Sampan yang Karam

19 0 0
                                    

Bukanku tak berusaha
Tapi bila mengayuh sampan,
Akan lebih cepat tiba pada tujuan jika kita mengayuh bersama
Karena arus tak selamanya berpihak kepada kita
Bahkan arus sendiri yang selalu memaksa kita untuk mengikuti maunya
Terkadang bebatuan besar juga menghalangi
bila kita tak menjaga keseimbangan,
tenggelamlah kita
Angin yang menjadi penyejuk hati juga bahkan dapat menjadi lawan dalam kehangatan malam
Dan apabila langit biru merajuk pada kita,
Disitulah kita diharuskan untuk tetap tenang dalam mengayuh sampan
Namun kau malah mengabaikanku dan menuntut aku bahwa ini salahku
Karamlah sampan itu
Tak dapatkah kau melihat segalanya?
Bukankan bibir manismu yang mengatakan akan bersama dalam suka dan duka?
Saling menggenggam satu sama lain?
Saling tersenyum dalam malam?
Lalu dimana hatimu saat segalanya menuntut hadirmu?
Kau yang katamu seorang pejuang,
Teryata hanyalah seorang pembual
Terimakasih untukmu, karenamu aku tau apa itu pembual.
Puisi ini aku persembahkan untukmu sang pembual yang gagal berjuang.


^18 Mei 2018
*Saranpadang

CERITA SANG MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang