Part 1 : Pembuatan Pesawat Antariksa (1)

49 3 0
                                    

Ayahku memang sangat pandai, ia selalu mengatakan padaku bahwa kepandaian akan sia-sia jika tidak bermanfaat bagi orang lain. Ia selalu tekun dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dan tidak pernah lupa mengerjakan sholatnya. Ia selalu berdoa kepada Sang Khalik agar karyanya ini dapat menolong umat manusia dari kemusnahan massal.

Suatu ketika aku berjalan bersama ayahku pulang dari Lab. Aku bertanya kepada ayahku.

"Yah, mengapa pemerintah selalu mementingkan pembuatan pesawat antariksa?" Tanyaku

"Nak, dunia ini sudah terlalu tua. Mungkin Allah telah memperingatkan kita supaya tidak berbuat kerusakan lagi. Banyak hal yang tidak kau ketahui nak. Secara perlahan kau pasti akan mengetahuinya." Jawab ayahku

"Mengapa aku juga harus belajar ilmu fisika partikel dan kuantum, yah? Padahal kan itu susah banget. Emangnya nggak bisa belajar yang lain?" Tanyaku lagi kepada ayah

"Untuk membuat pesawat antariksa, nak. Sejauh ini belum ada yang berhasih membuatnya. Ayah akan berusaha sebisa ayah buat membuat pesawat itu. Lagian ayah tidak tahu kapan ayah akan meninggal. Apakah sebelum atau sesudah proyek ini selesai. Yang jelas kamu yang harus melanjutkan perjuangan ayah." Jawab ayahku dengan sangat tegas

Dari sana aku sadar bahwa aku harus bisa membuat pesawat antariksa itu. Aku akan belajar dengan sungguh-sungguh supaya aku bisa menolong hidup banyak orang.

2128

Setelah berjuang sekuat tenaga akhirnya rancangan itu pun berhasih diselesaikan. Ayahku mampu menyelesaikan tugasnya. Setelah itu ayahku menerima penghargaan dari pemerintah atas keberhasiannya. Dia mendapatkannya di Kampus ITB. Bahkah Bapak Presiden yang langsung memberikan penghargaan tersebut.

"Terima kasih telah menyelesaikan proyek ini, ini akan sangat menolong orang-orang di seluruh dunia." Kata Bapak Presiden

"Saya rasa tidak hanya saya yang pantas untuk mendapat penghargaan ini. Penghargaan ini juga buat seluruh karyawan yang ada di KAPAQUPHYLAB. Tanpa mereka proyek ini tidak akan pernah selesai." Jawab ayahku

Disaat yang sama, aku pun melaksanakan upacara wisuda di tempat yang sama. Ya, usiaku terhitung sangat muda untuk menjadi seorang sarjana. Saat ini usiaku 13 tahun. Namun aku sangat dibutuhkan sehingga aku harus menyelesaikan pendidikan sesegera mungkin.

Setelah selesai diwisuda ayahku melakukan pidato penutupan. Namun saat berpidato, ayahku jatuh pingsan.

"Bawa ayahku cepat!!!" teriakku sambil panik

Para petugas langsung mengangkat dan menbawa ayahku ke RS. Setelah sampai di RS, ia langsung dibawa ke UGD. Setelah diperiksa ternyata ia mengidap kanker darah. Aku langsung bertanya pada dokter.

"Dok, ada apa ini? Kenapa dengan ayahku?" Tanyaku dengan cemas

"Ayahmu menderita kanker darah stadium 3." Jawab dokter

"Kok bisa dok? Ayah kan suka olahraga makan teratur." Tanyaku kembali

"Mungkin ayahmu terkena radiasi dari reaksi antar partikel yang ada di Lab." Jawab dokter

"Apakah ayahku bisa sembuh dok?" Tanyaku dengan lemas

"Ntahlah, jika ada keajaiban dari Tuhan mungkin ayahmu bisa sembuh. Tetapi berdasarkan pengalaman kami, pasien hanya bisa bertahan hidup selama 7 tahun." Jawab dokter sambil menepuk bahuku

Aku pun jatuh lemas sambil memikirkan ayahku. Tidak terbayang pengorbanan ayahku demi menyelamatkan 10 milyar penduduk bumi. Ia rela mempertaruhkan nyawanya sendiri dengan partikel-partikel yang berbahaya. Setidaknya aku tidak akan berurusan dengan partikel itu lagi karena memang sudah selesai proyeknya.

The Proxihoplanet (The New Earth)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang