Sabrina's POV
Dan inilah gue, gadis yang genap berumur 17 tahun. Pada hari ulang tahun gue ini, gue harus mengurus pendidikan gue di Bandung. Gue diterima di salah satu Universitas Negri di Bandung yang memang sudah gue favoritkan sejak SD, sejak abang gue masuk dan tamat dengan selamat dari Universitas itu. Gue merasa berutung banget bisa kuliah disini. Gue kuliah di Fakultas Teknologi Industri, selama penerbangan dari Medan ke Bandung gue udah membayangkan bagaimana indahnya kuliah di sana, bagaimana sibuknya gue dengan tugas-tugas gue disana, gue tersenyum sambil memandang hp gue sambil membalas ucapan selamat ulang tahun dari teman-teman bahkan dari orang yang gak gue kenal.
Dandanan gue lagi rusuh banget. Blous gue yang gak berlengan tadi ketumpahan Green Tea Blended, jeans gue basah dibagian betis karena gue menginjak lumpur dan muncrat ke jeans gue, sepatu gue juga kotor karena lumpur, dan syukurlah cardigan hitam gue, taskecil, koper, dan diri gue sendiri gak kotor dan gak lecet sama sekali. Langit Bandung sedang cerah. Apakah mereka bahagia atas kedatangan gue ke kota pendidikan ini? Gue lalu menuju ke salah satu cafe di dekat airport dan meletakkan barang-barang di kursi sebelah gue. Gue memesan minum dan menelepon boss (orang tua, maksudnya) gue yang sedang dalam perjalanan bus dari Jakarta ke Bandung. Abang gue juga mau datang ke Bandung, tapi dia berangkat entar malam.
Boss gue sudah mau sampai dan kami berjanji untuk ketemu di salah satu restaurant di daerah dago. Gue membayar minum dan gue menuju ke restoran tersebut dengan taksi.
Simple as that, gue sampe di restoran itu dan menghampiri boss gue yang sudah memesan makanan disitu. Wajah boss gue tampak bahagia banget, gue yakin mereka bangga gue bisa sekolah di sini, mengikuti jejak abang gue dulu.
"Andre ntar malam ke sini ma?"
"Iya, abis pulang kantor. Eh kenapa baju, sepatumu itu semua?"
"Ya itulah, lumpur, ketumpahan green tea", kata gue sambil menunjukkan titik kesialan gue di pakaian gue. Boss gue hanya tertawa dan tertawa.
Setelah itu, kami menghabiskan makan dan menuju hotel, ntar aja deh beresin kost-kostan. Sesampai di hotel, gue dan boss gue membereskan semua barang-barang dan berkemas di kamar. Selesai ganti baju, gue mengecek hp dan....Bomb!
SMS dari seseorang yang pernah menjadi bagian paling berarti di dalam hidup gue.
"Welcome to Bandung, gue di lobby"
Holy shit!!!! I ran out of my room to the lobby. He was really there!!!RENDY!
Gue shock banget sumpah. Gue berlari ke arahnya dan menepuk pundaknya. "Ren?"
"Surprise!!", rendy merentangkan tangan hendak memeluk gue. Dia meluk gue tapi gue gak merespon apa-apa. Gue merasakan detak jantung gue yang bener-bener......kencang banget sumpah, antara senang atau shock yang penting gue geregetan!
"Lo kok tau gue di hotel ini?"
"Dari Eva." Kata Rendy sambil menyimpulkan senyum gantengnya yang bener-bener.....gue kangenin.
Gue menepuk jidat gue dan gue janji bakalan menumpahkan segudang kata2 untuk memarahi dia. Fuck (Bless) You Eva!Gue masih tersenyum melihat Rendy yang casual banget hari ini. Dari blue jeans, sepatu NB yang warnanya sama kayak yg tadi gue pake, dan polo shirt yang dulu gue beli untuk dia di umurnya yang 17 tahun. Kenapa dia pake baju itu ya Tuhan, handle me please.
"Lo udah makan?" Rendy memulai pembicaraan saat kami memutuskan untuk ke cafe di dekat hotel.
"Udah, tadi sama boss gue"
Rendy mengangguk karena makanan masih penuh di mulutnya. Gue mengernyitkan dahi dan bilang,"Sumpah lo belum makan sejak kapan?" Rendy menelan makanannya dan bilang,"tadi malem"
"Lo ngapain aja sampe gak makan?"
Rendy tersenyum jahil dan bilang,"peduli amat ya?"
Gue ternganga,"gak penting lo ah"
Dan Rendy tertawa lagi. "Hahahha seminggu gak ketemu lo kok berubah ya"
"Apanya?"
"Makin peduli sama gue"
Gue terkejut. Kapan gue gak peduli sama lo ren? Kapan gue gak mikirin lo semenit aja ren? Kapan gue lupain lo ren? Gue hanya diam dan pura2 memasang muka kesal padahal perkataan Rendy bener-bener strike ke gue.
"Semalam itu, gue beresin rumah om gue"
"Udh dapet kerja sampingan jadi pembantu?"
Rendy menepuk jidat dan bilang,"rumah om gue jadi tempat tinggal gue selama kuliah disini. Jadi sebagai konsekuensinya harus gue beresin sendiri. Ya udah deh habis beres-beres gue ketiduran dan bangun jam 10 dan langsung cabut ke hotel lo. Gue cuma sikat gigi"
"Pantes bau"
"Hargain dikit kek!"
"Iyaa haha makasi ya Rendy udah repot-repot buat ketemu sama gue, padahal besok kan bisa sih"
"Gue mau jadi yang pertama aja"
"Pertama? Maksud lo?"
"Orang pertama yang lo temuin di Bandung"
"Pramugari, keules"
"Beda dong. Udah ah bodo, pesan aja minuman, gue bayarin"
"Kalo lo bayarin males ah"
"Yaudah, lo bayar sendiri deh"
Gue memesan minum dan gue terdiam memikirkan kata-kata Rendy tadi,"Gue mau jadi yang pertama?" Mungkin maksud dia teman sekolah pertama yg ditemuin di Bandung. Tapi dalam pikiran gue, Rendy memang selalu jadi yang pertama. Orang pertama yang buat gue nangis, orang pertama yang buat gue nyaman, orang pertama yang gue pikirkan sewaktu bangun di pagi hari dan orang pertama yang buat hidup gue warna warni. Gue memandang Rendy yang benar-benar serius makan. Gue hampir nangis karena gue kangen masa-masa bersama kita. Gue kangen makan bareng dia, gue kangen foto-foto kayak orang gila di mobil, di kelas, di lapangan baik cuma berdua maupun sama teman2 yang lain. Gue. Kangen. Banget. Jujur gue senang banget dan ini gue anggap menjadi kado ulang tahun terindah buat gue. Rendy tiba-tiba melirik gue, pasti dia sadar daritadi gue lihatin. Gue langsung mengalihkan pandangan ke layar hp dan syukurlah wallpaper hp gue bertuliskan "SELF-CONTROL!".
Gue menarik dan membuang napas."Kenapa lo? Mau makan? Atau lo kangen sama gue?"Gue menggeleng-geleng kepala. Gue melarikan pembicaraan,"lo ke hotel naik apa?"
"Bawa mobil si endo"
"Endo di Bandung?!" Gue shock dan memukul meja.
"Iya dia lagi dirumah tantenya, dia kan sekampus sama lo sih"
"Iya, sekampus, beda fakultas, tapi gue baru tau dia lagi disini"
"Nanti gue mau ketemuan sama dia di PVJ jam 7 malam. Mau ikut?"
"Gak bisa deh, abang gue datang ke sini jadi ya, family time"
"Oke deh masih ada besok kan."Gue tersenyum aja. Makanan Rendy pun habis. Dia mengelus perutnya yang rata itu. "Kenyang?"
Dia tersenyum dan memanyunkan bibirnya. I'm melting again....
Rendy lalu membayar bil dan menarik gue keluar cafe. "Na, temenin gue ke parkiran ya"
"Ga ah, gue mau langsung naik, boss gue udah manggil, gue belum selesai beres-beres ren"
"Plis bentar aja naa"
Gue pun mengiyakan dan gue jalan ke parkiran hotel yang agak rame itu. Kaca mobil agak gelap dan gue males ngintip ke dalam. 3 menit , Rendy gak keluar-keluar juga. Elah, lo pingsan di dalem, Ren?!#########
Haloo! Hehe, maaf ceritanya gantung, tapi ya namanya penulis baru :p
Happy reading, guys! Tunggu kelanjutannya yaaa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay
Teen FictionMelupakan tidak mudah. Menghapus kenangan juga sulit. Entah apa yang membuat aku bertahan. Sudah berlari sejauh 170Km tetapi masih saja memikirkan titik 28Km. Kenapa sulit sekali untuk membuka lembaran baru?