3

4.1K 337 66
                                    

Udara dini hari ini cukup dingin, hujan yang turun sejak tengah malam tadi belum reda hingga sekarang.

"Abeoji," rintih Yoongi di atas tempat tidurnya. Dia bergerak gelisah dengan mata terpejam sejak beberapa detik lalu. Nafasnya tersengal. Penyakitnya kambuh lagi.

Seokjin menoleh ke arah Yoongi, dia memang memutuskan menunggui Yoongi setelah melihat adiknya itu nyaris pingsan untuk kedua kalinya di dapur tadi. Ranjang Yoongi tidak besar, tapi itu cukup untuk ditiduri oleh mereka berdua. Tangan Seokjin terulur berniat mengusap puncak kepala Yoongi.

"Eomma."

Urung.

Panggilan yang keluar dari bibir Yoongi membuat perasaan Seokjin sedikit tidak enak.

"Sakit...hyung sakit...tolong," nafas Yoongi semakin tersengal, "Aku tidak mau mati...tolong."

"Yoon?" Seokjin mengambil keputusan cepat. Dia mengguncang pundak Yoongi. Yoongi masih belum bangun, sekali lagi Seokjin mencoba dan hasilnya masih sama.

Tidak ada cara lain lagi, Seokjin menampar pelan pipi Yoongi. Membuat Yoongi membuka matanya dan gelagapan, Yoongi semakin sulit bernafas.

"Inhaler dimana?" tanya Seokjin, dia sudah mencarinya tadi dan tidak menemukan inhaler Yoongi.

Yoongi terbatuk beberapa kali, mengubah posisinya menjadi duduk. Seokjin mengusap punggung Yoongi pelan, masih menunggu jawaban dari adiknya itu.

"Ha...bis," sahut Yoongi setelah batuknya mereda.

Seokjin mendengus kasar, "Obat?!"

Sebenarnya Seokjin tidak berniat bertanya dengan nada sekasar itu, tapi dia kalut. Sungguh.

"Tas."

"Tidak ada, aku sudah mencarinya. Kau tidak pernah membawa obatmu saat keluar rumah kan?!" Lagi-lagi kegelisahan Seokjin membuatnya tanpa sadar membentak-bentak Yoongi.

Yoongi mencoba beranjak dari ranjang, tapi Seokjin mendorong dadanya pelan, melarang.

"Katakan! Akan kuambilkan."

Yoongi menoleh ke arah laci mejanya, Seokjin yang mengerti segera membuka laci teratas dan menemukan tabung berisi obat yang biasa Yoongi minum. Bersyukur masih ada empat butir obat di sana. Kenapa Yoongi semakin bodoh? Seharusnya dia sudah menebus obat dan inhaler baru sekarang. Seokjin rasanya ingin meledak membayangkan uang yang seharusnya Yoongi pakai untuk menebus obat justru digunakan untuk foya-foya oleh adiknya.

"Aku ambilkan minum dulu," Seokjin melesat keluar kamar dan kembali dengan segelas air mineral di tangannya. Dia membantu Yoongi duduk, andai saja Jinwoon melihat pemandangan ini pasti Jinwoon bahagia melihat kedua putranya akur.

Seokjin menyodorkan sebutir obat yang dipegangnya kepada Yoongi, tapi Yoongi justru meraih tabung obat yang diletakkan Seokjin begitu saja di atas ranjang. Seokjin masih memandang Yoongi bingung sampai adiknya itu memasukkan ketiga butir obat itu sekaligus kedalam mulutnya, itupun dia masih akan mengambil obat yang dipegang Seokjin.

"Kau gila?! Apa yang kau lakukan bodoh?! Muntahkan itu!" perintah Seokjin sambil bersiap memukul tengkuk Yoongi.

"Satu ti..dak a...kan...mempan."

Seokjin terdiam, bahkan reflek membantu Yoongi untuk minum air. Obat yang dia pegang tadi sudah jatuh entah kemana, yang jelas Yoongi tidak berhasil mengambilnya.

Kalimat yang baru saja Yoongi katakan mengingatkannya pada apa yang pernah ditanyakan ayahnya.

Obatnya manjur?

a Part That You Didn't Know (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang