rahmi, namun Rizki tetap pada posisinya dan tak menghiraukan kakaknya.

Rahmi jadi kesal sendiri, akhirnya dia memakai sepatunya dan mulai melangkahkan kakinya mencari sang ibu, "mamah mana sih? Malah ngilang dua-duanya lagi" omel Rahmi dalam perjalanannya.

Rahmi menghembuskan napasnya lega, akhirnya ibu dan kakaknya sudah tertemukan.

Rahmi kembali ke area rumahnya dan duduk di teras depan, "Mah, bekalnya mana?" Tanya Rahmi sedikit berteriak.

Ibu Rahmi keluar dari dalam rumah sembari membawa beberapa lembar uang, "jangan terlalu boros! Ntar kalau udah mau pulang telpon rumah aja biar nanti kakak kamu yang jemput!" Suruh ibu Rahmi sembari memberi uang lembar dua ribuan kepada Rahmi.

"Iya mah, aku berangkat dulu! Assalamualaikum" jawabnya sembari mencium tangan sang ibu.

"Wa'alaikumussalam."

®®

Rahmi telah sampai di depan gerbang sekolah barunya, dia mencium tangan sang kakak dan berpamitan, setelahnya ia mulai memasuki gerbang sekolahnya yang baru.

Rahmi celingukan, mencari teman yang satu sekolah dengannya dulu, dia akhirnya menemukan temannya yang bernama Nuri.

Nuri adalah salah satu teman Rahmi di SMP dulu, dia masuk ke sekolah yang sama bukan karena kesepakatan, Nuri di beri pilihan oleh kakaknya apakah dia ingin masuk ke sekolah khusus perempuan atau ke sekolah berbasis agama namun tetap bercampur dengan lelaki seperti sekolah yang sedang mereka injak ini.

Sekolah yang mereka tempati adalah MAN Bandung. Beberapa teman Rahmi juga banyak yang kesini, namun yang paling dekat dengan Rahmi itu ya Nuri.

Nama panjangnya Nurinsani, dia berumur 15 tahun, dan dia merupakan anak bungsu di keluarganya.

Rahmi terus-terusan memegang tangan Nuri, dia sangat tegang berada di posisi ramai seperti ini.

Nuri yang tahu kondisi Rahmi pun mencoba menenangkannya, "Mi, tangan lo dingin banget, kenapa? Tegang? Biasa aja kali, mereka gak akan gigit lo!" Canda Nuri mencoba membuat Rahmi setenang mungkin.

"Gue paling gak suka di posisi ramai kayak gini Ri, lo kan tahu dari dulu gue gak suka yang namanya keramaian" jawab Rahmi dengan nada pelan.

"Lo harus bisa bersosial Mi, gak selamanya lo akan terus sama gue, sekarang mungkin lo masih bisa sama gue. Tapi besok, yakin lo masih bisa bareng sama gue?" Tanya Nuri hati-hati, takut menyinggung perasaan Rahmi.

"Gue tahu, mungkin lo risih gue ikutin lo mulu, tapi pliss! Gue mohon untuk hari ini aja, lo jangan ninggalin gue!" Pinta Rahmi dengan nada memelas.

Nuri jadi tidak enak hati melihat ekspresi Rahmi, "lo gak perlu memohon Mi, gue akan selalu ada buat lo. Gue ngomong gitu karena gue cuma pengen lo berbaur dengan yang lain, gak cuma sama gue" jawab Nuri dengan nada bersalahnya.

"Gue akan coba Ri!" Ucap Rahmi penuh semangat.

Nuri mengembangkan senyumnya, membuat Rahmi ikut tersenyum "gue suka lo yang kayak gini" tutur Nuri mengacak pelan kepala Rahmi yang di balut kerudung putihnya.

"Apaan sih, kayak anak kecil aja gue" kekeh Rahmi menjauhkan tangan Nuri dari kepalanya.

Pengumuman, bagi siswa dan siswi baru! Harap memasuki aula secepatnya!

Suara dari mikropon mengalihkan perhatian Rahmi dan Nuri, keduanya pun dengan segera memasuki aula.

"Ri, pelan-pelan jalannya! Jangan tinggalin gue!" Suruh Rahmi yang ketinggalan di belakang Nuri.

Nuri tak menghiraukan ucapan Rahmi, dia tetap berjalan cepat sehingga meninggalkan Rahmi yang terhalang oleh beberapa murid baru lainnya.

Rahmi menghela napas pasrah, dia telah kehilangan jejak Nuri, akhirnya diapun duduk diantara murid baru yang tak di kenalinya.

"Apes banget dah nasib gue" batin Rahmi kesal.

Nuri celingukan mencari keberadaan Rahmi, dia sangat khawatir dengan temannya itu.

Rahmi mendengarkan ocehan para pengurus osis di sekolah barunya tanpa minat, dari tadi yang dia lakukan hanya menggeser geser menu handphone nya.

Beberapa jam di dalam aula, kini para murid baru di perkenankan untuk pulang dan acara selanjutnya akan di lakukan besok.

Rahmi keluar gerbang sekolahnya sambil memegang handphone di telinganya.

"Hallo!" Sapa Rahmi tanpa minat.

"..."

"Jemput sekarang!" Tanpa ba bi bu Rahmi langsung memutus sambungan teleponnya dan menunggu di pinggiran jalan.

Rahmi melihat beberapa murid baru yang sama sepertinya, mereka rata-rata membawa kendaraan sendiri. Melihat hal itu membuat Rahmi jadi iri sendiri.

"Kapan gue bisa motor kayak mereka" gumam Rahmi tanpa semangat.

Rahmi melihat kedatangan motor sang kakak, ia pun langsung menaikinya tanpa berbasa basi, hari ini ia kehilangan moodnya.

®®

"Assalamu'alaikum" ucap Rahmi sambil membuka pintu rumahnya.

"Wa'alaikumussalam" jawab ibu Rahmi dari arah dapur.

Rahmi menunda tasnya ke kamar dan membaringkan tubuhnya di kasur, entah mengapa dia begitu lelah hari ini.

"Apa gue cepet berangkat ke asrama aja yah?" Batin Rahmi menimang.

Hai hai hai!!!! Selamat datang di lapaknya akoh, semoga kalian suka yah.

Prolognya udah di isi sama ke bad moodan Rahmi nih, gimana sama kelanjutannya? Yuks pantengin terus lapak ini!

Jangan lupa Vote dan Commentnya!

Pecinta Petrikor:*

StartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang