Part - 1

24.7K 164 1
                                    

 Dengan jemari lentiknya, Naya menyimpulkan tali jubah mandinya sembari berjalan masuk ke kamar mandi.

Sore itu, ia berencana melepaskan segala macam kepenatan pikirannya dengan mandi sambil berendam di bathup.
  Yup, itu semua karena pekerjaan di kantor barunya benar-benar menyita seluruh tenaga dan konsentrasinya.

Air segera mengucur deras dengan seketika begitu Naya memutar tuas keran air yang ada dibagian bawah bathup.
Sesekali, ia kecipakkan tangan putih mulusnya ke air guna merasakan tingkat kepanasan air.

"Moga-moga, mandi berendam ini dapat menjernihkan pikiranku…” ucapnya pelan.

Butuh beberapa waktu guna memenuhi bak bathup itu dengan air.
Oleh karenanya, selagi menunggu bathup penuh, Naya menuju dapur yang ada di lantai dasar untuk membuat segelas jus melon kegemarannya.
Jus melon, olahan minuman dari buah yang bagi Naya adalah teman setia ketika menemaninya berendam.

Cobalah oh sayang hatiku pasti jadi milikmu
  Bila kau tunjukkan kasih sayang padaku
  Sepenuh hati dengan cintamu
  Sayangi aku selayaknya aku kekasihmu
Aku wanita yang butuh cinta
  Bukan hanya perzinahan
  Yang dapat kau lalui lalu kau pergi

Tak sadar, dari semenjak keluar kamar hingga dapur, bibir tipis Naya melantun sebait lagu yang semakin lama semakin keras. Dan dengan diiringi gerakan tarian manja, Naya menyanyikan keseluruhan tembang yang dibawakan oleh grup band lawas tersebut.

Hingga ketika melewati ruang tengah, Naya dikagetkan oleh sesuatu.

“Eh Mitha… kamu kok sudah pulang…?”
Tanya Naya dengan nada kaget akan keberadaan putri semata wayangnya di sudut kursi ruang tengah.

“I…iya mi… hari ini lesnya libur… khan sekarang hari jumat….”
Jawab Mitha yang juga terkejut akan kehadirannya Naya yang tiba-tiba.
.
“Haloo… halooo…. Mith…? Mitha…?” panggil seorang pria yang ada di ujung telephon.

“Eh iya… Ga kenapa-napa kok, cuma ada mami…” sambung Mitha

“Hayoooo… kamu sedang telepon ama siapa sayang?”
Tanya Naya menggoda anak perempuan satu-satunya.

Didekatkannya telinga Naya pada gagang telephon yang berada pada genggaman Mitha, seolah ia ingin nguping. Namun karena malu, Mitha segera menghindarkan gagang telephon itu jauh-jauh dari jangkauan maminya.

“Ahhhh… Mami kepo banget deh.… Cuma temen kok Mi…”
Jawab Mitha malu-malu.

“Hahaha… Dasar anak kecil…” tawa Naya yang akhirnya menyerah untuk menginvestigasi putrinya itu.

“Udah sana, mami mandi gih… Tuh denger… Suara aer bathupnya dah penuh…”
"Iyadeh... Yang masih ABG..." Canda Naya genit.

“Halloohh…iya…………” kembali Mitha melanjutkan perbincangan serunya seolah barusan tak ada apa-apa.

Sambil tersenyum, Naya pun ikut-ikutan tak menggubris Mitha yang sedang telepon. Dia segera menuju dapur untuk membuat jus melonnya.
Dari dapur, suara berat Mitha masih sedikit terdengar.
Naya sebenarnya berusaha untuk tak menghiraukan percakapan antara putri dan temannya itu, namun entah kenapa, jika melihat dari gelagat Mitha ketika menelpon, dia terlihat seperti sesosok mata-mata yang sedang membocorkan rahasia.
Duduk disudut ruangan, bergelap-gelapan dengan pandangan mata yang selalu siaga mengawasi kondisi sekitar.

Mau tak mau, Naya pun menjadi penasaran. Segera saja, ia mematikan mesin blender yang sedang menggiling daging buah melon itu, lalu ia pertajam indra pendengarannya. Dan mendadak, Naya lupa akan tujuan awalnya membuat jus melon sebagai teman mandi berendamnya.

“Hihihi… iya bener.. rasanya bikin deg-degan gimana gitu….”
Ucap Mitha lirih sambil sesekali ia tertawa kecil.
“Bener-bener… bentuknya ga sama seperti gambar yang ada di buku… beda banget…”
“Gedhe dan panjang…”
“Iya.. Mitha juga pengen…”
“Aduh… kapan ya bisa seperti kemaren lagi…?”
Kembali Mitha celingukan, menengok kearah dapur dimana mamanya berada. Ia berjaga-jaga supaya tak ada seseorangpun yang mendengar percakapannya.

“Mitha juga merindukan sodokan batang panjangmu sayang… hihihi…” kembali Mitha tertawa kecil.

Merindukan sodokan batang panjangmu…?”
Tanya Naya dalam hati.

Batang apakah yang sedang dibicarakan antara Mitha dan teman prianya ini?”

Mendadak muka Naya menjadi merah, dan detak jantungnya berdebar begitu kencang.
Apakah mungkin, Mitha sedang membahas tentang batang kelamin teman lelakinya? Mitha khan baru masuk kelas 2 SMP baru 15 tahun. Belum sepantasnya ia mendiskusikan tentang hal itu dengan teman lelakinya.

Naya ingin memastikan apa yang sedang di bicara antar telophone itu kepada putrinya. Tapi Mitha sudah tidak ada di tempatnya semula.
Akhirnya Naya memutuskan untuk pergi mandi, dia berfikir lain kali akan bicara dengan putri itu.

POSSESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang