Prolog

12K 81 3
                                    

°°°
Naya yang sedari tadi masih dalam posisi telungkup, karena merasa pegal akan himpitan pada payudaranya, akhirnya menelentangkan badan juga. Sambil menatap langit-langit kamar, ia menjawab kalimat Udin dengan pertanyaan.

"Berapa umurmu Din?" Tanya Naya sambil tangan nakalnya meraba tubuh Udin guna mencari-cari batang panjang lembek milik Udin. Dan begitu batang itu dapat ia temukan, secara tak sadar jemari lentiknya mulai mengurut batang itu dengan perlahan.

"Dua puluh tahun tan..."
"Udah berapa banyak wanita yang telah kamu tidurin...?"
"Wanita? Remaja atau ibu-ibu?"
"Berarti sudah sangat banyak ya Din...?"
Udin tak menjawab pertanyaan terakhir Naya. Ia hanya menoleh ke arah pemilik suara indah itu, tersenyum dan mengecup kening Naya.
"Kamu suka Mitha Din?" tanya Naya lagi
"Suka tan.... Udin suka banget ama dia..." jawab Udin.
"Kamu udah tidurin dia?"
Mendengar pertanyaan Naya barusan. Penis lembek Udin tiba-tiba mulai mengeras, perlahan makin keras seiring urutan yang dilakukan jemari tangan Naya.

"Belum sih tan ... tapi rencananya begitu ..." Ujar Udin malu-malu. "Aku akan menidurinya... Dan kuharap, pelayanan seks Mitha sehebat tante..."
"Kapan...? Din..."
"Bego banget sih kamu Naya..." batin ibu satu anak ini.

Pertanyaan barusan, mungkin pertanyaan terbodoh yang pernah seorang ibu lontarkan kepada pacar anaknya. Karena Naya tahu, cepat atau lambat, ojek kampung ini bakal mengambil keperawanan putri satu-satunya itu.

Lagi-lagi, Udin tak menjawab pertanyaan Naya ini, ia kembali mengecup kening Naya.
"Aku tak tahu tan... secepatnya..."
"Secepatnya...?"
"Iya tan... secepatnya... karena beberapa hari lalu Mitha sendiri yang minta Udinuntuk segera mengambil keperawanannya..."
"Serius Din...?"
"Iya... Anak tante benar-benar binal.... Udin yakin tan... Jika kelak Mitha dewasa, dia akan menjadi pelacur kelas atas..."
Sejenak Naya tak bisa membayangkan akan perkataan Udin barusan. "Pelacur kelas atas...."
"Rencananya... Mungkin Udin bakal nidurin anak tante minggu depan..."
"Hhhh...." Naya tak menjawab, ia hanya bisa menghela nafas panjang. Ia tahu, tak mungkin baginya untuk menyurus Mitha atau Udin guna menunda persetubuhan itu. Karena Mitha dan Udin sedang cinta-cintanya. Dan ketika muda-mudi sedang dilanda cinta, tak ada satupun hal yang bisa menghalanginya.

"Tapi sepertinya Udin bisa kok memperawani Mitha setelah dia menginjak usia delapan belas tahun, asal..." Udin menghentikan kalimatnya dan menatap Naya dalam-dalam.

"Asal apa Din....?"
Udin tersenyum lebar sambil mencubit puting payudara Naya "Asal.... Kontol Udin selalu mendapat kepuasan dari pemilik pentil ini... yah sampai waktu itu datang...."
"Sampai Mitha menginjak delapan belas tahun ya Din...?"
"Iya tan... hingga tiga tahun kedepan...."
Mendengar rencana ojek kampung itu, Entah kenapa Naya merasa agak sedikit lega. Ibu satu anak ini merasa jika apa yang baru saja dikatakan oleh Udin, adalah merupakan petunjuk yang dapat Naya gunakan melindungi keperawanan Mitha dari Udin. Sekaligus supaya dirinya dapat menikmati persetubuhan ini hingga putrinya dewasa.

"Ini salah... ini gak bener..." Batin Naya kembali bergejolak.

"Aku harus menghentikan ini semua .... hal ini sama sekali tak boleh lagi dilanjutkan..." Pikir otak sehat Naya."Namun..."
"Okelah kalo begitu... tante hargai keputusanmu... dan sebagai imbalannya..."
Naya beranjak bangun dari posisi telentangnya, tubuhnya meluncur turun ke arah kaki tempat tidur dan bergerak ke arah selangkangan Udin.

Dengan penuh kasih sayang, Naya mencium ujung kepala penis ojek kampung itu. Dan sebelum Naya mencaplok penis Udin, kembali ia berkata "Kamu boleh menikmati tubuhku Din... hingga tiga tahun kedepan..."

POSSESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang