Hening menghiasi malam ini. Flo terduduk diam menatap langit yang dipenuhi bintang. Suasana yang sangat syahdu. Di dalam hening dan dinginnya malam, masih ada pijar bintang yang menghangatkan. Angin berhembus menerpa Flo dari segala arah. Rambutnya yang tersisir rapi menjadi acak-acakan. Tanpa tergerak sedikit pun, ia tetap bertahan dengan suasananya. Namun angin semakin kencang dan membuat Flo sangat geram, "angin jangan acak-acak rambut Flo!"
"Kamu ngomong sama siapa?"
"Zioo!" pekik Flo yang tanpa basa-basi langsung berlari memeluk laki-laki di ambang pintu.
"Zio lihat ni, rambut Flo jadi jelek, gara-gara angin acak-acak rambut Flo." Tutur Flo seraya merapikan rambutnya.
Zio hanya tersenyum, pacarnya ini selalu saja bertingkah seperti anak kecil, menggemaskan.
"Zio ngapain ke sini?"
"Gaboleh? kalo gaboleh aku pulang aja."
"Aaa, boleh Zio. Zio boleh ke sini kok."
"Turun yuk, aku bawa martabak spesial, niatnya sih buat Tante sama Om. Tapi gapapa deh buat anaknya juga. Kasian kelaperan habis tarung sama angin." Ucap Zio sambil terkekeh.
Flo langsung mengerucutkan bibirnya, "Zio jahat."
Seperti adegan romantis yang biasa ada di televisi, Zio merangkul Flo menuruni satu per satu anak tangga. Flo hanya tersenyum. Yang ia pikirkan sekarang adalah seorang ratu dan raja. Ohh, tidak. Khayalan nya terlalu tinggi.
"Wihh martabak mozarella!" pekik Flo yang langsung mengambil potongan besar.
"Enyakk, bunn."
Bunda yang mendengar celotehan anaknya hanya geleng-geleng. Di depan pacar saja putri nya masih bertingkah seperti anak kecil. Bagaimana jika di depan calon mertua?
Zio mengusap bibir Flo lembut, "makan jangan kayak anak kecil, belepotan kemana-mana."
"Iya, Zio bawel!"
"Bunda mau nyusul ayah ke kamar dulu ya." Merasa mengganggu kedua remaja yang sedang mabuk asmara ini, bunda memilih pergi dan kembali merengek dibelikan tas gucci pada ayah.
"Hayo bunda mau ngapain?" ucap Flo sambil menahan senyum, sementara Bundanya membalas dengan pelototan mata yang tajam.
"Mau tau aja."
Flo hanya terkekeh sambil sesekali meneguk lemon tea yang ia genggam.
"Udah malem, kamu ga pulang?"
Zio menatap Flo datar, "kamu ngusir?"
Flo menggeleng cepat, "engga Zio, maksud Flo, Mm... Itu..."
"Haha, iya sayang. Ini mau pulang kok." Tutur Zio lembut sambil mengelus puncak kepala Flo.
Pipi jangan merah! Flo malu kalo Zio liat Flo kayak kepiting rebus! Gerutu Flo yang merasa pipinya akan segera memerah.
"Yaudah sana, Zio pulang. Flo ngantuk mau tidur." Zio yang merasa lenganya di dorong keras oleh Flo langsung bangkit dari duduknya.
"Oke, aku pulang dulu.Kamu jangan kangen, besok aku jemput." Goda Zio pada Flo yang kembali mirip kepiting rebus.
"Ihh, Zio apasii!"
"Salamin ke Bunda sama Ayah, Zio pulang dulu."
Flo mengangguk, sambil tersenyum manis, sangat manis.
"Selamat malam Flo sayang." Sangat lembut, hingga membuat pipi Flo semakin merah.
"Selamat malam juga Zio, hati-hati di jalan." Ucap Flo saat sampai di ambang pintu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Certeza
Short StorySebuah kepastian? mungkin lebih tepatnya janji. Janji untuk saling melengkapi dan bersama hingga selamanya. Floitta Xelicya, gadis dengan paras cantik yang beberapa hari lalu menerima cinta dari seorang pria blasteran Jerman, Kenzio Alfrettama. Kisa...