2: Ungkapan

55 12 3
                                    

***

"Ma, papa udah berangkat?" tanya Bulan.

"Udah tadi pagi, kenapa?"

"Aku berangkat bareng siapa? Biasanya kan sama, Papa."

"Coba bangunin abang aja sana," suruh Risma

"Abang tuh rese mah, aku males kalau berangkat sama dia."

"Ya terus sama siapa? Mama 'kan gak bisa nyetir."

Bulan mendengus sebal karena dia terpaksa harus berangkat sama abangnya.

"Abaangg!" panggilnya sembari terus menggedeor pintu abangnya. "Bang Baraa bangunn!"

Bara akhirnya membukakan pintu kamar dengan mata yang masih memerah. "Apasih?!"

"Anterin aku ke sekolah dong."

"Ogah." jawabnya yang ingin menutup pintu kembali tetapi kaki Bulan segera menahannya.

"Ck, apalagi sih? Abang tuh ada kampus jam 8. Ini masih pagi, masih ada waktu buat tidur abang. Emang Papa mana?" ujar Bara yang kesal.

"Ayolah bang anterin aku, Papa berangkat pagi kata, Mama."

"Kamu kali yang bangunnya kesiangan. Udah ah abang mau lanjut tidur lagi." dengan cepat Bara menutup pintunya.

Kali ini Bulan hanya bisa mendengus sebal lagi. Tapi untungnya muncul sebuah ide dikepalanya.

"Mamaaaa! Bang Bara gak mau anterin aku.." Teriak Bulan menggelegar ke seluruh ruangan, dan tentunya di dengar oleh Bara. Risma datang dan membujuk agar Bara mau.

"Iya, Ma." jawab Bara dengan wajah yang lesu.

"Ikhlas nganterin aku gak, bang?"

"Ah diem, cepet abisin sarapannya. Abang tunggu di mobil."

Setelah Bulan menghabiskan sarapannya ia memasang tas dipunggungnya, sebelum datang ke Bara ia berpamitan kepada Risma.

"Bang, ayo jalan."

"Dek, kamu jomblo ya?" tanya Bara, kakak dari Bulan.

"Emang kenapa bang, kok nanyanya gitu?"

"Pantes aja berangkat sekolah ga ada yang jemput, ekek."

"Ih abang," Bulan cemberut dan memalingkan wajahnya. "Bang, aku tuh masih jomblo karena aku selektif dalam memilih, oke?"

"Bilang aja gak laku, kamu kan judes. Sok-sok'an selektif, padahal nggak ada yang mau."

"Ngaca deh ya please." sahut Bulan tepat sasaran.

***

Jam pelajaran terakhir dikelasnya kosong, Bulan hanya membaca novel sedangkan Bitha memasang earphone sambil bersenda gurau mengikuti alunan lagu.

Masing-masing anak kelas sibuk dengan urusannya, dari yang berkutat dengan buku tebal, asyik dengan handphone atau sekedar selfie, sampai ada yang berdandan ala-ala Korea dan bergosip.

Bitha merasa pengap karena suasana di kelas saat pelajaran kosong ia lihat setiap hari.

"Bul," ia menyikut tangan Bulan, dan Bulan hanya memberikan tatapan dengan alis terangkat sebagai jawaban.

Bulan punya dunia sendiri jika sudah membaca novel atau pun menonton Drama Korea, ia akan tersenyum sendiri, mengusap pelipis matanya hingga berteriak karena gemas.

"Bul, kantin yuk. Gue bosan di kelas, lo ga bosan apa baca novel terus?" ucap Bitha yang menarik-narik tangan Bulan.

"Ck, iya bawel amat lo."

"Jadi cewek jangan jutek-jutek, Bul. Jodohnya ke ambil orang baru tahu rasa lho!" ujar Bitha yang menjulurkan lidahnya.

"Udah ngomongnya?" balas Bulan dengan ogah-ogahan. "Jadi ke kantin ga?"

"Jadi lah, bawa tuh tas lo sekalian nanti bel pulang kita langsung cus."

Bulan dan Bitha merapihkan alat tulisnya di atas meja dan segera keluar kelas untuk menuju kantin. Tempat favorit mereka di kantin terakhir, karena tidak terlalu menjadi pusat perhatian seperti kantin pertama.

Mata Bulan dan Bintang saling bertubrukan, tetapi Bulan langsung memutar bola matanya karena bosan setiap ada Bulan pasti disitu ada Bintang.

Bintang yang melihat Bulan ke kantin seketika riang, matanya berbinar.

Lantas Bintang menghampiri Bulan dengan semangat. "Hai, Bulbul." ucapnya sembari mengacak rambut Bulan.

Bulan hanya mendengus kesal. "Ck, rambut gue acak-acakan tauga?!"

"Udah ga usah marah gitu ya, Bulbul. Gue traktir mau ga?" ujar Bintang yang juga melirik ke Bitha. "Termasuk lo."

Mata Bitha langsung berbinar lantas mengangguk cepat dan menjawab sumringah. "Mauu!!"

"Apaan sih lo Bit? Kayak anak kekurangan uang jajan aja!" omel Bulan ke Bitha yang ingin menerima penawaran Bintang. "Sana gih lo balik ke meja kantin lo. Sorry kita masih mampu."

"Hati-hati Bul sama orang yang lo benci hari ini. Karena lo ga akan tau hari esok, apa hati lo masih benci atau bakal berubah."

Bulan menoleh ke sahabatnya dan memberikan tatapan lasernya. Itu artinya Bitha harus menutup mulutnya secara rapat.

"Ngapain lo masih di sini? Bukannya pergi malah diem aja, dasar ketek onta." ucap Bulan yang muak melihat cowok didepannya ini.

Bintang hanya pasrah saat di usir. "Ya udah gue pergi. Tapi nanti pulang bareng ya?"

"Ga akan."

"Kalau ga mau, nanti gue bilangin Mami lho!" ancam Bintang.

"Bodo amat. Dasar anak mami, dikit-dikit ngadu."

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Langit MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang