1

6.9K 412 31
                                    

"Bangun Yoon!" teriak Seokjin sambil menyentakkan selimut yang membalut tubuh Yoongi.

Yoongi membuka matanya, mengerjap beberapa kali, dahinya berkerut. Ia sedikit mengangkat kepala, memandang Seokjin sekilas sebelum kembali menumpukan kepalanya ke atas bantal.

"Lima menit," gumamnya.

"Lima menit menurutmu adalah lima belas menit bagi orang normal," omel Seokjin.

Lelaki berbahu lebar itu memukul lengan Yoongi. "Bangun Yoon! Kau shift pagi hari ini, kau mau terlambat?"

Tidak ada sahutan dari Yoongi. Seokjin berdecak dan menyilangkan kedua lengannya di depan dada. Mengamati adik semata wayangnya yang kembali memejamkan mata.

Mereka saudara kandung. Tapi fisik mereka benar-benar berbeda. Seokjin tumbuh menjadi lelaki berpostur sempurna. Dia membawa gen tubuh tinggi dan wajah tampan dari ayahnya. Sedangkan Yoongi menuruni gen mendiang ibunya yang berkulit pucat dan cenderung manis.

"Sudah lima menit."

Yoongi mengerang, dia memaksakan diri bangun dari tidurnya dan duduk di atas ranjang.

"Cepat!"

"Iya iya!" ujar Yoongi sambil beranjak dari atas ranjang, "Dasar cerewet," gumamnya sambil berjalan meninggalkan Seokjin.

"Kau bilang apa?" tanya Seokjin dengan suara rendah.

"Kau tampan," teriak Yoongi yang sudah keluar kamar.

Seokjin mendengus lalu ikut keluar dari kamar Yoongi. Ini masih pagi, tapi adiknya itu sudah menguji kesabaran.

*

Seokjin menguap dua kali ketika dia masih berusaha membuka pintu rumahnya. Lelaki itu mengucek matanya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya dia gunakan untuk mendorong pintu hingga terbuka. Begitu masuk ke dalam rumah dia disambut oleh cahaya yang berasal dari televisi yang masih menyala, menemukan Yoongi tidur di kasur busa depan televisi.

"Lain kali bisa kau matikan televisi sebelum tidur? Tagihan listrik kita naik kalau kau mau tahu," gerutu Seokjin. Dia mengambil remote tv dan mematikan televisi, kemudian berjalan ke arah kamarnya.

Lelaki itu membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Rasanya lelah sekali sudah bekerja seharian ini. Bukan hanya pekerjaannya yang membuatnya lelah. Tapi juga kesalahan yang dia lakukan tadi siang. Tanpa sengaja dia memasak menu yang salah. Sialnya tamu yang memesan cukup rewel. Dan bosnya ikut terpancing emosi sampai memarahinya. Moodnya memburuk sepanjang hari. Terlebih dia harus lembur malam ini dan besok harus kembali masuk shift pagi. Mata Seokjin terpejam, satu-satunya hal yang dia butuhkan saat ini adalah tidur.

Sayang ketika dia baru saja memejamkan mata, pintu kamarnya terbuka dengan sangat tidak sopan. Yoongi masuk begitu saja, padahal seingat Seokjin tadi adiknya itu sudah tidur.

"Kau tidak membawa makanan?" tanya Yoongi datar.

"Tidak," jawab Seokjin malas.

"Pesan yang kukirim tidak sampai?"

"Sampai," Seokjin mengubah posisi tidurnya membelakangi Yoongi, terlalu malas menghadapi Yoongi sebenarnya.

"Lalu kenapa kau tidak membawa makanan? Aku lapar bodoh! Apalagi kau sudah pulang selarut ini. Asal kau tahu, aku menunggumu sampai tertidur. Tapi kau tidak membawakan apapun untukku."

Seokjin mendengus, lalu bangkit dari tidurnya.

"Apa kau tidak bisa bersikap sopan padaku? Aku tidak suka kau mengataiku bodoh. Aku hyungmu! Kau merasa pintar? Kalau begitu urus dirimu sendiri. Mencari makanan saja tidak bisa," Seokjin menatap Yoongi tajam.

a Part That You Didn't Know (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang