5. Vino Erfando

50 1 0
                                    

Vino.

Vino Erfando.

Udah 3 tahun lebih gue dekat sama dia.

Mulai dari kelas 3 SMA, sampe sekarang gue berada di semester 4.

Ya deket hanya sekedar deket. Kita gak lebih. Walaupun Vino menaruh perhatian lebih ke gue.

Kita udah sering jalan bareng, nonton, sekedar nongkrong di cafe, main ps sama teman-teman yang lain (dan berujung gue main berdua terus sama dia) dan menjalani kuliah sama-sama.

Kalau ada pertandingan bola dini hari, gue dan dia pasti saling membangunkan dengan telepon atau kirim sms, Line, atau BBM.

Kalau gue ada kuliah pagi, dia ngebangunin gue dan dia lebih panik dari gue!Hahaha. Kalau dia kuliah pagi, gue juga kelagapan telepon bangunin dia.

Gue dan dia udah akrab banget. Tapi ya gitu. Dia menebak kalau gue masih belum bisa move on dari Rendy. Vino masih menjaga kedekatan gue dengan dia dan tidak menjelaskan status kita menjadi pacaran. Seakan-akan dia tahu kalau gue masih terbayang-bayang akan Rendy. Gue bukan sok tahu sih ya, tapi..

Dia sendiri yang curhat seperti itu ke Asta!

Asta mencoba meyakinkan kalau gue udah bisa move on ke Vino tapi Vino menolak.

"Gue tahu gimana perasaan dia dari raut wajahnya. Mungkin karena gue udah lama dekat sama dia makanya gue tahu banget apa perasaannya dari raut wajahnya.", tegas Vino ke Asta.

Yaampun, seandainya Rendy sebaik dan setulus Vino.

Kan, na! Tetap aja lo mikirin Rendy!

*

Gue menghabiskan waktu gue di Medan selama 2 minggu bersama keluarga gue. Kita gak pergi kemana-mana dan hanya menghabiskan waktu di rumah, restoran, belanja-belanja, dan movie marathon dirumah seharian.

Family time selama 2 minggu bisa menyembuhkan Home Sick gue selama semester 2 dan 3.

Praise to the Lord.

Gue balik ke Bandung bersama Renata karena kita sengaja membeli jadwal flight yang sama. Sesampai di Bandung, semua pasukan langsung berkumpul di cafe favorite kita semua.

Gue dan Renata langsung mendatangi Eva, Asta, Endo, dan Bena.

Kita semua curhat mengenai liburan dan Home Sick! Alias rindu kampung halaman!

Dan satu masalah yang juga meresahkan hati kami semua adalah...

(Drum rolls..)

Asmara. Cinta. Sayang.

Kita semua gantian bercerita tentang asmara masing-masing.

Eva dan pacar barunya, Asta yang mengagumi seorang laki-laki dari teknik mesin, Endo yang belum jatuh cinta sama siapa-siapa, Renata yang lagi PDKT sama anak business management, Bena korban PHP teman sekampusnya, dan gue.

Gue yang masih gagal move on walaupun udah dekat sama cowok sekampus gue yang udah kenal sejak SMA.

"Tapi gue bahagia kok sama Vino.", kata gue menegaskan ke yang lain.

"Tapi bahagia lo FAKE! Palsu!", Asta sedikit teriak.

"Gue setuju sama Asta. Lo gak sepenuhnya bahagia sama Vino. Karena gue tahu lo masih membayangkan gimana dulu pacaran sama Rendy", kata Endo lalu menyeruput kopi panasnya.

Dinginnya Bandung semakin menusuk jantung gue.

"Apalagi lo sering bandingin Vino dengan Rendy. Lo bilang, Vino begini tapi Rendy gak gitu, lebih enak makan sama Rendy daripada sama Vino, ih kangen deh Rendy dulu gini tapi Vino gak gitu", cibir Renata panjang lebar menjelaskan setiap kata-kata refleks dan curhatan gue ke mereka.

StayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang