Part 27: Xiahou Dun Versus Kyoka

476 54 8
                                    

Berpisah dengan Julio, Dun langsung berlari sambil menenteng pedangnya. Dia membabat para Serpente dan Scarab Circle yang menghalangi jalan. Kyoka yang melihat amukan Dun langsung mengubah gaya serangan. Dari mode area menjadi mode fokus. Semua hembusan dan pisau angin mengarah ke Dun. Dia tahu pria yang mengamuk bagaikan gajah liar yang menyerbu kampung akan membawa kerusakan besar. Beberapa anggota Serpente juga memfokuskan tembakan ke Dun. Tapi sia-sia saja. Peluru-peluru mereka terhenti ketika hampir sampai ke Dun. Seolah-olah seperti ada tembok besar yang melindungi pendekar dari cina itu.

"Stop!! Stop!! Just avoid him, minna-san!!" komando Kyoka, "your bullets will never hit him!! He is metal manipulator!!"

Beberapa kali serangan Kyoka berhasil mengenai Dun. Pisau angin merobek kulit-kulit Dun seperti pisau yang menari-nari di udara. Merobek kemeja dan celana jeansnya. Pendekar cina itu bergidik ngeri. Bukan karena kesakitan. Luka seperti ini sangat kecil bagi Immortal dan lagi pula bisa beregenerasi. Tapi karena terbayang amukan ngeri sang istri karena baju barunya rusak.

Tahu-tahu, Dun sudah menyabetkan pedangnya ke muka Kyoka. Semudah mengatasi pukulan anak kecil, Kyoka menepis tebasan Dun sambil bergerak ke kiri. Kyoka melakukan tendangan berputar ke pinggang Dun. Serangan barusan tidak mudah terbaca. Sehingga Dun jatuh berguling-guling.

Kyoka sudah tahu Immortal ini akan menghadapi dirinya. Tentu untuk mengimbangi angin pertempuran yang mulai berpihak pada Serpente. Membungkam hembusan demi hembusan dari kipas raksasa miliknya.

"Anata ha dare? (Kau siapa?)" tanya Dun.

"Anata no shitsumon ni watashi wa naze kotaerubekidesu ka? (Kenapa aku harus menjawab pertanyaanmu?)" respon Kyoka. Bagaimanapun, Dun harus mengungkap siapa wanita ini. Duel senjata dan pengendalian secara jarak dekat dimulai agar Dun mampu melihat identitasnya baik-baik. Sedangkan Kyoka terus berusaha menjaga jarak dari Dun. Karena serangan kipas raksasanya harus menggunakan ancang-ancang terlebih dahulu. Duel jarak dekat terus berlangsung hingga mereka berdua bergerak ke ladang ilalang tempat Kyoka melawan minotaur dan cerberus. "Omae wa mou shindeiru!! (Matilah kau!!)" umpat Kyoka. Kesal karena Dun terus menghimpit. Setelah sepuluh menit bertarung, Dun mendapatkan informasi. Kyoka menggunakan tiga tusuk rambut untuk merapikan rambut bagian belakang. Dun sangat mengenali tiga benda itu. Terbuat dari emas dan yang paling mencolok adalah ukiran ular yang melilit tusuk rambut. Dun memang tidak mengetahui siapa wanita pengendali angin ini. Tapi dia tahu siapa pemilik tusuk rambut itu. Setengah terkejut karena Dark Path kelas tinggi macam Hinata Asakura juga mengincar unicorn hitam. "'Hinata Asakura to anata no kankei wa nanidesu ka? Imōto? Shimaidesu ka? tomodachidesu ka? Meidodesu ka? (Apa hubunganmu dengan Hinata Asakura? Adik? Kakak? Sahabat? Pembantu?)" tanya Dun. Meski dia tahu wanita itu tak akan menjawabnya. Mata Kyoka membelalak. Dun memang tak bisa mengungkap siapa dirinya. Tapi malah berhasil menemukan keterlibatan Hinata Asakura. Sesuatu yang nilainya lebih besar daripada identitasnya sendiri. Sesuatu yang harus lebih dijaga kerahasiaannya. Bertanya-tanya bagaimana Dun bisa mengetahui hanya beberapa menit. Paham apa yang dipikirkan oleh Kyoka, senyum Dun merekah, "Dōsureba wakaru no? Naze anata wa tazunenai nodesu ka? (Bagaimana aku bisa tahu? Kenapa tidak kau tanyakan saja?)" "Hoho ... (Bagaimana ...)" tanya Kyoka. "Anata no shitsumon ni watashi wa naze kotaerubekidesu ka? (Kenapa aku harus menjawab pertanyaanmu?)" potong Dun yang diiringi rasa puas di hati. Puas karena pertanyaan menyebalkan tadi sudah terbayar. Kyoka menciptakan bola-bola angin di sekitarnya. Daun, rumput dan debu berputar-putar di sepuluh bola angin itu. Terjebak dan tak bisa lepas. Empat bola angin terlontar bagaikan bola tenis. Dun menyatukan pangkal dua pedang dan memutarnya bagaikan kincir angin. Bola-bola angin itu hancur ketika melewati kincir angin itu. "Anata wa bakadesu ka, Immortal? (Apa kau bodoh, Immortal??)" kata Kyoka. Dia mendapat ide setelah melihat ilalang-ilalang yang melambai-lambai karena angin dari pedang Dun. Lagi-lagi serangan yang terduga dari Kyoka. Gadis itu memanfaatkan angin yang dihasilkan oleh putaran pedang Dun. Kyoka menggumpalkan angin dan mendorongnya. Semua pertahanan Dun hancur dan berterbangan. Termasuk dirinya sendiri yang terbang beberapa meter. Meski menggunakan penutup mulut, tawa Kyoka terdengar sampai beberapa anak buahnya menoleh, "Anata wa dō yatte jibun no kaze o kanjimasu ka? Kūru? Ima watashi wa karada o atatamemasu!!! (Bagaimana rasa anginmu sendiri? Sejuk kan? Kini kuhangatkan tubuhmu!!!)" Gumpalan angin tadi kini terbakar. Ditambahi oleh pengendalian api oleh Kyoka. Dilema untuk Dun. Jika dihindari, api ini akan membakar ladang ilalang dan nanti tentu saja akan meluas. Nanti akan kerepotan untuk memadamkan. Jika tidak dihindari, bola angin-api itu akan membakar tubuhnya. Tidak mempedulikan diri sendiri, tiba-tiba saja Dun maju sambil menebas-nebaskan pedang ke setiap bola angin-api mengarah ke dirinya. Tidak peduli pada percikan dan kobaran api yang membakar tubuh. Kyoka sudah membentangkan kipas. Menyambut tusukan Dun dengan kipasnya. Kyoka mengalihkan pedang Dun dan menguncinya di tanah. Hanya satu pedang yang terkunci dan itu membuat Kyoka terkejut. Dia langsung merunduk dan menoleh le belakang. Sebilah pedang terbang lewat atas kepalanya. Nyaris saja tenggorokannya robek. Pedang terbang itu kembali ke genggaman Dun. Dun tertawa, "Anata wa sore o jitsugen suru? (kau menyadarinya?)" Kyoka mengibaskan kipas raksasa. Datanglah gemuruh angin besar yang mampu menerbangkan manusia dewasa. Dun menusukkan pedangnya ke tanah. Berpegangan seerat mungkin pada pangkalnya. Benar saja, tubuh Dun terasa didorong oleh tenaga yang dahsyat. Walau angin itu cukup singkat. "Anata wa chōkyori-sen o nozomu? (Kau ingin pertarungan jarak jauh?)" tanya Dun sambil mengeluarkan tongkat sihir.

Dari udara muncullah empat bilah pedang. Seperti tadi, Dun menggabungkan seperti kincir angin. Hanya saja sekarang digunakan untuk menyerang. Bagaikan peluru kendali, pedang itu terbang mengincar Kyoka. Tiba-tiba saja berpisah dan mengepung Kyoka dari kanan dan kiri. Seperti taring serigala

Pola serangan seperti ini sudah sering dihadapi Kyoka. Pola-pola dasar yang biasa dilakukan oleh pengendali logam dengan kepungan-kepungan seperti ini. Jangankan dua bilah pedang, Kyoka pernah menghadapi lima puluh pedang. Cara mengatasinya tetap sama. Kyoka menggunakan bola angin untuk melompat tinggi, mengibaskan kipas ke pijakannya tadi dan timbullah dua buah angin puyuh. Angin puyuh itu mampu mengendalikan empat pedang Dun. Tapi ketika mendarat, dari balik ilalang-ilalang, berdesingan dua belas tombak. Kyoka buru-buru mengibaskan kipas sebisanya. Enam tombak terbang, empat tombak meleset dan dua tombak berhasil menusuk bahu dan betis Kyoka.

Baru akan menyerang, langkah Dun terhenti karena suara dengungan aneh yang menusuk-nusuk telinga. Hingga Dun berlutut karena mual. Dengungan ini juga berefek ke Kyoka. Sudah jatuh dan tertimpa tangga. Sudah kena tombak dan perutnya mual. Dengungan ini membuat Dun menyimpulkan satu hal: Immortal pengendali suara itu sudah datang.

Seorang pria Jerman muncul dari balik pepohonan. Kemunculannya diikuti oleh tiga orang remaja yang umurnya tidak jauh beda dari umur murid-murid Dun. Mereka berlarian menghajar para Serpente dan Scarab Circle. Pria Jerman itu terlihat santai saja. Seolah dia yakin benar bahwa tiga remaja itu akan bertahan hidup bahkan berhasil mengalahkan para musuh. Sang pria Jerman merapikan jas hitam yang menutupi kemeja putihnya. Juga menepuk-nepuk noda debu di celana. Gaya rambut yang terlihat jadul adalah ciri khas orang ini. Sebahu, disisir ke belakang secara acak-acakan sehingga terlihat seperti seekor singa. Dengan jari telunjuk dan ibu jari, dia mengambil sebuah tongkat kecil sepanjang tiga puluh lima centimeter dari saku jas. Si pria Jerman menghembuskan nafas lega setelah memastikan tidak ada masalah pada tongkat itu.

"Aku habis konser," kata si pria Jerman. Logat dari negara asalnya masih terdengar kental.

"Siapa yang tanyaaaaa???!!!" kata Dun, "Dan pengendalian suaramu juga berpengaruh ke otakku!!!"

Kyoka menciptakan angin-angin puyuh di sekelilingnya. Batu dan ilalang langsung terbawa oleh angin yang kuat ini. Mengejar-ngejar dan mengiris-ngiris. Walau masih mual, Kyoka memaksakan diri untuk melakukan ini. Dun dan pria Jerman itu berlarian dikejar oleh angin-angin penyayat kulit manusia.

"Retreat!!! Retreat!!! Retreat!!!" komando Kyoka. Memerintahkan semua Serpente untuk mundur.

Situasi sudah tidak memungkinkan untuk menang. Untuk Serpente dan untuk Scarab Circle. Dua organisasi ini sudah kelelahan. Sedangkan Paladin yang diarsiteki dua orang Immortal muncul dalam keadaan segar bugar. Meski Kyoka sendiri nyaris tidak bisa merasakan lelah, tapi dia tetap memikirkan para Serpente. Mundur lebih baik untuk menghindari kehancuran yang lebih banyak. Selagi dua Immortal disibukkan oleh angin puyuh. Para Serpente mundur sambil memasang posisi defensif. Bertahan dari serangan bertubi-tubi dari murid Immortal Jerman. Setelah semua Serpente kabur, termasuk Gyula dan Garla, barulah angin-angin puyuh tadi menghilang.

"Tinggal Scarab Circle," kata Dun.

"Anak-anak, kalian tetap di belakang kami!" perintah si Immortal Jerman.

"Aku bukan anak-anak," protes salah seorang murid Immortal Jerman.

"Ya sudah, masa transisi saja, deh," kata Immortal Jerman yang mengambil jalan tengah, "Pastikan tetap di belakangku dan Dun. Kutukan demi kutukan akan mengarah ke muka kalian."

Dua Immortal itu mengeluarkan tongkat sihir masing-masing. Mereka menciptakan sebuah dinding pelindung yang bisa menangkis semua ilmu sihir Scarab Circle.

"Dengarkanlah simfoni dari Meister Beethoven dari Deutschland," kata si Immortal yang memainkan tongkat sihir seolah seperti sedang memainkan orkestra. Dengan lagaknya seperti konduktor orkestra.

"Meister kepalamu ...," umpat Dun sebal.

Julio and Black UnicornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang